Anda di halaman 1dari 30

Perlukaan Susunan Saraf

Macam-macam perlukaan syaraf


1. Paralisis nervus facialis
Kelainan ini terjadi akibat tekanan perifer pada nervus facialis
saat kelahiran. Hal ini sering tampak pada bayi yang lahir dengan
ekstraksi cunam. Kelumpuhan perifer ini bersifat flasid, dan bila
kelumpuhan terjadi total, akan mengenai seluruh sisi wajah
termasuk dahi.
Diagnosis :
Timbul gejala separuh muka bayi tidka dapat digerakkan.
Kelainan ini terjadi akibat tekanan perifer pada Nervus fasialis
saat lahir
Sering terjadi pada persalinan dengan ekstraksi cuman
Tindakan :
Bila kelainan pada saraf VIII hanya berupa edema. Biasanya
sembuh dalam beberapa hari tanpa tindakan khusus. Jika 1
minggu  tidak ada perubahan, segera rujuk / konsultasi ke
rumah sakit
2. Paralisis Nervus Frenikus
Gangguan ini biasanya terjadi di sebelah kanan dan menyebabkan terjadinya
paralisis diafragma. Kelainan sering ditemukan pada kelahiran sungsang.Kelainan
ini biasanya menyertai paralisis Duchenne – Erb dan diafragma yang terkena
biasanya diafragma kanan. Pada paralisis berat bayi dapat memperlihatkan
sindroma gangguan pernafasan dengan dispneu dan sianosis. Diagnosis
ditegakkan dengan pemeriksaan röntgen foto torak atau fluoroskopi dimana
diafragma yang terganggu posisinya lebih tinggi. Pengobatan biasanya
simptomatik. Infeksi paru merupakan komplikasi yang berat. Penyembuhan
biasnya terjadi spontan pada bulan ke-1 samapi ke-3.
Regangan pada pleksus brakialis yang menyebabkan regangan pada Nervus
Frenikus karena jalannya bersamaanEtiologi : Kelahiran sungsang.

Tindakan :
Terjadi paralisis pada Nervus Frenikus yang bersifat unilateral atau
bilateral  terjadi paralisis diafragma. Paralisis nervus frenikus biasanya
menyertai paralisis duchene – Erb dan diafragma yang terkena biasanya
diafragma kanan sehingga bila ada paralisis Duchene – Erb perhatikan
pernapasan bayi.
Pada paralisis berat, bayi dapat memperlihatkan sindrome gangguan
pernapasan dengan dispne dan sianosis.
Tindakan : Rujuk ke rumah sakit
3.Paralisis Plexus Brachialis
Kelainan ini dibagi atas : 
 paralisis Duchenne – Erb, yaitu kelumpuhan bagian-bagian tubuh yang disarafi oleh

cabang-cabang C5 dan C6 dari plexus brachialis. Pada keadaan ini ditemukan


kelemahan untuk fleksi, abduksi, serta memutar ke luar disertai hilangnya refleks
biseps dan Moro.
 Paralisis Klumpke, yaitu kelumpuhan bagian-bagian tubuh yang disarafi oleh cabang

C8-Th 1 dari plexus brachialis. Disini terdapat kelemahan oto-otot fleksor


pergelangan, sehingga bayi kehilangan refleks mengepal.

Kelainan ini timbul akibat tarikan yang kuat di daerah leher pada saat lahirnya bayi,
sehingga terjadi kerusakan pada plexus brachialis. Hal ini ditemukan pada
persalinan sungsang apabila dilakukan traksi yang kuat dalam usaha melahirkan
kepala bayi. Pada persalinan presentasi kepala, kelainan dapat terjadi pada janin
dengan bahu lebar.
Penanggulangannya dengan jalan meletakkan lengan atas dalam posisi abduksi 90°
dan putaran ke luar. Siku berada dalam fleksi 90° disertai supinasi lengan bawah
dengan ekstensi pergelangan dan telapak tangan menghadap ke depan. Posisi ini
dipertahankan untuk beberapa waktu. Penyembuhan biasanya setelah beberapa hari,
kadang-kadang 3-6 bulan. 

Penyebab Trauma Flexus Brachialis

Kelainan-kelainan ini timbul akibat tarikan yang kuat didaerah leher pada saat
lahirnya bayi, sehingga terjadi kerusakan pada fleksus brachialis. Hal ini ditemukan
pada persalinan letak sungsang apabila dilakukan traksi yang kuat dalam usaha
melahirkan kepala bayi. Pada persalinan presentasi-kepala, kelainan dapat terjadi
pada janin dengan bahu lebar. Disini kadang-kadang dilakukan tarikan pada kepala
agak kuat ke belakang untuk melahirkan bahu depan (Sarwono, 2007).
Trauma pleksus brakialis dapat mengakibatkan paralisis Erb-Duchenne dan
paralisis Klumpke. Bentuk paralisis tersebut tergantung pada saraf
servikalis yang mengalami trauma (Sarwono, 2007).
 Penanganan dan Pencegahan Flexus Brachialis

Pengobatan pada trauma pleksus brakialis terdiri atas imobilisasi parsial


dan penempatan posisi secara tepat untuk mencegah perkembangan
kontraktur. Penanggulangan dengan jalan meletakan lengan atas dengan
posisi abduksi 90º dan putaran keluar. Siku berada dalam pleksi 90º disertai
supinasi lengan bawah dengan ekstensi pergelangan dan telapak tangan
menghadap kedepan. Posisi ini dipertahankan beberapa waktu.
Penyembuhan biasanya terjadi setelah beberapa hari, kadang-kadang
sampai 3-6 bulan (Sarwono, 2007).
Kelainan ini dibedakan atas :
Paralisis Duchenne – Erb
Paralisis Klumpke

Etiologi :
Akibat tarikan kuat di daerah leher saat bayi lahir sehingga terjadi kerusakan
pada pleksus brakialis.

Diagnosis :
Paralisis Duchene – Erb
Terjadi kelemahan pada lengan untuk fleksi, abduksi serta memutar keluar
disertai hilangnya refleks biseps dan moro.Lengan pada posisi aduksi dan
memutar ke dalam dengan lengan bawah proslasi dan telapak tangan ke arah
belakang
Paralisis Klumpke
Timbulnya kelemahan pada otot fleksor pergelangan sehingga bayi kehilangan
refleks mengenal. Paralisis ini jarang terjadi.
Tindakan : Rujuk ke rumah sakit untuk fisioterapi
4.Paralisis pita suara

Kelainan ini mungkin timbul pada setiap persalinan dengan traksi kuat di
daerah leher. Trauma tersebut dapat mengenai cabang ke laring dari nervus
vagus, sehingga terjadi gangguan pita suara (afonia), stridor pada inspirasi,
atau sindroma gangguan pernafasan. Kelainan ini dapat menghilang dengan
sendirinya dalam waktu 4-6 minggu dan kadang-kadang diperlukan tindakan
trakeotomi pada kasus yang berat.
5.Kerusakan medulla spinalis
Kelainan ini ditemukan pada kelahiran letak sungsang, presentasi
muka atau presentasi dahi. Hal ini terjadi akibat regangan longitudinal
tulang belakang karena tarikan, hiperfleksi, atau hiperekstensi pada
kelahiran.
Jenis-Jenis Persalinan

Persalinan Normal
Persalinan normal adalah bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang
kepala/ubun-ubun kecil, tanpa memakai alat bantu, serta tidak melukai ibu
maupun bayi (kecuali episiotomi). Terjadinya persalinan membutuhkan tiga
faktor penting, yaitu kekuatan ibu saat mengejan, keadaan jalan lahir, dan
keadaan janin. Dengan adanya kekuatan mengejan ibu, janin dapat didorong
kebawah, dan masuk kerongga panggul. Saat kepala janin memasuki ruang
panggul,posisi kepala sedikit menekuk sehingga dagu dekat dengan dada janin.
Posisi ini akan memudahkan kepala janin lolos melalui jalan lahir, yang diikuti
dengan beberapa gerakan selanjutnya. setelah kepala keluar, bagian tubuh janin
yang lain akan mengikuti, mulai dari bahu, badan, dan kedua kaki.
Persalinan Dibantu Alat
yaitu persalinan dengan menggunakan alat bantu yang disebut forsep atau
vakum. Jika tidak berhasil maka akan dilakukan operasi caesar.
1. Persalinan dibantu Vakum (Ekstrasi Vakum)
Disebut juga ekstrasi vakum. Vakum adalah seatu alat yang menggunakan
cup penghisap yang dapat menarik bayi keluar dengan lembut.
Alat ini berpungsi membantu menarik kepala bayi ketika Anda mengejan.
Jadi tarikan dilakukan saat Anda mengejan, dan saat mulut rahim sudah
terbuka penuh (FASE KEDUA) dan kepala bayi sudah berada dibagian
bawah panggul. Jika proses persalinan cukup lama sehingga ibu sudah
kehilangan banyak tenaga, maka dokter akan melakukan tindakan segera
untuk mengeluarkan bayi, misalnya dengan vakum.
Keadaan lain pada ibu, yaitu adanya hipertensi (preeklamsia) juga
merupakan alasan dipilihnya vakum sebagai alat bantu persalinan.

Vakum juga dikerjakan apabila terjadi gawat janin yang ditandai dengan
denyut jantung janin lebih dari 160 kali permenit atau melambat mencapai
80 kali permenit yang menandakan bahwa bayi telah mengalami
kekurangan oksigen (HIPOKSIA).

Efek Samping :
 Selain sesuai dengan keadaan diatas, vakum baru boleh dikerjakan bila

sarat-saratnya terpenuhi. Sarat tersebut yaitu panggul ibu tidak sempit,


dapat dilewati oleh janin, janin tidak terlalu besar, pembukaan sudah
lengkap, dan kepala janin sudah memasuki dasar panggul ibu. Jika sarat
tidak terpenuhi, misalnya janin terlalu besar dan kepala janin masih terletak
tinggi didalam panggul, maka operasi seksio caesaria adalah pilihannya.
Efek samping dari persalinan dengan dibantu vakum ini adalah terjadi
perlukaan yang lebih luas pada jalan lahir, juga pendarahan dijalan lahir.
Sedangkan pada bayi, resiko vakum secara umum adalah terjadinya luka
atau lecet dikulit kepala. Resiko yang lebih berat adalah terjadinya
pendarahan diantara tulang-tulang kepala (cephal hematome), juga terjadi
pendarahan dalam otak.

2. Persalinan Dibantu forsep (ekstrasi forsep)


Forsep merupakan alat bantu persalinan yang terbuat dari logam menyerupai
sendok. Berbeda dengan vakum, persalinan yang dibantu forsep bisa
dilakukan meski Anda tidak mengejan, misalnya saat terjadi keracunan
kehamilan, asma, atau penyakit jantung.
Forsep digunakan pada ibu pada keadaan sangat lemah, tidak ada
tenaga, atau ibu dengan penyakit hipertensi yang tidak boleh mengejan,
forsep dapat menjadi pilihan. Demikian pula jika terjadi gawat janin ketika
janin kekurangan oksigen dan harus segera dikeluarkan.
Pada bayi dapat terjadi kerusakan saraf ketujuh (nervus fasialis), luka
pada wajah dan kepala, serta patah tulang wajah dan tengkorak. Jika hal itu
terjadi, bayi harus diawasi dengan ketat selama beberapa hari. Tergantung
derajat keparahannya, luka tersebut akan sembuh sendiri. Sedangkan pada
ibu, dapat terjadi luka pada jalan lahir atau robeknya rahim (ruptur uteri).

 
3. Persalinan Dengan Operasi Caesar
Tindakan operasi caesar ini hanya dilakukan jika terjadi kemacetan
pada persalinan normal atau jika ada masalah pada proses persalinan yang
dapat mengancam nyawa ibu dan janin. Keadaan yang memerlukan operasi
caesar, misalnya gawat janin, jalan lahir tertutup plasenta (plasenta previa
totalis), persalinan meacet, ibu mengalami hipertensi (preeklamsia), bayi
dalam posisi sungsang atau melintang, serta terjadi pendarahan sebelum
proses persalinan. Misalnya ibu menderita diabetes, HIV/AIDS, atau
penyakit jantung, caesar bisa dilakukan secara elektif atau darurat
(emergency). Elektif maksudnya operasi dilakukan dengan perencanaan
yang matang jauh hari sebelum waktu persalinan. Elektif maksudnya
operasi dilakukan dengan perencanaan yang matang jauh hari sebelum
waktu persalinan.
4. Operasi Caesar Terencana (elektif)

Beberapa keadaan yang menjadi pertimbangan untuk melakukan operasi


caesar secara elektif, antara lain :
 Janin dengan presentasi bokong

Dilakukan operasi caesar pada janin presentasi bokong pada kehamilan


pertama, kecurigaan janin cukp besar sehingga dapat terjadi kemacetan
persalinan (Feto Pelpic Disproportion), janin dengan kepala menengadah
(Defleksi), janin dengan lilitan tali pusat, atau janin dengan presentasi kaki.
 Kehamilan kembar

Pada kehamilan kembar dilihat presentasi terbawah janin apakah


kepala, bokong, atau melintang. Masih mungkin dilakukan persalinan
pervaginam jika persentasi kedua janin adalah kepala-kepala.
Pada kasus kehamilan kembar dengan janin hanya memiliki satu kantong
ketuban, resiko untuk saling mengait/menyangkut satu sama lain terjadi
lebih tinggi, sehingga perlu dilakukan caesar terencana.Pada kehamilan
ganda dengan jumlah janin lebih dari dua (misal 3 atau lebih), disarankan
untuk melakukan operasi caesar terencana.
 Plasenta previa

artinya plasenta terletak dibawah dan menutupi mulut rahim. Karena


sebelum lahir janin mendapat suplai makanan dan oksigen, maka tidak
mungkin plasenta sebagai media penyuplai lahir/ lepas terlebih dulu dari
janin karena dapat mengakibatkan kematian janin.

 
 Kondisi medis ibu

preeklamsia, kencing manis (diabetes militus), herpes, penderita


HIV/AIDS, penyakit jantung, penyakit paru kronik, atau tumor rahim
(mioma) yang ukurannya besaratau menutupi jalan lahir, kista yang
menghalangi turunnya janin, serta berbagai keadaan lain merupakan hal-hal
yang menyebabkan operasi caesar lebih diutamakan.
 Masalah pada janin

Misanya pada janin dengan oligohidramnion (cairan ketuban sedikit) atau


janin dengan gangguan perkembangan.
5.Opereasi Caesar Darurat (Emergency)

Yang dimaksud operasi caesar darurat adalah jika operasi dilakukan ketika
proses persalinan telah berlangsung. Hal ini terpaksa dilakukan karena ada
masalah pada ibu maupun janin. Beberapa keadaan yang memaksa
terjadinya operasi caesar darurat, antara lain :
 Persalinan macet

Persalinan macet merupakan penyebab tersering operasi caesar.


Beberapa alasan yang dijadikan pertimbangan ialah kontraksi tidak lagi
efektif, janin terlalu besar semantara jalan lahir ibu sempit, dan posisi
kepala janin yang tadak memungkinkan dilakukan penarikan dengan vakum
maupun forsep.
 Stres pada janin

Pada pemeriksaan klinik tanpak bahwa denyut jantung janin menurun.


Secara normal, selama terjadi kontraksi denyut jantung      janin menurun
sedikit, namun akan kembali ke prekwensi asalnya, jika :
a. Prolaps tali pusat

b. Perdarahan

c. Stres janin berat


Teknik Pembiusan

Pertama, pembiusan secara regional dilakukan pada daerah tulang belakang.


Cara ini disebut anestesi spinal.
Pertama adalah menyayat dinding perut bagian bawah sepanjang kurang
lebih 20 cm. Dilanjutkan dengan menyayat dinding rahim sampai bayi
tampak. Bayi pun dikeluarkan perlahan dilanjutkan dengan plasenta dan tali
pusat. Jika tidak ada komplikasi,semua proses ini memerlukan waktu
kurang lebih 20/30 menit. Kedua, pembiusan secara umum, pada keadaan
ini pasien tidak sadar. Pembiusan dilakukan dengan cara memasang alat
bantu napas yang disebut intubasi. Selama pembiusan, sistim pernapasan
dibantu dan dimonitor dengan alat.
Cara Operasi Caesar Dilakukan
Paling sering dibuat sayatan horizontal (mendatar) pada kulit diperut
bagian bawah, kadang dilakukan sayatan vertikal, tergantung situasi dan
penyulit saat operasi dilakukan, biasanya otot perut tidak perlu dipotong.
Selanjutnya dilakukan insisi/sayatan pada rahim, cairan amnion diisap, dan
bayi ditarik keluar dengan hati-hati.
Ketika bayi keluar, tali pusat dijepit dan dipotong, lalu plasenta dikeluarkan, dan
rahim diperiksa secara menyeluruh. Jika tidak ada riwayat operasi caesar yang
menyebabkan perletakan pada rahim atau pengangkatan tumor dirahim sebelumnya,
maka sampai pada tindakan ini diperlukan sekitar waktu 15 menit. setelah bayi
lahir, plasenta dikeluarkan. Setelah bayi dan plasenta lahir, dokter akan menjahit
jaringan yang dipotong tadi. Diperlukan waktu sekitar 30 menit, total tindakan
memakan waktu sekitar 60 menit. Jika pasien pernah dioperasi caesar sebelumnya
waktu yang dibutuhkan lebih lama, tergantung situasi dan dokter yang menangani.

Proses Penyembuhan

Pada hari pertama setelah melahirkan, jika diperlukan, Anda diberikan obat dalam
dosis rendah. Beberapa dokter akan membolehkan Anda mulai makan padat dalam
24 jam pertama. Adapula yang menunggu sampai Anda buang angin (kentut)
yang menandakan bahwa usus sudah berfungsi normal.
Pada hari kedua, ibu\ akan merasa tidak nyaman pada perut. Hal ini
terjadi karena organ pencernaan kembali beraktipitas secara normal setelah
mendapat obat penghilang rasa sakit yang menghentikan aktipitasnya.
Kesembuhan masing-masing ibu berbeda tergantung dari daya tahan
dan efek obat bius yang digunakan. Jika selama pemantauan kondisi Anda
stabil, maka dokter akan mengijinkan Anda pulang. Jangan lupa kontrol
kembali kedokter, kira-kira setelah dua minggu.

 
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai