Anda di halaman 1dari 5

Jawaban Pertanyaan

 Standarisasi larutan AgNO3 dengan NaCl p.a sebagai baku


1. Buatlah kurva titrasi antara volume AgNO3 dan pCl untuk titrasi antara 50 mL
0,1 M larutan NaCl dengan larutan AgNO3 0,1 M !
2. Berapa konsentrasi garam NaCl dalam suatu larutan, apabila 25 mL larutan
tersebut jika direaksikan dengan 25 mL 0,2 M larutan AgNO 3, dan kelebihan
larutan AgNO3 tepat bereaksi habis dengan larutan KSCN 28 mL 0,1 M.
Jawaban :
1. Kurva titrasi antara volume AgNO3 dan pCl untuk titrasi antara 50 mL
0,1 M larutan NaCl dengan larutan AgNO3 0,1 M.
a. 50 mL 0,1 M NaCl + 0 mL AgNO3 0,1 M
[Cl-] = 0,1 M
P Cl- = 1,00
b. 50 mL 0,1 M NaCl + 10,00 mL AgNO3 0,1 M
Ag+ + Cl-  AgCl (s)
Mula-mula 1,00 5,00
Reaksi 1,00 1,00
Setimbang - 4,00
4,00mmol
[Cl-] =  0,067 M
60mL
pCl = 1,17
c. 50 mL 0,1 M NaCl + 49,9 mL AgNO3 0,1 M
Ag+ + Cl-  AgCl (s)
Mula-mula 4,99 5,00
Reaksi 4,99 4,99
Setimbang - 0,01
0,01mmol
[Cl-] = 99,9mL
= 10-4 M

pCl = 4,00

d. 50 mL 0,1 M NaCl + 50 mL AgNO3 0,1 M


AgCl (s)  Ag+ + Cl-
[Ag+][Cl-] = Ksp
[Ag+] = [Cl-]
[Cl-]2 = 10-10
[Cl-] = 10-5
pCl = 5,00
e. 50 mL 0,1 M NaCl + 60,00 mL AgNO3 0,1 M
Ag+ + Cl-  AgCl (s)
Mula-mula 6,00 5,00
Reaksi 5,00 5,00
Setimbang 1,00 -
1,00 mmol
[Ag+] = = 9,1 . 10-3 M
110 mL
pAg = 2,04
pAg + pCl = 10
pCl = 7,96
kurva titrasi :

2. Diketahui:V NaCl = 25 mL
V AgNO3 = 25 mL
M AgNO3 = 0,2 M
V KSCN = 28 mL
M KSCN = 0,1 M
kelebihan larutan AgNO3 tepat bereaksi habis dengan larutan
Ditanya : Konsentrasi NaCl ?
Jawab :
karena habis bereaksi dengan larutan KSCN berarti v1 = v2
Molek sisa AgNO3 = molek KSCN
Mol . 1 . sisa AgNO3 = 28 mL . 1 . 0,1 M
Mol sisa AgNO3 = 2,8 mmol

NaCl + AgNO3  AgCl + NaNO3


Mula x mmol 5,0 mmol
Reaksi 2,2 mmol
Sisa - 2,8 mmol

Maka: mmol NaCl yang bereaksi adalah 2,2 mmol.


