Anda di halaman 1dari 46

JOB SAFETY

ANALYSIS (JSA)
TRAINING
TUJUAN TRAINING

Mengembangkan kompetensi peserta agar memiliki


kemampuan membuat dan mengelola JSA (analisa
keselamatan pekerjaan) secara maksimal untuk mencegah
kecelakaan
APA ITU JSA?
JSA adalah suatu metode yang dipakai untuk
menganalisa bahaya dari setiap tahapan
pekerjaan sehingga bisa dikembangkan solusi
untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan
PAK
LATAR BELAKANG
• Setiap kecelakaan pasti ada penyebabnya.
• Setiap jenis pekerjaan dapat diuraikan dalam suatu urutan tahapan yang
sederhana.
• Setiap tahapan pekerjaan dapat diidentifikasi bahaya dan risikonya.
• Setiap bahaya dan risiko ada solusi pencegahannya.
• Tenaga kerja bisa melakukan pekerjaan dengan cara yang salah dan berbahaya
apabila tidak diberi panduan dan dilatih.
• JSA dapat membantu tenaga kerja melakukan pekerjaan dengan benar dan aman.
MANFAAT JSA

CONTOH KASUS TERKAIT JSA


• JSA sebagai salah satu upaya atau program pencegahan kecelakaan dan
PAK yang efektif.
• Bisa menjadi bahan training dan atau meeting dengan tenaga kerja.
• Menjadi pedoman tenaga kerja melakukan pekerjaan dengan benar dan
aman.
• Memberikan pre job instruction pada pekerjaan yang baru
• Bisa menjadi acuan pada waktu investigasi kecelakaan dan atau PAK.
• Dapat dipakai untuk meninjau ulang SOP.
• Meningkatkan produktivitas.
TEORI
PENYEBAB ATURAN,
KECELAKAAN STANDAR,
SOP
TEKNIK MENGUASAI
PEMBUATAN JENIS TUGAS
JSA DARI SUATU
JABATAN

CARA
HIRARKI
MENGERJAKAN
KONTROL
TUGAS TSB
YANG PALING TEPAT UNTUK MEMBUAT JSA ATAU
KOORDINATOR PEMBUAT JSA ADALAH DEPARTEMENT
MANAGER/SUPERVISOR

Karena :
• Paling menguasai pekerjaan atau tugas yang akan dibuat JSA.
• Mempunyai kepentingan langsung untuk menyelamatkan anak
buahnya.
• Mempunyai catatan lengkap tentang kecelakaan dan near-miss di
Departemennya dimana JSA akan dibuat.
• Menguasai prosedur dan peraturan kerja.
TIGA UNSUR
PENTING
DALAM JSA
1.Langkah-langkah pekerjaan secara spesifik.
2.Bahaya yang terdapat pada setiap langkah pekerjaan.
3.Pengendalian untuk mengurangi atau bahkan
menghilangkan bahaya pada setiap langkah pekerjaan
yang telah diidentifikasi.
TAHAP
PEMBUATAN
JSA
1. Inventarisasi Tugas Pekerjaan (Job Task
Inventory)

2. Memilih Tugas Pekerjaan (Select Job Task From


Inventory)

3. Menguraikan Tugas Pekerjaan menjadi


langkah-langkah kerja dari awal sampai selesai
(Job Steps)

4. Mengidentifikasi bahaya dan potensi kerugian pada setiap langkah


pekerjaan (Identify Hazards)

5. Menetapkan sistem kendali bahaya (Determine


Control Measures)

6. Mengkomunikasikan dan Menggunakan JSA


(Communicate and use the JSA)
1. Inventarisasi Tugas
Pekerjaan
(Job Task Inventory)
DEFINISI TUGAS PEKERJAAN/PEKERJAAN/JOB
TASK
• Bukan ‘pekerjaan’ dalam arti luas (JABATAN), seperti:
– Tukang las
– Mekanik
– Tukang listrik
– Operator produksi, dll
• Tapi ‘pekerjaan’ dalam arti kecil (TUGAS atau SINGLE
TASK), seperti:
– Mengganti bolam lampu
– Mengganti ban kempes
– Memindah mesin press.
– Mengelas.
SEMUA TUGAS PEKERJAAN
DIIDENTIFIKASI DAN
DIINVENTARISASI, BAIK RUTIN
MAUPUN TIDAK RUTIN.
2. Memilih Tugas Pekerjaan
(Select Job Task From
Inventory)
Pekerjaan dengan kecenderungan kecelakaan yang tinggi mempunyai
prioritas dan harus dianalisa terlebih dulu.
Berikut beberapa pertimbangan dalam memilih pekerjaan untuk dibuat JSA :

a)      Frekuensi dari kecelakaan atau yang berpotensi celaka.


Sebuah pekerjaan yang sering kali terulang kecelakaan merupakan prioritas utama dalam
JSA.

b)      Potensi keparahan dalam beberapa situasi harus ditinjau kembali dan diberikan
prioritas tertinggi jika terdapat potensi untuk terjadinya luka luka yang lebih parah.
Hal ini termasuk :
1.      Pekerjaan yang tidak biasa, tidak rutin ( Non Routine )
2.      Sumber-sumber energi yang tinggi (listrik, tekanan. dll)
3.      Beberapa kegiatan konstruksi (tempat kerja tinggi, alat berat yang bergerak,
tingkat aktivitas yang tinggi dalam daerah yang sempit/kecil).
c)      Jenis pekerjaan yang berulang-ulang karena tenaga kerja sering dihadapkan
kepada bahaya apa saja. Setiap pekerjaan yang menyebabkan cacat harus dimasukan
ke dalam JSA.

d)     Hasil dari masukan-masukan tenaga kerha dimana pekerjaan yang menurut


mereka mempunyai potensi bahaya. Pekerjaan atau peralatan yang sering hampir
terjadi bahaya harus menjadi prioritas JSA.

e)      Pekerjaan yang baru atau pekerjaan yang tidak rutin dilakukan. Proses JSA
harus termasuk suatu cara untuk mengevaluasi pekerjaan yang baru dan pekerjaan
yang tidak sering dilakukan (misal : mematikan mesin unit produksi). JSA untuk
setiap pekerjaan baru harus dibuat sesegera mungkin. Analisa tidak boleh ditunda
yang berpotensi menyebabkan kecelakaan atau hampir terjadi kecelakaan (nearmiss).

f) Pekerjaan yang belum punya SOP atau potensi bahaya tidak tertanggulangi
dengan SOP yang ada.
3. Menguraikan Tugas
Pekerjaan menjadi langkah-
langkah kerja dari awal
sampai selesai (Job Steps)
 Tentukan langkah pekerjaan dari awal sampai akhir.
 Gunakan kata kerja aktif atau operasional sederhana
pada setiap langkah pekerjaan seperti: memotong,
mengganjal, mengelas dsb.
 Hindari menggunakan kata-kata yang terlalu umum
seperti: mengoperasikan, merawat, membangun dsb.
 Untuk membagi pekerjaan menjadi langkah-langkah, pilihlah
tenaga kerja yang tepat untuk melakukan observasi/pengamatan.
Pilihlah tenaga kerja yang berpengalaman, mampu dan
kooperatif sehingga mampu berbagi ide/saran/masukan.
 Jelaskan tujuan dan keuntungan dari JSA kepada tenaga kerja.
 Observasi performa tenaga kerja terhadap pekerjaan dan tulis
langkah dasar JSA.
 Rekaman video pekerjaan dapat digunakan untuk peninjauan di
masa mendatang. Pertanyakan langkah awal pekerjaan
dilanjutkan langkah selanjutnya dan seterusnya
Persyaratan yang harus dipenuhi seseorang yang terlibat dalam
pembuatan JSA :

a)      Pengawas/Supervisor - di departemen dimana pekerjaan dilakukan.

b)      Karyawan
1.      Orang yang paling familiar/paham dengan pekerjaan.
2.      Mereka memiliki pemahaman yang baik dari pekerjaan, dan
pengetahuan ini sangat berharga untuk menemukan bahaya.
3.      Melibatkan tenaga kerja yang akan membantu meminimalkan
kelalaian atau kesalahan, sehingga analisisnya berkualitas.
KESALAHAN UMUM

• Menggunakan kata kerja yang terlalu umum, sehingga


banyak bahaya yang tidak terdeteksi.
• Mencatat “bagaimana melakukan pekerjaan” bukan
“apa yang dilakukan”.
Kesalahan yang sering dalam membuat
langkah pekerjaan
Kesalahan tersering pertama : pada tahap ini adalah
memasukkan kegiatan untuk mengatasi bahaya kedalam langkah
pekerjaan, contohnya:
– Memarkir forklift di tempat yang lantainya rata.
– Memasang persneling ke gigi 1.
– Mengganjal ban truk.
– Memakai sarung tangan.
– Mengangkat bahan baku produksi dengan cara yang benar
– dsb
Kesalahan yang sering dalam membuat
langkah pekerjaan
Kesalahan tersering kedua, memuat langkah yang terlalu
detil, contohnya:
– Menutup pintu ruangan.
– Menekan tombol start.
– Mengenakan full body harness.
– Melihat jarum penunjuk pressure gauge.
Kesalahan yang sering dalam membuat
langkah pekerjaan
Kesalahan tersering ketiga, memuat kegiatan yang terlalu luas,
sehingga beberapa langkah kerja yang harus dicantumkan menjadi
hilang, contohnya:
Melepas ban truk yang kempes, padahal langkah ini masih berisi
langkah-langkah seperti:
– memasang dongkrak.
– menurunkan dongkrak.
– melepas baut roda, dan
– melepas ban yang kempes.
Langkah-langkah ini tidak hanya dibuat secara spesifik untuk
satu pekerjaan tertentu, tetapi juga khusus untuk satu area kerja
tertentu.

Jika area kerja berubah tetapi jenis pekerjaan sama, tetap saja
langkah-langkah dari pekerjaan tersebut perlu berubah juga.
4. Mengidentifikasi bahaya
dan potensi kerugian pada
setiap langkah pekerjaan
(Identify Hazards)
Identifikasi semua bahaya baik yang disebabkan oleh lingkungan maupun yang
berhubungan dengan prosedur kerja.

Tanyakan pada diri masing-masing Team pertanyaan berikut untuk setiap tahap:
 Adakah bahaya macet, akan macet atau kontak yang berbahaya dengan objek
pekerjaan?
 Dapatkah pekerja memegang objek dengan aman?
 Dapatkah gerakan mendorong, menarik, mengangkat, menekuk atau memutar yang
dilakukan menyebabkan ketegangan?
 Adakah potensi tergelincir atau tersandung?
 Adakah bahaya jatuh ketika pekerja berada di tempat tinggi?
 Dapatkah pekerja mencegah bahaya saat kontak dengan sumber listrik dan kontak
putus?
 Apakah lingkungan berbahaya bagi keselamatan dan kesehatan? Adakah
konsentrasi gas beracun, asap, kabut, uap, debu, panas atau radiasi?
 Adakah bahaya ledakan?
5. Menetapkan sistem
kendali bahaya (Determine
Control Measures)
Mengembangkan pengendalian yang efektif dari setiap bahaya yang diidentifikasi
termasuk mengembangkan prosedur kerja yang aman untuk mencegah kejadian
atau potensi kecelakaan.
Beberapa pengendalian yang mungkin dapat diterapkan:

a. Menemukan cara baru untuk melakukan pekerjaan dengan memilih metode


paling aman.
b. Mengubah kondisi fisik (seperti peralatan, perlengkapan, tata letak area kerja)
yang menimbulkan bahaya.
c. Mengubah prosedur kerja untuk menghilangkan atau menimalisasi bahaya.
d. Mengurangi frekuensi kinerjanya . Melaksanakan rotasi atau pembatasan
waktu bekerja.
e. Gunakan alat pelindung diri yang sesuai dengan bahaya yang ada untuk
melindungi karyawan, dimana hal ini merupakan cara pengendalian yang
terakhir.
6. Mengkomunikasikan dan
Menggunakan JSA
(Communicate and use the
JSA)
JSA TIDAK AKAN BERMANFAAT JIKA TIDAK
DIKOMUNIKASIKAN DENGAN BAIK KE TENAGA KERJA.

UNTUK ITU :
1. KOMUNIKASIKAN JSA KE TENAGA KERJA YANG TERLIBAT
DENGAN PEKERJAAN TERKAIT MELALUI TRAINING, TOOL
BOX MEETING, SAFETY DIALOGUE, DASHBOARD, DLL ,
TERMASUK KEPADA TENAGA KERJA BARU DI PEKERJAAN
TERSEBUT.
2. JSA HARUS MUDAH DIAKSES OLEH TENAGA KERJA.
3. LAKUKAN EVALUASI DAN REVIEW TERHADAP JSA SECARA
PERIODIK, JIKA TERJADI KECELAKAAN ATAU NEARMISS,
ADA PERUBAHAN TERHADAP KONDISI PEKERJAAN.
CONTOH-CONTOH
JSA
1 7

2 4 6
3 5

8
1. Isilah profil pekerjaan yang akan dibuat JSA nya. Bagian paling atas Form JSA
biasanya mencakup nama pekerjaan, nama pekerja dan berapa lama waktu
pekerjaan tersebut dikerjakan. Agar terdokumentasi dengan baik, maka sebaiknya
setiap JSA memiliki nomor spesifik untuk mempermudah dalam mengaksesnya.

2. Isilah langkah-langkah atau tahapan dari pekerjaan dengan detail dari


awal/persiapan sampai selesai. Tuliskan semua detail tahapan pekerjaan agar
jangan sampai ada yang terlewat.

3. Isilah kolom bahaya untuk setiap bahaya yang potensi terjadi dari masing-
masing tahap pekerjaan tersebut.

4. Isi kolom risiko untuk setiap bahaya yang telah teridentifikasi. Risiko adalah
dampak dari bahaya jika ia sampai menimbulkan kerugian.
( RISK = SEVERITY X PROBABILITY )
5. Isilah kolom pengendalian. Setelah menentukan risiko yang dapat terjadi, kita
harus menentukan pengendalian apa yang efektif untuk menguangi risiko tersebut.

6. Isilah kolom tanggung jawab. Pada kolom tanggung jawab, harus ditulis siapa
saja yang bertanggung jawab dan berkomitmen untuk melaksanakan setiap
pengendalian yang ditulis.

7. Tanda tangan dan nama jelas pada isian “supervisor”. Isian tersebut berfungsi
sebagai pertanggungjawaban supervisor atas semua hal yang tertulis di JSA dan
memastikan bahwa JSA tersebut telah mencakup semua aktifitas yang akan
dilakukan nanti.
Dan juga tanda tangan dan nama jelas pada isian “ Safety Manager”. Isian
tersebut berfungsi sebagai persetujuan dari pihak HSE/Safety dan memastikan
bahwa seluruh yang tertulis di JSA telah memenuhi aspek keselamatan kerja.
8. Tanda tangan dan nama anggota tim JSA yang terlibat. JSA tidak
akan efektif apabila seluruh tim tidak mengetahui isi dari JSA ini. Oleh
karena itu, kolom isian tanda tangan anggota tim mutlak diperlukan
sebagai bukti bahwa JSA telah disosialisasikan ke seluruh anggota tim.
CONTOH LAIN JSA - 1

CONTOH LAIN JSA - 2

Anda mungkin juga menyukai