Anda di halaman 1dari 61

JOB SAFETY

ANALYSIS (JSA)
TRAINING
TUJUAN TRAINING

Mengembangkan kompetensi peserta agar memiliki


kemampuan membuat dan mengelola JSA (analisa
keselamatan pekerjaan) secara maksimal untuk
mencegah kecelakaan
PERKEMBANGAN
SEJARAH JSA?
JA- Job Analysis
1930s process for doing job time studies was
found to have safety benefits.
“Match the job to the man.”

JB- Job Breakdown


WWII process to train inexperienced workers in
wartime industrial production.

JSA- Job Safety Analysis


First mentioned around 1950, by Bethlehem
Steel; the steel industry first did these analyses.
JHA – Job Hazard Analysis
Sometimes used today to include an analysis
of many types of hazards, (safety,
environmental, quality, etc.)

Analyzing the hazards, not the safety.


APA ITU JSA?
JSA adalah suatu metode yang dipakai
untuk menganalisa bahaya dari setiap
tahapan pekerjaan sehingga bisa
dikembangkan solusi untuk mencegah
terjadinya kecelakaan dan PAK
LATAR BELAKANG
• Setiap kecelakaan pasti ada penyebabnya.
• Setiap jenis pekerjaan dapat diuraikan dalam suatu urutan
tahapan yang sederhana.
• Setiap tahapan pekerjaan dapat diidentifikasi bahaya dan
risikonya.
• Setiap bahaya dan risiko ada solusi pencegahannya.
• Tenaga kerja bisa melakukan pekerjaan dengan cara yang
salah dan bernahaya apabila tidak diberi panduan dan
dilatih.
• JSA dapat membantu tenaga kerja melakukan pekerjaan
dengan benar dan aman.
MANFAAT JSA
• JSA sebagai salah satu upaya atau program pencegahan
kecelakaan dan PAK yang efektif.
• Bisa menjadi bahan training dan atau meeting dengan
tenaga kerja.
• Menjadi pedoman tenaga kerja melakukan pekerjaan
dengan benar dan aman.
• Memberikan pre job instruction pada pekerjaan yang baru
• Bisa menjadi acuan pada waktu investigasi kecelakaan dan
atau PAK.
• Dapat dipakai untuk meninjau ulang SOP.
• Meningkatkan produktivitas.
Who Is Involved the
JSA Process?
– Safety personnel
– Department managers
and supervisors
– Employees who
perform the process
– Design engineers
– Maintenance
personnel
TEORI
PENYEBAB ATURAN,
KECELAKAAN STANDAR,
SOP
TEKNIK MENGUASAI
PEMBUATAN JENIS TUGAS
JSA DARI SUATU
JABATAN

CARA
HIRARKI
MENGERJAKAN
KONTROL
TUGAS TSB
YANG PALING TEPAT UNTUK MEMBUAT JSA ATAU KOORDINATOR
PEMBUAT JSA ADALAH DEPARTEMENT MANAGER/SUPERVISOR

Karena :
• Paling menguasai pekerjaan atau tugas yang akan
dibuat JSA.
• Mempunyai kepentingan langsung untuk
menyelamatkan anak buahnya.
• Mempunyai catatan lengkap tentang kecelakaan dan
near-miss di Departemennya dimana JSA akan dibuat.
• Menguasai prosedur dan peraturan kerja.
TIGA UNSUR
PENTING DALAM
JSA
1.Langkah-langkah pekerjaan secara spesifik.
2.Bahaya yang terdapat pada setiap langkah
pekerjaan.
3.Pengendalian untuk mengurangi atau bahkan
menghilangkan bahaya pada setiap langkah
pekerjaan yang telah diidentifikasi.
TAHAP
PEMBUATAN JSA
1. Inventarisasi Tugas Pekerjaan (Job Task
Inventory)

2. Memilih Tugas Pekerjaan (Select Job Task


From Inventory)

3. Menguraikan Tugas Pekerjaan menjadi


langkah-langkah kerja dari awal sampai
selesai (Job Steps)