2,2 mmol = X mmol
2,2 mmol = VNaCl x [NaCl]
2,2 mmol = 25 mL x [NaCl]
[NaCl] = 2,2 mmol / 25 mL = 0,088 N
 APLIKASI
1. Bagaimana cara memilih indikator pada titrasi argentometri?
2. Terangkan bagaimana suatu indikator adsorpsi bekerja. Apa fungsi
dekstrin? Mengapa pH harus dikendalikan?
Jawaban :
1. Dalam pemilihan indikator pada titrasi argentometri harus
disesuaikan dengan analit dan titran yang digunakan serta tujuan
percobaan. hasilkali kelarutan garam perak halida (pseudohalida)
sangat kecil. Metode mohr, untuk menentukan kadar halida atau
pseudohalida di dalam larutan Kromat (CrO 42-) sbg indikator titik ahir
karena membentuk endapan Ag2CrO4 berwarna merah saat bereaksi
dengan ion perak. Titrasi Volhard merupakan teknik titrasi balik,
digunakan jika reaksi berjalan lambat atau jika tidak ada indikator
yang tepat utk pemastian TE. Indikator Fe(III) akan membentuk
senyawa larut berwarna merahhasil reaksi Fe3+ dg ion tiosianat :
Fe3+ + SCN- [Fe(SCN)]2+
Reaksi harus suasana asam, karena jika basa akan mudah sekali
terbentuk endapan Fe(OH)3. Ksp Fe(OH)3 = 2.10-39 mol 3L3- (dalam
titrasi biasa digunakan [Fe3+] = 10-2 M)Dalam menerapkan metode
fajand Sebaiknya dipilih ion indikator yang muatannya berlawanan
dengan ion penitrasi. Adsorpsi indikator tidak terjadi sebelum terjadi
kelebihan titran. Pada titrasi Ag+ dengan Cl- dapat digunakan metil
violet (garam klorida dari suatu basa organik) sebagai indikator
adsorpsi. Kation tidak teradsorpsi sebelum terjadi kelebihan Cl- dan
koloid bermuatan negatif. Dalam hal tersebut dapat digunakan
indikator diklorofluoresein, tetapi harus ditambahkan sesaat
menjelang TE (Underwood,1992).
2. Adsorpsi senyawa organik berwarna pada permukaan endapan dapat
menginduksi pergeseran elektronik intramolekuler yang mengubah
warna. Gejala tsb digunakan untuk mendeteksi titik akhir titrasi
pengendapan garam-garam perak.
Sebelum TE :
(AgCl).Cl- M+Lapisan primer Lapisan sekunder Kelebihan Cl-
Setelah TE :
(AgCl).Ag+ X lapisan primer Lapisan sekunder Kelebihan Ag+
Suatu endapan cenderung mengadsorpsi lebih mudah ion-ion yang
membentuk senyawa tidak larut dengan satu dari ion-ion dalam kisi
endapan. Jadi, Ag+ ataupun Cl- akan lebih mudah diadsorpsi oleh
endapan AgCl daripada oleh ion Na+ ataupun NO3-. Anion yang ada
dalam larutan akan tertarik membentuk lapisan sekunder. Fluoresein
adalah asam organik lemah, membentuk anion fluoreseinat yang tidak
dapat diadsorpsi oleh endapan koloidal AgCl selama Cl- berlebih.
Akan tetapi saat Ag+ berlebih akan terjadi adsorpsi anion fluoreseinat
ke lapisan Ag+ yang melapisi endapan, diikuti dengan perubahan
warna menjadi pink (Yunnisa, 2011).
Pada Titik Ekivalen jangan dibiarkan AgCl menggumpal
menjadi partikel besar, karena akan menurunkan dengan tajam daya
adsorpsi permukaan endapan terhadap indikator. Jika itu terjadi,
diatasi dengan penambahan dextrin, sebagai koloid pelindung agar
endapan terdispersi lebih banyak. Dengan adanya dextrin maka
perubahan warna menjadi reversibel, dan setelah lewat TE dapat
dilakukan titrasi balik dengan larutan baku Cl-.
pH larutan harus terkontrol agar dapat mempertahankan
konsentrasi ion dari indikator asam lemah ataupun basa. Misalnya,
fluoresein (Ka = 10-7) dalam larutan yang lebih asam dari pH 7
melepas fluoresein sangat kecil sehingga perubahan warna tidak
dapat diamati. Fluoresein hanya dapat digunakan pada pH 7-10,
sedangan difluoresein (Ka=10-4) digunakan pada pH 4-1
(Khopkar,1990).

Anda mungkin juga menyukai