Anda di halaman 1dari 23

TEORI KONTIJENSI, SISTEM PENGENDALIAN

MANAJEMEN DAN OUTPUT PERUSAHAAN : HASIL


MASA LALU DAN ARAH MASA MENDATANG

Presented By:
ANTON ARISMAN
BAMBANG SBI
GRACE TIANNA SOLOVIDA
IFAH LATHIFAH

PROGRAM DOKTOR ILMU EKONOMI


UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
1
Pengendalian manajemen dilakukan untuk menjaga agar
aktivitas organisasi tetap mengarah pada tujuan dan strategi
organisasi (Merchant,1989)

Pengendalian dalam organisasi dapat disesuaikan dengan


tingkatan yang ada dalam organisasi itu sendiri. Penelitian
Ansari 1977,Anthony 65;Wash n Seward ’90 menemukan
perbedaan pengendalian pada tingkat Perusahaan, manajemen
dan operasional.

 Pengendalian organisasi diterapkan pada tingkat korporasi


(CEO dan pejabat-pejabat korporasi), tingkat manajemen, dan
tingkat operasional (pada eselon yang lebih rendah dalam
organisasi), yang bertujuan untuk memastikan terlaksananya
kinerja yang baik.

2
 Penelitan sebelumnya :

 Pengendalian pada tingkat perusahaan dan


tingkat operasional ditemukan berbeda
secara signifikan dari pengendalian
managerial (Anthony ’65)

 Banyak keputusan dilakukan pada tingkat


organisasi yang lebih rendah (Arrow’64)

 Alchian, Demsetz’72 : Pengendalian terpisah


dari aspek perencanaan
3
Pendekatan kontijensi yang digunakan dalam
akuntansi manajemen berdasarkan premis
bahwa tidak terdapat satu sistem akuntansi
manajemen yang secara universal selalu tepat
untuk diterapkan pada seluruh orgasnisasi dalam
setiap keadaan (Otley,1980).
Dalam penelitian-penelitian akuntansi
manajemen, pendekatan kontijensi diperlukan
untuk mengevaluasi faktor-faktor kondisional
yang menyebabkan sistem pengendalian
manajemen lebih efektif. 4
 Teori kontinjensi berpendapat bahwa perancangan dan penggunaan sistem
pengendalian adalah kontinjen sesuai dengan konteks organisasi
bagaimana mengendalikan operasionalnya.

 Teori kontinjensi muncul dalam rangka merespon pendekatan


universalistik yang berpendapat bahwa perancangan pengendalian optimal
dapat diterapkan pada semua perusahaan. Pendekatan pengendalian
universal merupakan pengembangan dari teori manajemen ilmiah. Prinsip
manajemen ilmiah adalah untuk memaksimalkan efisiensi.

Sedangkan Copley (1923) : Pengendalian merupakan ide sentral dari


manajemen ilmiah.

Hambrick,Lei ‚ 85: Banyak model formulasi dan implementasi strategi


berdasarkan pada pandangan universal.

 Dalam prinsip akuntansi manajemen berusaha mengadopsi sistemnya


untuk mengidentifikasi variabel kontijensi dan menduga efeknya terhadap
desain sistem pengendalian
.
5
Teori kontijensi dalam pengendalian manajemen
muncul dari asumsi dasar pendekatan universal.
Pendekatan universal ini muncul akibat adanya
perkembangan dalam pendekatan manajemen ilmiah.
Sistem pengendalian manajemen dapat diaplikasikan
pada perusahaan dengan karakteristik dan skala
usaha yang hampir sama.
6
1. Variabel yang terkait dengan unsur ketidakpastian
(uncertainty).

2. Variabel yang terkait dengan teknologi dan


interdependensi perusahaan

3. Variabel yang terkait dengan industri,perusahaan,


dan unit bisnis

4. Variabel misi dan strategi kompetitif.

5. Variabel terkait dengan faktor-faktor yang dapat


diobservasi (observability). 7
 Pengendalian digunakan untuk menciptakan kondisi
yang memotivasi organisasi tersebut untuk mencapai
hasil yang diinginkan atau yang ditetapkan terlebih
dahulu. Pengendalian organisasi telah digambarkan
sebagai tindakan atau aktivitas yang diambil untuk
mempengaruhi agar orang bertindak sesuai dengan
tujuan organisasi (Flamholtz, 1983).

 Pengendalian memusat pada dua pertanyaan berikut:


Apakah : (1) strategi diterapkan seperti yang
direncanakan, dan (2) hasil yang diproduksi sesuai
dengan yang diharapkan (Schreyogg dan Steimann,
8
1987).
Gigloni dan Bedein (1974) menyatakan bahwa pengendalian dalam
organisasi yang kompleks terdiri atas dua jenis:

1)Satu jenis mengarahkan para bawahan dalam aktivitas mereka,


diterapkan secara terbuka, dengan program dan prosedur operasi baku.

pengendalian jenis ini digunakan melalui struktur perusahaan, kultur


perusahaan dan kebijakan sumber daya manusia (perekrutan,
keterampilan dan kebijakan penghentian).

2)Jenis pengendalian yang kedua adalah CYBERNETICS yang digambarkan


sebagai suatu system dimana standar penilaian kinerja ditentukan,
parameter kinerja diukur dan perbandingan dilakukan antara
standar,dg kinerja actual yg akan menghasilkan umpan balik berupa
informasi mengenai perbedaan (varians)

9
 Riset akuntansi tentang system pengendalian difokuskan pada
system cybernetics, dan pengendalian berdasarkan anggaran
keuangan telah menjadi sarana utama untuk sistem ini.
(Dent’90,Waterhouse,Tiessen ’78)

 Sistem insentif menjadi bagian dari proses yang cybernetics


karena merupakan suatu komponen kunci umpan balik untuk
memproses tujuan utama suatu system penganggaran yaitu
ketetapan informasi yang bermanfaat untuk monitoring dan
memotivasi personil. (Fisher,Govindarajan ’93)

 Umapathi (1987) menyatakan bahwa mayoritas perusahaan


menggunakan penilaian kinerja anggaran dalam menentukan
insentif manajer. Atribut insentif yang telah diuji kerangka
kontijensi meliputi ukuran-ukuran kinerja tersebut (yaitu, gaji,
bonus, pilihan, dll), frekwensi pembayaran, dan tingkat
10
kesubyektifan dalam menentukan insentif.
Contingent Control
Framework
All other
Factors

Organizational Contingency
Control Package Variables
Contingency Measurement
Variables Strukture Effectiveness
Cultural
&
Efficiency
endogenous Human resources Job related Rewards
management tension
Cybernetic System Satisfaction
Other Mechanism Other Outcomes
variables

11
 Fisher (1998) membuat kerangka kerja (framework) untuk pengendalian
kontijensi dalam gambar.

 Proses dalam pengendalian kontijensi ditunjukkan dalam siklus yang terjadi


berulang-ulang. Faktor-faktor kontijensi tertentu dapat ditentukan melalui
keputusan manajemen sementara faktor-faktor lain ditentukan secara
exogenous.

 Setelah perusahaan menentukan tujuan dan factor-faktor kontijensi,


perusahaan tersebut akan berusaha untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dengan menggunakan serangkaian pengendalian organisasi
dalam usaha mencapai tujuan tersebut.

 Sistem pengendalian cybernaetic hanya merupakan salah satu bagian dari


keseluruhan pengendalian organisasi karena masih banyak factor di luar
system pengendalian yang mempengaruhi hasil yang diharapkan
perusahaan.

 Setelah hasilnya diukur dan dilakukan pemberian reward kemudian


informasi tersebut akan diumpanbalikkan terhadap kerangka kerja dan
mungkin akan mempengaruhi pengambilan keputusan perusahaan di masa
12
depan.
Walaupun studi kontijensi telah menyajikan pengertian yang
mendalam atas sistem pengendalian, hasilnya belum
dikembangkan ke dalam suatu teori pengendalian manajemen
yang diterima luas (Dent, 1990).

Pengendalian Cybernatic adalah multidimensional dan merupakan


bagian dari sistem pengendalian organisasi tetapi penelitian
sebelumnya hanya menguji sebagian kecil rangkaian
pengendalian tersebut.

Kebanyakan penelitian hanya menguji satu faktor kontijeni pada


waktu tertentu.

Hal tersebut akan menyebabkan kesulitan dalam menjelaskan


hubungan dan sebab akibat antar faktor kontijensi.

13
Fisher (1995) mengklasifikasikan riset terdahulu
berdasarkan tingkat kompleksitas analisa. Literatur
pengendalian terdahulu dibagi menjadi empat kategori
yang tergantung pada kontijensi, pengendalian dan
variabel hasi yang tercakup studi tersebut.

Pada level ini, satu faktor kontijensi dihubungkan dengan


satu mekanisme pengendalian. Hipotesis pada penelitian
ini memprediksi keberadaan faktor kontijensi akan
meningkatkan kemungkinan perusahaan menggunakan
mekanisme pengendalian tertentu.
14
 Pada analisis level ini diuji efek gabungan dari
mekanisme pengendalian dan factor kontijensi dalam
variable hasil.
 Simon (1987) menyatakan perbedaan sistem
pengendalian yang diuji antara unit bisnis yang
memanfaatkan strategi penyelidik atau pendukung
tersebut.
 Beberapa hipotesa atas studi ini menguji pada
korelasi antara strategi unit bisnis (SBU) dan
mekanisme pengendalian ( yaitu yang mengukur
analisa).
15
 Pada analisis level ini, riset menguji efek gabungan dari
faktor kontijensi dan sistem pengendalian terpadu
dalam variabel hasil.

 Analisa level ini mengasumsikan bahwa sistem


pengendalian kemungkinan bisa diganti atau
disempurnakan tergantung pada faktor kontijensi yang
ada dalam perusahaan.

16
 Level ini menguji faktor-faktor kontinjen efektivitas
design pengendalian.
 Govindarajan dan Fisher (1989) mengemukakan bahwa
apabila semua faktor kontijensi dimasukkan dalam
sistem pengendalian akan berjalan dengan baik.
 Child (1975) menyimpulkan bahwa sistem
pengendalian internal yang konsisten diasosiasikan
dengan kinerja yang tinggi. Perusahaan mungkin
mendesign sistem pengendalian yang konsisten
dengan satu faktor kontinjen yang dominan dan
mengabaikan faktor lainnya.
 Otley (1980) juga membandingkan riset kontijensi
sesuai dengan variabel kontijensi, desain organisasi,
tipe sistem informasi akuntansi dan efektivitas 17
organisasi.
Pendekatan kontijensi dalam akuntansi
manajemen didasarkan pada pendapat
bahwa tidak ada sistem akuntansi yang
bersifat universal yang berlaku sama
untuk semua organisasi dalam semua
keadaan.
Teori kontijensi harus mengidentifikasi
aspek spesifik dari suatu sistem
akuntansi yang dihubungkan dengan
keadaan tertentu dan mempertunjukkan 18

suatu kecocokan.
Pengaruh dari hasil empiris
(a) Efek teknologi
Variabel contingency terpanjang dan paling sederhana yang
ditentukan yang digunakan dalam akuntansi manajemen adalah
teknologi produksi

(b) Efek struktur organisasi


Ada bukti menyatakan bahwa stucture organisasi
mempengaruhi cara dimana informasi anggaran adalah terbaik
untuk digunakan.

(c) Efek lingkungan


Faktor lingkungan juga dilibatkan untuk menjelaskan perbedaan
dalam penggunaan informasi akuntansi
19
1. Faktor-aktor kontinjensi yang
memungkinkan berpengaruh belum
diidentifikasi. Literatur-literatur strategi,
manajemen dan kompensasi seharusnya
membantu mengidentifikasi faktor-faktor
kontinjensi yang lain (Hofer’75,
Hambrick,Lei’85)

20
2. Hubungan antara variabel-variabel kontinjensi
perlu untuk dieksplorasi. Terutama pada
hubungan antara faktor kontinjensi sendiri.
3. Kurang jelasnya definisi sistem pengendalian
mengakibatkan kesulitan dalam menentukan
batasan sistem pengendalian
4. Miskinnya konseptualisasi hasil (variabel
dependen). Banyak riset tidak menguji apakah
ada hubungan kontinjensi dengan kinerja
perusahaan yang lebih baik.
21
5. Riset mendatang seharusnya menguji
pengukuran kinerja non keuangan.
Berdasarkan balance scorcard,caplan dan
norton (1992) menyarankan bahwa terdapat
hubungan antara ukuran keuangan dan non
keuangan dan relatif belum dieksplorasi.

22
23

Anda mungkin juga menyukai