4. Mengidentifikasi bahaya dan potensi kerugian pada setiap


langkah pekerjaan (Identify Hazards)

5. Menetapkan sistem kendali bahaya


(Determine Control Measures)

6. Mengkomunikasikan dan Menggunakan


JSA (Communicate and use the JSA)
1. Inventarisasi Tugas
Pekerjaan
(Job Task Inventory)
DEFINISI TUGAS PEKERJAAN/PEKERJAAN/JOB TASK

• Bukan ‘pekerjaan’ dalam arti luas (JABATAN), seperti:


– Tukang las
– Mekanik
– Tukang listrik
– Operator produksi, dll
• Tapi ‘pekerjaan’ dalam arti kecil (TUGAS atau SINGLE
TASK), seperti:
– Mengganti bolam lampu
– Mengganti ban kempes
– Memindah mesin press.
– Mengelas.
SEMUA TUGAS PEKERJAAN DIIDENTIFIKASI
DAN DIINVENTARISASI, BAIK RUTIN
MAUPUN TIDAK RUTIN.
2. Memilih Tugas
Pekerjaan (Select Job
Task From Inventory)
Pekerjaan dengan kecenderungan kecelakaan yang tinggi
mempunyai prioritas dan harus dianalisa terlebih dulu.
Berikut beberapa pertimbangan dalam memilih pekerjaan untuk dibuat JSA :

a) Frekuensi dari kecelakaan atau yang berpotensi celaka.


Sebuah pekerjaan yang sering kali terulang kecelakaan merupakan prioritas
utama dalam JSA.

b) Potensi keparahan dalam beberapa situasi harus ditinjau kembali dan


diberikan prioritas tertinggi jika terdapat potensi untuk terjadinya luka luka
yang lebih parah. Hal ini termasuk :
1. Pekerjaan yang tidak biasa, tidak rutin ( Non Routine )
2. Sumber-sumber energi yang tinggi (listrik, tekanan. dll)
3. Beberapa kegiatan konstruksi (tempat kerja tinggi, alat berat yang
bergerak, tingkat aktivitas yang tinggi dalam daerah yang sempit/kecil).
c) Jenis pekerjaan yang berulang-ulang karena tenaga kerja sering
dihadapkan kepada bahaya apa saja. Setiap pekerjaan yang
menyebabkan cacat harus dimasukan ke dalam JSA.

d) Hasil dari masukan-masukan tenaga kerha dimana pekerjaan yang


menurut mereka mempunyai potensi bahaya. Pekerjaan atau peralatan
yang sering hampir terjadi bahaya harus menjadi prioritas JSA.

e) Pekerjaan yang baru atau pekerjaan yang tidak rutin dilakukan.


Proses JSA harus termasuk suatu cara untuk mengevaluasi pekerjaan yang
baru dan pekerjaan yang tidak sering dilakukan (misal : mematikan mesin
unit produksi). JSA untuk setiap pekerjaan baru harus dibuat sesegera
mungkin. Analisa tidak boleh ditunda yang berpotensi menyebabkan
kecelakaan atau hampir terjadi kecelakaan (nearmiss).

f) Pekerjaan yang belum punya SOP atau potensi bahaya tidak


tertanggulangi dengan SOP yang ada.
3. Menguraikan Tugas
Pekerjaan menjadi
langkah-langkah kerja
dari awal sampai selesai
(Job Steps)
▪ Tentukan langkah pekerjaan dari awal sampai
akhir.
▪ Gunakan kata kerja aktif atau operasional
sederhana pada setiap langkah pekerjaan
seperti: memotong, mengganjal, mengelas dsb.
▪ Hindari menggunakan kata-kata yang terlalu
umum seperti: mengoperasikan, merawat,
membangun dsb.
❑ Untuk membagi pekerjaan menjadi langkah-langkah,
pilihlah tenaga kerja yang tepat untuk melakukan
observasi/pengamatan. Pilihlah tenaga kerja yang
berpengalaman, mampu dan kooperatif sehingga
mampu berbagi ide/saran/masukan.
❑ Jelaskan tujuan dan keuntungan dari JSA kepada tenaga
kerja.
❑ Observasi performa tenaga kerja terhadap pekerjaan dan
tulis langkah dasar JSA.
❑ Rekaman video pekerjaan dapat digunakan untuk
peninjauan di masa mendatang. Pertanyakan langkah
awal pekerjaan dilanjutkan langkah selanjutnya dan
seterusnya
Persyaratan yang harus dipenuhi seseorang yang terlibat dalam
pembuatan JSA :

a) Pengawas/Supervisor - di departemen dimana pekerjaan


dilakukan.

b) Karyawan
1. Orang yang paling familiar/paham dengan pekerjaan.
2. Mereka memiliki pemahaman yang baik dari pekerjaan,
dan pengetahuan ini sangat berharga untuk menemukan
bahaya.
3. Melibatkan tenaga kerja yang akan membantu
meminimalkan kelalaian atau kesalahan, sehingga analisisnya
berkualitas.
KESALAHAN UMUM

• Menggunakan kata kerja yang terlalu umum,


sehingga banyak bahaya yang tidak terdeteksi.
• Mencatat “bagaimana melakukan pekerjaan”
bukan “apa yang dilakukan”.
Kesalahan yang sering dalam
membuat langkah pekerjaan
Kesalahan tersering pertama : pada tahap ini
adalah memasukkan kegiatan untuk mengatasi bahaya
kedalam langkah pekerjaan, contohnya:
– Memarkir forklift di tempat yang lantainya rata.
– Memasang persneling ke gigi 1.
– Mengganjal ban truk.
– Memakai sarung tangan.
– Mengangkat bahan baku produksi dengan cara yang benar
– dsb
Kesalahan yang sering dalam
membuat langkah pekerjaan
Kesalahan tersering kedua, memuat langkah yang
terlalu detil, contohnya:
– Menutup pintu ruangan.
– Menekan tombol start.
– Mengenakan full body harness.
– Melihat jarum penunjuk pressure gauge.
Kesalahan yang sering dalam
membuat langkah pekerjaan
Kesalahan tersering ketiga, memuat kegiatan yang
terlalu luas, sehingga beberapa langkah kerja yang harus
dicantumkan menjadi hilang, contohnya:
Melepas ban truk yang kempes, padahal langkah ini masih
berisi langkah-langkah seperti:
– memasang dongkrak.
– menurunkan dongkrak.
– melepas baut roda, dan
– melepas ban yang kempes.
Langkah-langkah ini tidak hanya dibuat secara spesifik
untuk satu pekerjaan tertentu, tetapi juga khusus untuk
satu area kerja tertentu.

Jika area kerja berubah tetapi jenis pekerjaan sama,


tetap saja langkah-langkah dari pekerjaan tersebut
perlu berubah juga.
4. Mengidentifikasi
bahaya dan potensi
kerugian pada setiap
langkah pekerjaan
(Identify Hazards)
APA ITU BAHAYA ( HAZARD ) ?
ISO 45001: 2018

BAHAYA ADALAH SEGALA SESUATU YANG BERPOTENSI


MENCELAKAKAN, MENCEDERAI, ATAU MERUSAK.
Types of Workplace Hazards
Common Hazards and Descriptions
Toxic chemical:

► Bahan kimia yang membuat seseorang terserap


melalui kulit, terhirup, atau melalui aliran darah
yang menyebabkan penyakit, penyakit, atau
kematian

Flammable chemical:

► Bahan kimia yang, jika terkena sumber


penyulutan panas, menghasilkan pembakaran

Corrosive chemical:

► Zat kimia yang jika terkena kulit, logam, atau


bahan lainnya, akan merusak bahan tersebut
Common Hazards and Descriptions

Explosions caused by chemical reactions:

► Disebabkan oleh pencampuran bahan kimia


secara fisik

Explosions caused by over pressurization:

► Pelepasan energi dalam jumlah besar secara


tiba-tiba dan dengan kekerasan karena
perbedaan tekanan yang signifikan
Common Hazards and Descriptions

Electrical:

► Kontak dengan konduktor yang terbuka

► Terlalu panas atau melengkung ke titik


pembakaran

► Pelepasan muatan listrik statis

► Kehilangan daya listrik ke peralatan kritis


Common Hazards and Descriptions
Ergonomic strains:
► Kerusakan jaringan karena aktivitas berlebihan
(terkilir dan terkilir) atau gerakan berulang
Human error ergonomics:
► Desain sistem, prosedur, atau peralatan yang
menimbulkan kesalahan
Excavation hazards:
► Tanah longsor di parit atau penggalian karena
penopang yang tidak tepat atau tidak memadai
Fall, slip, and trip hazards:
► Kondisi yang mengakibatkan jatuh (benturan) dari
ketinggian atau permukaan jalan tradisional
Common Hazards and Descriptions
Fire or high temperatures:
► Terbakar pada kulit atau kerusakan pada organ lain
Mechanical/Vibration hazards:
► Kerusakan ujung saraf atau kelelahan material yang
menyebabkan kegagalan keselamatan kritis
Mechanical failures:
► Terjadi saat perangkat melebihi kapasitas yang
dirancang atau tidak dirawat dengan baik
Mechanical hazards:
► Kulit, otot, atau bagian tubuh yang terkena remuk,
terjepit, terpotong, terobek, tercukur benda atau
peralatan
Common Hazards and Descriptions
Noise:

► Mengakibatkan kerusakan pendengaran atau


ketidakmampuan untuk mengkomunikasikan informasi
penting-keselamatan

Ionizing radiation:

► Alfa, Beta, Gamma, partikel netral, dan sinar-X yang


menyebabkan ionisasi jaringan komponen seluler

Non-ionizing radiation:

► Ultraviolet, cahaya tampak, inframerah, dan gelombang


mikro yang menyebabkan kerusakan jaringan dengan
cara termal atau fotokimia
Common Hazards and Descriptions
Struck by hazards:
► Massa yang dipercepat yang menyerang tubuh
Struck against hazards:
► Melakukan kontak dengan permukaan tempat tindakan
diprakarsai oleh orang tersebut
Temperature extremes:
► Stres panas, kelelahan, hipotermia
Visibility hazards:
► Kurang penerangan atau penglihatan yang terhalang yang
mengakibatkan kesalahan atau bahaya lainnya
Weather phenomena:
► Salju, hujan, angin, atau es
Identifikasi semua bahaya baik yang disebabkan oleh lingkungan maupun
yang berhubungan dengan prosedur kerja.

Tanyakan pada diri masing-masing Team pertanyaan berikut untuk setiap


tahap:
❑ Adakah bahaya macet, akan macet atau kontak yang berbahaya
dengan objek pekerjaan?
❑ Dapatkah pekerja memegang objek dengan aman?
❑ Dapatkah gerakan mendorong, menarik, mengangkat, menekuk atau
memutar yang dilakukan menyebabkan ketegangan?
❑ Adakah potensi tergelincir atau tersandung?
❑ Adakah bahaya jatuh ketika pekerja berada di tempat tinggi?
❑ Dapatkah pekerja mencegah bahaya saat kontak dengan sumber listrik
dan kontak putus?
❑ Apakah lingkungan berbahaya bagi keselamatan dan kesehatan?
Adakah konsentrasi gas beracun, asap, kabut, uap, debu, panas atau
radiasi?
❑ Adakah bahaya ledakan?
5. Menetapkan sistem
kendali bahaya
(Determine Control
Measures)
Mengembangkan pengendalian yang efektif dari setiap bahaya yang
diidentifikasi termasuk mengembangkan prosedur kerja yang aman
untuk mencegah kejadian atau potensi kecelakaan.
Beberapa pengendalian yang mungkin dapat diterapkan:

a. Menemukan cara baru untuk melakukan pekerjaan dengan memilih


metode paling aman.
b. Mengubah kondisi fisik (seperti peralatan, perlengkapan, tata letak
area kerja) yang menimbulkan bahaya.
c. Mengubah prosedur kerja untuk menghilangkan atau menimalisasi
bahaya.
d. Mengurangi frekuensi kinerjanya . Melaksanakan rotasi atau
pembatasan waktu bekerja.
e. Gunakan alat pelindung diri yang sesuai dengan bahaya yang ada
untuk melindungi karyawan, dimana hal ini merupakan cara
pengendalian yang terakhir.
6. Mengkomunikasikan
dan Menggunakan JSA
(Communicate and use
the JSA)
JSA TIDAK AKAN BERMANFAAT JIKA TIDAK DIKOMUNIKASIKAN
DENGAN BAIK KE TENAGA KERJA.

UNTUK ITU :
1. KOMUNIKASIKAN JSA KE TENAGA KERJA YANG TERLIBAT
DENGAN PEKERJAAN TERKAIT MELALUI TRAINING, TOOL BOX
MEETING, SAFETY DIALOGUE, DASHBOARD, DLL , TERMASUK
KEPADA TENAGA KERJA BARU DI PEKERJAAN TERSEBUT.
2. JSA HARUS MUDAH DIAKSES OLEH TENAGA KERJA.
3. LAKUKAN EVALUASI DAN REVIEW TERHADAP JSA SECARA
PERIODIK, JIKA TERJADI KECELAKAAN ATAU NEARMISS, ADA
PERUBAHAN TERHADAP KONDISI PEKERJAAN.
CONTOH-CONTOH
JSA
1 7

2 4 6
3 5

8
1. Isilah profil pekerjaan yang akan dibuat JSA nya. Bagian paling atas
Form JSA biasanya mencakup nama pekerjaan, nama pekerja dan
berapa lama waktu pekerjaan tersebut dikerjakan. Agar terdokumentasi
dengan baik, maka sebaiknya setiap JSA memiliki nomor spesifik untuk
mempermudah dalam mengaksesnya.

2. Isilah langkah-langkah atau tahapan dari pekerjaan dengan detail


dari awal/persiapan sampai selesai. Tuliskan semua detail tahapan
pekerjaan agar jangan sampai ada yang terlewat.

3. Isilah kolom bahaya untuk setiap bahaya yang potensi terjadi dari
masing-masing tahap pekerjaan tersebut.

4. Isi kolom risiko untuk setiap bahaya yang telah teridentifikasi. Risiko
adalah dampak dari bahaya jika ia sampai menimbulkan kerugian.
( RISK = SEVERITY X PROBABILITY )
5. Isilah kolom pengendalian. Setelah menentukan risiko yang dapat
terjadi, kita harus menentukan pengendalian apa yang efektif untuk
menguangi risiko tersebut.

6. Isilah kolom tanggung jawab. Pada kolom tanggung jawab, harus


ditulis siapa saja yang bertanggung jawab dan berkomitmen untuk
melaksanakan setiap pengendalian yang ditulis.

7. Tanda tangan dan nama jelas pada isian “supervisor”. Isian tersebut
berfungsi sebagai pertanggungjawaban supervisor atas semua hal yang
tertulis di JSA dan memastikan bahwa JSA tersebut telah mencakup
semua aktifitas yang akan dilakukan nanti.
Dan juga tanda tangan dan nama jelas pada isian “ Safety Manager”.
Isian tersebut berfungsi sebagai persetujuan dari pihak HSE/Safety dan
memastikan bahwa seluruh yang tertulis di JSA telah memenuhi aspek
keselamatan kerja.
8. Tanda tangan dan nama anggota tim JSA yang terlibat. JSA
tidak akan efektif apabila seluruh tim tidak mengetahui isi dari
JSA ini. Oleh karena itu, kolom isian tanda tangan anggota tim
mutlak diperlukan sebagai bukti bahwa JSA telah
disosialisasikan ke seluruh anggota tim.
CONTOH LAIN JSA - 1

CONTOH LAIN JSA - 2


WORKSHOP
JSA FORM

VIDEO UNTUK WORKSHOP

https://www.youtube.com/watch?v=8ZFICCS7mVk
DANAR WISMONO
081 2328 3204
dwismono6@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai