Anda di halaman 1dari 36

SERI KULIAH TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

Judul Materi

Pengantar Sediaan Parenteral


Oleh : Banu Kuncoro, M.Farm., Apt.
25/02/2021

SEKOLAH TINGGI FARMASI


MUHAMMADIYAH CIKUPA TANGERANG
DEFINISI PARENTERAL
 Bhs Yunani : para enteron : yg berarti disamping
usus atau obat yang tidak diberikan melalui usus.
Tidak melewati bbrp tahap perlindungan secara
alamiah tubuh,langsung mengikuti dan memasuki
cairan tubuh. -- Injeksi
 Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan,
emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu
sebelum digunakan yang disuntikkan dengan cara
merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit
atau selaput lendir.
STERILITAS SEDIAAN
 Suatu sediaan parenteral harus steril karena sediaan ini
akan diinjeksikan atau disuntikkan melalui kulit atau
membran mukosa ke dalam kompartemen tubuh yang
paling dalam. Sediaan parenteral memasuki pertahanan
tubuh yang memiliki efesiensi tinggi yaitu kulit dan
membran mukosa sehingga sediaan parenteral harus bebas
dari kontaminasi mikroba dan bahan-bahan beracun dan
juga harus memiliki kemurnian yang dapat diterima.
• Proses pembuatan : Sterilisasi akhir, secara aseptik
• Cemaran (Biorbuden) : diusahakan seminimal
mungkin
ASEPTIC TEKNIK

 Aseptik adalah keadaan bebas dari mikroorganisme


penyebab penyakit.
 Teknik aseptik/asepsis adalah segala upaya yang
dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorga nisme ke
dalam produk yang apabila digunakan kemungkinan besar
akan mengakibatkan infeksi.
 Aseptic Processing adalah metode pembuatan produk
steril menggunakan saringan dengan filter khusus
untuk bahan obat steril atau bahan baku steril yang
diformulasikan dan diisi. (Dwijoseputro,1998)
Definition: Aseptic Technique

Aseptic technique is used for short invasive


procedures. It involves:
 Antiseptic hand hygiene (alcohol, betadine or
chlorhexidine)
 Usually sterile gloves
 Antiseptic (e.g alcohol) on patient’s skin
 Use of clean, dedicated area

4: Clean, Aseptic, Sterile Slide 5


Sterilisasi
 Sterilisasi adalah proses penghilangan semua jenis
organisme hidup, dalam hal ini adalah
mikroorganisme yang terdapat dalam suatu alat atau
bahan.
 Ada tiga cara yang umum digunakan dalam sterilisasi
yaitu penggunaan panas, penggunaan bahan kimia dan
penyaringan (filtrasi). Bila panas digunakan bersama-
sama dengan uap air maka disebut sterilisasi basah, bila
tanpa kelembapan maka disebut sterilisasi kering.
Sterilisasi kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan
gas atau radiasi. Metode sterilisasi yang umum digunakan
secara rutin dilaboratorium ialah yang menggunakan
panas.
Keuntungan sediaan parenteral

 Respon fisiologi segera, kondisi ttt mis : jantung


berhenti, asma dan syok.
 Obat terkontrol tenaga medis.
 Bisa berefek lokal : KG, anestesiologi
 Kerja obat bisa diperlama ex testosteron inj.
Penisilin kerja panjang
 Koreksi gangguan serius cairan &
kesetimbangan elektrolit.
 Pasien yg tidak sadar.
Kerugian sediaan parenteral

 Hrs dilkk tenaga terlatih.


 Timbul rasa nyeri pada lokasi penyuntikan.
 Sukar sekali menghilangkan efek fisiologinya.
 Harga lebih mahal.
 Mslh lain timbul : septisemia, infeksi jamur,
inkompatibilitas dan antaraksi obat.
 Septicemia adalah kondisi di mana dalam darah terdapat bakteri dan sering
dikaitkan dengan penyakit berat. Septicemia adalah salah satu penyakit serius,
infeksi bakteri dapat mengancam jiwa dan bereaksi sangat cepat
 Persyaratan : sterilitas, bebas dari partikel partikulat,
bebas dari pirogen, dan stabilitas sediaan parenteral.
Bentuk sediaan parenteral

 Serbuk untuk dilrtk a/ disuspensikan : siap dilrtk/


disuspensikan, lrt obat yg dikering bekukan
 Larutan : pelrt/ pembawa yg sesuai.
 Suspensi: uk partikel, massa susp tidak caking &
viskositas jangan terll tinggi, terjd pertumbuhan
kristal
 Emulsi : miny nabati dan air, stabil ukuran
partikel kalau u/ i.v.
 Pelepasan diperlambat ex inj prokain,
Adrenalin
Evaluasi sed parenteral

 Penetapan kadar a/ potensi.


 Uji sterilitas.
 Uji pirogen
 Uji partikel partikulat
 Uji integritas kemasan
Oral,
Sublingual,
Rectal,
Intramuscular,
Subcutan,
Inhalasi,
Topical,
Transdermal,
Intravena.
KONSENTRASI OBAT
KONSENTRASI DALAM PLASMA
AKUMULASI
PERUBAHAN ELIMINASI
POSOLOGI
Rute pemberian
Rute Utama
 Intramuskular : ke bag otot relaksasi (o. Gluteal,

deltoid, trisep, pektoral dan vastus lateralis.) u/


kerja diperlama
 Intravena : langsung ke vena. Kondisi Syok,

recovery cairan tbh, ef farmakologi segera ex


darurat, infeksi serius, nutrisi scr kontinyu,
tranfusi drh, plasmaferesis
 Subkutan : jaringan yg longgar dibwh kulit

(dermis). Lebih lambat dr i.v dan i.m. Misal :


insulin, vaksin, narkotika dan vit B12. Tdk boleh
u/ as kuat, bs kuat a/ iritan
Intravena

Pemberian obat dengan cara intravena bertujuan


untuk :
 -  Mendapat reaksi yang lebih cepat, sehingga

sering digunakan pada pasien yang sedang


gawat darurat.
 -  Menghindari kerusakan jaringan.

 -  Memasukkan obat dalam volume yang lebih

besar. 
Macam-macam pemberian obat melalui
injeksi intravena

 Pemberian Obat melalui intravena (Secara


Langsung)
 Cara Pemberian obat melalui vena secara
langsung, diantaranya vena mediana cubiti /
cephalika ( lengan ), vena saphenosus ( tungkai ),
vena jugularis ( leher ), vena frontalis /
temporalis ( kepala ), yang bertujuan agar reaksi
cepat dan langsung masuk pada pembuluh darah.
Injeksi Intravena

  Pemberian Obat melalui intravena (Secara


Tidak Langsung)
 Merupakan cara pemberian obat dengan
menambahkan atau memasukkan obat
kedalam media (wadah atau selang), yang
bertujuan untuk meminimalkan efek
samping dan mempertahankan kadar
terapetik dalam darah.
Pengertian:

Injeksiintravena adalah pemberian


obat dengan cara memasukkan obat ke
dalam pembuluh darah vena
T4 penyuntikan:
 Pada lengan (v. mediana cubiti/v. cephalika)
 Pada tungkai (v. saphenous)
 Pada leher ( v. jugularis) khusus pada anak
 Pada kepala ( v. frontalis/v. temporal)
khusus pada anak
Intramuskular
 Penyuntikan dilakukan dalam otot
misalnya, penyuntikan antibiotika atau
dimana tidak banyak terdapat pembuluh
darah dan syaraf, misalnya otot pantat atau
lengan atas.
 Contoh sediaan yang diberikan : Valium
injeksi, Tramadol injeksi
Pembuluh Vena

 Pembuluh balik atau vena adalah pembuluh yang


membawa darah menuju jantung. Banyak menga ndung
karbon dioksida. Umumnya terletak dekat permukaan
tubuh dan tampak kebiru-biruan. Dinding pembuluhnya
tipis dan tidak elastis. jika diraba, denyut jantungnya tidak
terasa.
 Pembuluh vena mempunyai katup sepanjang
pembuluhnya. Katup ini berfungsi agar darah tetap
mengalir satu arah. Dengan adanya katup tersebut, aliran
darah tetap mengalir menuju jantung.
Intravena :
 Penyuntikan dilakukan ke dalam pembuluh darah. Pembuluh darah vena adalah pembuluh darah yang
menghantarkan darah ke jantung. Reaksinya sangat cepat yaitu waktu satu peredaran darah, obat sudah beredar
ke seluruh tubuh atau jaringan. Bahaya injeksi intravena adalah dapat mengakibatkan terganggunya zat-zat koloid
darah dengan reaksi hebat, karena dengan cara ini “benda asing” langsung dimasukkan ke dalam sirkulasi,
Dapat menimbulkan reaksi-reaksi hebat seperti turunnya tekanan darah secara mendadak, shock, dsb. Bahaya
ini lebih besar bila injeksi dilakukan terlalu cepat, sehingga kadar obat setempat dalam darah meningkat terlalu
pesat. Oleh karena itu, setiap injeksi intravena sebaiknya dilakukan amat perlahan, antara 50-70 detik lamanya.
 Infus intravena dengan obat sering dilakukan di rumah sakit dalam keadaan darurat atau dengan obat yang cepat
metabolismenya dan eksresinya guna mencapai kadar plasma yang tetap tinggi.
 Letak jarum tepat pada pembuluh vena
 Bekerja rapih dan teliti
 Memperhatikan prinsip aseptik dan antiseptik
Contoh obat diberikan secara Intravena :
1. Ranitidin   :Mengurangi keasaman lambung pada persalinan beresiko
tinggi.
2. Petidin Hidroklorida  : Untuk nyeri sedang sampai berat, analgesia obstetri.
3. Eritromisin   : Digunakan pada klien yang sensitif terhadap penisilin,
organisme yang resistan terhadap penisilin, sifilis, klamidia, gonorea,
infeksi pernapasan, pengobatan infeksi yang  sensitif terhadap eritromisin,
profilaksis dalam penatalaksanaan pecah ketuban saat kurang bulan. Juga
untuk pasien yang sensitif terhadap penisilin yang membutuhkan
antibiotik guna mengobati penyakit jantung dan katup jantung.
4.  Protamin Sulfat   : Untuk melawan kerja heparin.
5. Fitomenadion( Vitamin K )  :Mencegah dan mengobati hemoragi
(perdarahan).
Subkutan
 Subcutan/Hipodermal (sc) : Penyuntikkan
dibawah kulit, Obatnya tidak merangsang dan larut dalam
air atau minyak, Efeknya agak lambat dan dapat
digunakan sendiri misalnya : penyuntikan insulin pada
penderita diabetes.
Rute pemberian – lanjut 1
Rute lain :
 Hipodermoklisis : infus jml besar mell rute

subkutan. Hrs scr perlahan. Pd bayi a/ lansia


dimn absorbsi kecep rendah diinginkan dan
tidak ada vena yg cocok.
 Intraperitonial/ intra-abdominal : ke dlm

rongga peritonial dg jarum atau cateter, a/


suntik langsung ke organ2 abdominal ( hati,
ginjal, kandung kemih) Lokal infeksi a/
tumor. ES: peritonitis a/ haemorhage
Rute pemberian – lanjut 2

 Intra arterial : ke arteri (pemblh nadi), tuj


diagnostik ES bila terkontaminasi infeksi a/
penyumbtn pemblh nadi. Sed t alami pengenceran
a/ penyaringan dulu o/ paru2 hati a/ ginjal.
 Pembuluh nadi atau arteri adalah pembuluh
darah berotot yang membawa darah dari jantung.
Fungsi ini bertolak belakang dengan fungsi
pembuluh balik yang membawa darah menuju
jantung.
Penggambaran
 Sistem pembuluh nadi memiliki bagian tekanan
yang tinggi pada sistem sirkulasi. Tekanan darah
biasanya menunjukkan tekanan pada pembuluh
nadi utama. Tekanan pada saat jantung
mengembang dan darah masuk ke jantung
disebut diastol. Tekanan sistol berarti tekanan
darah saat jantung berkontraksi dan darah keluar
jantung. Tekanan darah ini dapat dikur dengan
tensimeter atau sfigmomanometer.
Rute pemberian – lanjut 3

Rute lain :
 Intra artikular: ke dlm kantong sinovial dr

sejml persendian. rematik Ex: lidokain,


antibiotik, ester kortikosteroid
 Intrakardiak : langsung ke bilik-bilik

jantung, tidak direkomends kec kasus


khusus jantung berhenti.
 Intrasisternal: rongga sisternal sekeliling

otak, utk tuj diagnostik. Volume < 0,1 ml


Rute pemberian – lanjut 4

 Intraderma/ Intrakutan : ke dlm kulit ex


antigen (tuberkulin) dan vaksin (smallpox).
Absorbsi sangat lambat.
 Intralesional : ke dlm a/ sekitar luka pd
kulit mis penetralan mcm2 toksin spt
tetanus, pemberian antisera rabies
Rute pemberian – lanjut 5

Rute lain :
 Intraokular : langsung ke mata u/ infeksi dan
inflamasi
 Intrapleural : langsung ke selaput dada.
 Intratekal : langsung ke kantung lumbar,u/ tuj
diagnostik
 Intra-uterin: infus ke dlm uterus pd keadaan
hamil.
 Intraventrikular : ke dlm rongga-rongga sisi otak,
ex infeksi a/ kanker dimn obat kurang mampu
menembus rongga otak dr pembuluh drh.
Pengobatan meningitis jamur dg amfoterisin B
DISTRIBUSI OBAT SCR PARENTERAL

 Im, iv, sk – obt msk ke sistem sirkulasi mell


sistem transport pemblh balik atau limfatik.
Mell paru-paru (sbg filter, metabolisme
senyw ttt dan sbg reservoir jika zat yg
diinjeksikan berpartisi ke dlm jar paru-paru
yg kmd dilepas kembali ke sist peredaran
darah).
Faktor yg mempengaruhi distr obat scr sk ,im adl :

 Kelrtn obat : dlm pembw dan dlm cairan tbh.


 Koefesien partisi obat.
 Kecept aliran drh pd tmp penyuntikan
 Penguraian obat
 Ukuran partikel obat.
 Bhn pembantu
 TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai