Anda di halaman 1dari 18

TERAPI PARENTERAL

 Parenteral berasal dari kata Yunani para dan enteron yang


berarti di samping atau lain dari usus. Sediaan ini diberikan
dengan cara menyuntikkan obat di bawah atau melalui satu
atau lebih lapisan kulit atau membran mukosa. Karena rute
ini disekitar daerah pertahanan yang sangat tinggi dari
tubuh, yaitu kulit dan selaput/membran mukosa, maka
kemurnian yang sangat tinggi dari sediaan harus
diperhatikan. Kemurnian yang tinggi itu antara lain harus
steril. Salah satu tujuan dari pemberian dengan cara
parenteral adalah untuk menggantikan volume cairan tubuh
yang hilang sebelumnya, menggantikan cairan hilang yang
sedang berlangsung dan mencukupi kebutuhan cairan
sehari.
 Sediaan parenteral : Sediaan steril yang dimaksudkan untuk
pemberian secara injeksi, infus, atau implan dalam tubuh.
 Alasan pemberian obat secara parenteral :
1. Mencegah iritasi pada traktus gastrointestinalis.
2. Mencegah kerusakan obat yang melalui lintasan hepar
dan pengaruh getah lambung.
3. Sebagai anastesi lokal pada bagian tubuh tertentu.
4. Untuk memperoleh efek yang cepat.
5. Ketika kondisi fisik dan status mental pasien tidak dapat
mengkonsumsi obat melalui jalur lain.
KEUNTUNGAN :
1. Memberikan efek yang cepat
2. Tidak melalui First Pass Effect
3. Dapat diberikan apabila penderita dalam keadaan tidak dapat
bekerjasama dengan baik, tidak sadar, atau tidak dapat dengan
cara pemberian lain (seperti oral)
4. Kadar obat didalam darah yang hasilnya lebih bisa diramalkan
5. Dapat untuk obat yang rusak /tidak diabsobsi dalam sistem
saluran cerna. contoh: insulin (protein drug)

KERUGIAN :
1. Apabila sudah masuk ke dalam tubuh susah untuk dikeluarkan
terutama apabila terjadi kasus toksisitas
2. Hargal relatif lebih mahal
Jenis Cairan dan Elektrolit IV
 Terapi cairan intravena terdiri atas cairan kristaloid, koloid, atau
kombinasi keduanya.
1. Cairan kristaloid adalah ion (garam) dengan berat molekul rendah
disertai atau tanpa glukosa. Bersifat isotonik, maka efektif dalam
mengisi sejumlah volume cairan (volume expanders) ke dalam
pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna pada
pasien yang memerlukan cairan segera. Contoh: Ringer-Laktat
dan garam fisiologis. Fungsi : mengganti kehilangan akut cairan
tubuh.
2. Cairan koloid mengandung zat-zat dengan berat molekul tinggi
seperti protein atau polimer glukosa. Ukuran molekulnya
(biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan keluar dari
membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka
sifatnya hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh
darah. Contoh : albumin dan steroid. Fungsi : memelihara
keseimbangan cairan tubuh dan nutrisi.
1. Larutan karbohidrat :
a. Dx 5%, Dx 10%
b. Maltos-10 %

2. Larutan Elektrolit :
a. NaCl 0,9% (NS)
b. Ringer Laktat
c. Ringer setat

 Kaen 1B ( Dx5% : NS = 3 : 1 )
 Kaen 3A ( Dx + NS + K 10 mq/L + Laktat 20 mEq/L )
 Kaen 3B (Dx + NS + K 20 mq/L + Laktat 20 mEq/L )
 Kaen Mg3 ( Dx10% + NS + K 20 mq/L + Laktat 20
mEq/L )
 Kaen 4A ( Dx 5% : NS ( 4 : 1) + Laktat 10 mEq/L )
 Kaen 4B (Dx 5% : NS ( 4 : 1) + K 8 mEq/L + Laktat 10
mEq/L )
3. Larutan karbohidrat dan elektrolit :
a. D5-NS ( dx5%, NaCl 0,9% )
b. D5-1/2NS
c. D2,5-1/2NS
d. D5-1/4NS
e. RD 5 ( 5% Dx dlm Ringer inj. )
f. RL-D5 (5% Dx dlm RL inj. )
g. Asering-5 ( Asering , Dx5% )
Pemberian Obat dalam Bentuk Injeksi
 Tindakan injeksi merupakan salah satu tindakan medis yang
paling sering dikerjakan. Lebih dari 90% tindakan injeksi
dikerjakan untuk tujuan terapeutik, sementara 10% untuk
tindakan preventif termasuk keluarga berencana. Tindakan injeksi
harus dikerjakan secara aman. Penggunaan alat injeksi yang
berulang dapat menjadi sumber transmisi virus Hepatitis B, virus
Hepatitis C dan HIV. Karena itu WHO merekomendasikan
pengunaan alat injeksi sekali pakai (disposable).Tidak jarang
tindakan injeksi menimbulkan rasa takut pada pasien, baik anak
maupun orang dewasa. Teknik yang tepat dapat mengurangi rasa
sakit akibat proses injeksi. Empat hal yang harus diperhatikan
dalam tindakan injeksi yaitu: rute injeksi, lokasi injeksi, teknik dan
alat. Injeksi adalah suatu metode untuk memasukkan liquid ke
dalam tubuh dengan menggunakan spuit dan jarum melalui
kedalaman kulit tertentu agar bahan-bahan dapat didorong
masuk kedalam tubuh.
 Tujuan tindakan injeksi antara lain:
1. Untuk pemberian zat- zat yang diperlukan oleh pasien
melalui jarum injeksi.
2. Jalan masuk obat.
3. Tindakan vaksinasi.
4. Untuk prosedur tes alergi kulit.
 Jenis-jenis injeksi:
1. Parenteral/Intravena
2. Intra muscular (IM).
3. Sub cutaneus (SC).
4. Intra cutaneus (IC).
 Injeksi intravena tidak diberikan untuk obat yang menimbulkan
endapan dengan protein atau butiran darah.
 Injeksi intravena dapat menimbulkan masalah antara lain: tekanan
darah yang turun mendadak hingga terjadi syok, nyeri pada saat
memasukkan jarum, ekstravasasi, masuknya bakteri melalui
kontaminasi menyebabkan hemolisis, trombophlebitis, embolise,
reaksi alergi, gangguan kardiovaskuler dan pulmonar karena
peningkatan natrium dan volume cairan dalam sistem sirkulasi dan
reaksi yang tak diinginkan lainnya karena pemberian terlalu cepat
obat konsentrasi tinggi kedalam plasma dan jaringan-jaringan
 Injeksi intravena juga dapat menimbulkan masalah dalam hal
penyimpanan dan pembuangan peralatan bekas pakai untuk
menghindari risiko HIV dan hepatitis. Disamping itu, obat yang
diberikan dengan cara ini tidak dapat diambil kembali seperti
dengan emesis atau pengikatan dengan activated charcoal
sehingga resiko toksisitas obat lebih tinggi.
Masalah Injeksi dan Infus IV
A. Nyeri
Nyeri yang sangat hebat akibat injeksi timbul bila yang diinjeksikan adalah
larutan yang osmolaritasnya tinggi atau pHnya ekstrim, meskipun banyak obat
menyebabkan kekejangan vena (misalnya, dopamin).
B. Ekstravasasi
Ekstravasasi adalah bocornya obat dari vena ke dalam jaringan di sekitarnya.
Hal ini dapat terjadi karena batang jarum menembus vena, atau karena obat
bersifat korosif dan merusak vena. Larutan yang osmolaritasnya tinggi dan pH
larutan yang ekstrim lebih sering menyebabkan ekstravasasi. Kerusakan
jaringan disekitar vena dapat meluas, contoh setelah pemberian larutan
natrium bikarbonat. Dua golongan obat sitostatika yang lazim diresepkan,
yang sangat merusak jaringan jika terjadi ekstravasasi adalah alkaloid vinka
seperti vinkristin dan anthrasiklin seperti doksorubisin dan daunorubisin. Obat-
obat seperti vinkristin dan doksorubisin bila diberikan secara perifer harus
diberikan secara bolus melalui tetesan (drip) laju cepat. Hal ini karena jika
obat meninggalkan vena dapat menyebabkan pembengkakan dan petugas
yang memberikan obat tersebut harus berada disamping pasien agar dapat
memberikan tindakan segera bila terjadi hal yang tidak diinginkan.
Tanda-tanda ekstravasasi meliputi:
• Nyeri, rasa kurang enak, rasa terbakar atau bengkak di tempat
injeksi
• Tahanan terhadap gerakan penghisap alat suntik
• Aliran cairan infus tidak lancar
C. Tromboflebitis
Kadang-kadang disebut flebitis adalah radang vena yang
penyebabnya hampir sama dengan penyebab ekstravasasi. Sangat
nyeri dan disertai dengan kemerahan pada kulit, kadang-kadang
disepanjang vena. Tromboflebitis dapat menyebabkan kebekuan
darah.
D. Embolisme
Sumbatan dapat disebabkan oleh endapan obat yang mengendap
yang kontak dengan darah atau gumpalan sel-sel darah akibat
reaksi obat. Emboli udara (air embolus), disebabkan oleh udara
yang masuk vena, dapat berakibat fatal.
E. Infeksi
Infeksi sering kali masuk pada tempat kateter menembus kulit, dan itu
sebabnya banyak infeksi yang dikatkan infus yang disebabkan bakteri
gram positif koagulase-negatif yang umum terdapat pada kulit. Organisme
yang sering diisolasi dari ujung kanula adalah Staphylococcus aureus
atau S. Epidermis. Risiko terkena infeksis sitemik meningkat pada
penggunaan vena sentral.
F. Reaksi alergi
Obat-obat yang cenderung menimbulkan reaksi alergi adalah: produk
darah, antibiotik, aspirin, obat anti inflamasi non steroid (AINS), heparin,
penghambat transmisi neuro muskuler. Reaksi alergi tidak hanya terjadi
sebagai respon terhadap bahan aktif dalam sediaan, tetapi juga terhadap
bahan-bahan tambahan dalam produk misalnya kremafor. Tanda-tanda
alergi meliputi bersin-bersin, sesak nafas, demam, sianosis,
pembengkakan jaringan lunak, dan perubahan tekanan darah. Epinefrin
merupakan pengobatan yang paling efektif, dan harus diberikan segera
dan di bawah pengawasan medis yang cermat. Reaksi minor (ruam kulit,
reaksi urtikaria) dapat ditangani atau dicegah dengan hidrokortison atau
suatu antagonis histamin seperti Chlorpeniramini Maleas (CTM).
H. Syok (speed shock)
Beberapa obat bila diberikan terlalu cepat dapat
menyebabkan berbagai komplikasi antara lain hipotensi,
kolaps, bradikardi, dan kesulitan pernafasan. Hal ini
digambarkan sebagai speed shock.
Masalah Farmasetika Sediaan IV
 Ketidakcampuran secara fisik dan interaksi dapat terjadi pada
sediaan IV. Obat dapat bereaksi secara kimiawi dengan komponen
lain dalam larutan infus atau mengendap dalam larutan campuran
akhir. Obat-obat tersebut dapat menempel pada wadah plastik atau
gelas; atau dapat diadsorbsi oleh wadahnya. Emulsi lemak dapat
menjadi tidak stabil.
Obat Jenis plastik Makna Keterangan
Adsorpsi Semua +++ Hindari
Insulin (termasuk gelas) penambahan
pada larutan infus
berikan dalam alat
pemompa syringe
syringe, pada
konsentrasi
>1 unit/ml
Absorpsi PVC ++ Hindari kantung
Diazepam dan
perangkat PVC.
Gunakanperangkat
sambungan
polietilen dan alat
pemompa
(kehilangan sedikit
pada pemompa
ganti pemompa
setiap 12-24 jam)

Anda mungkin juga menyukai