Anda di halaman 1dari 53

SOSIALISASI PENATAAN

TAMBAHAN PENGHASILAN ASN


PEMKAB KEBUMEN

FAKHRUDIN, M.SI., PSI.


KEBUMEN, 8 OKTOBER 2020
1
KENAPA HONOR/TPP HARUS DITATA ?
 UNDANG-UNDANG RI NOMOR 30 TAHUN 2014; UU 23
TAHUN 2014; UU 5 TAHUN 2014
 PP 12/2019; PP13/2019; PP 30/2019; PERKA BKN 01/2013,
PERMENPAN RB 34/2011; 39/2013; KEPMENDAGRI 061-
5449/2019; SE 061/13218/SJ; SE 061/3279/SJ 28 MEI 2020
 MENGANTISIPASI PENURUNAN TAKE HOME PAY
PEGAWAI NEGERI PEMDA TERKAIT PERATURAN
MENTERI KEUANGAN NOMOR 78/PMK.02/2019;
PERMENDAGRI 37/2014; PMK 33/PMK.02/2020;
 TEMUAN BPK & TINDAK LANJUT KEHARUSAN
DILAKUKANNYA EVALUASI JABATAN OLEH KPK
 MENINGKATKAN KINERJA DAN MOTIVASI PEGAWAI
 MENGURANGI KESENJANGAN TAKE HOME PAY PNS
ANTAR SKPD DI LINGKUNGAN PEMDA
 MENGANTISIPASI KOMPONEN PENGHASILAN ASN
SESUAI UU 5 TAHUN 2014
2
UU 30 TAHUN 2014 : AP

Pasal 5
Penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan
berdasarkan :
a. Asas LEGALITAS
b. Asas perlidungan hak asasi manusia; dan
c. AUPB
Pasal 9
(1) Setiap Keputusan dan/atau Tindakan wajib
berdasarkan peraturan perundang-undangan
dan AUPB

AUPB = Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik


UU 5 TAHUN 2014 : ASN

Paragraph 8
PENILAIAN KINERJA

Pasal 76
1) Penilaian kinerja PNS dilakukan berdasarkan
PERENCANAAN KINERJA pada TINGKAT INDIVIDU
dan TINGKAT UNIT atau ORGANISASI, dengan
memperhatikan target, capaian, hasil, dan manfaat yang
dicapai, serta PERILAKU PNS.

2) Penilaian kinerja PNS dilakukan secara obyektif, terukur,


akuntabel, partisipatif, dan transparan.
UU 5 TAHUN 2014 : ASN
Paragraph 8
PENILAIAN KINERJA

Pasal 77
3) Penilaian kinerja PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
mempertimbangkan pendapat rekan kerja setingkat dan
bawahannya.
4) Hasil penilaian kinerja disampaikan kepada TIM PENILAI KINERJA
PNS
5) Hasil penilaian kinerja PNS digunakan untuk menjamin obyektivitas
dalam pengembangan PNS, dan dijadikan sebagai persyaratan
dalam pengangkatan jabatan dan kenaikan pangkat, pemberian
tunjangan dan sanksi, mutasi, dan promosi serta untuk
mengikuti pendidikan dan pelatihan.
6) PNS yang penilaian kinerjanya tidak mencapai target kinerja
dikenakan sanksi administrasi sampai dengan pemberhentian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan.
VI. KETENTUAN PENUTUP (RPP GTF)
Pada saat Peraturan Pemerintah ini berlaku efektif, semua peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan:
a. gaji;
b. tunjangan jabatan struktural;
c. tunjangan jabatan fungsional;
d. tunjangan umum;
e. tunjangan khusus;
f. tunjangan kemahalan;
g. tunjangan istri/suami;
h. tunjangan anak;
i. tunjangan pangan;
j. tunjangan operasi pengamanan bagi prajurit TNI dan PNS yang bertugas dalam
operasi pengamanan pada pulau-pulau kecil terluar dan wilayah perbatasan;
k. tunjangan profesi;
l. tunjangan kehormatan;
m. tambahan penghasilan PNS;
n. honorarium; atau
o. penghasilan lainnya;
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
6
RPP GAJI, TUNJANGAN KINERJA, TUNJANGAN KEMAHALAN, DAN
FASILITAS PEGAWAI ASN
PRINSIP DASAR
1. MENGAITKAN KINERJA DALAM SISTEM PENGHASILAN
2. MEMPERMUDAH PROSES PENGENDALIAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN
ANGGARAN
3. MEWUJUDKAN KEADILAN DAN TRANSPARANSI SISTEM PENGHASILAN
4. GAJI YANG SAMA UNTUK PEKERJAAN YANG SECARA SUBSTANSIAL SAMA
(INTERNAL EQUITY)
5. TUNJANGAN KEMAHALAN DIBEDAKAN BERDASARKAN PADA TINGKAT
KEMAHALAN TIAP DAERAH

PENYEDERHANAAN STRUKTUR PENGHASILAN :

TOTAL TUNJANGAN TUNJANGAN


PENGHASILAN = GAJI KINERJA KEMAHALAN

MEMPERHATIKAN BERDASARKAN
BERKORELASI
BOBOT JABATAN PADA TINGKAT
TOTAL DG CAPAIAN
PENGHASILAN = (BEBAN KERJA,
RISIKO, DAN + KINERJA
INDIVIDUAL
+ KEMAHALAN TIAP
DAERAH (DATA
TANGGUNG JAWAB BPS)
RPP GAJI, TUNJANGAN DAN FASILITAS PNS
VERSI KEMENKEU
Paragraf 2
Tunjangan Kinerja Atas Capaian Kinerja Organisasi
 
Pasal 28
(1) Tunjangan kinerja atas capaian kinerja organisasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) huruf a diberikan berdasarkan
capaian kinerja organisasi.
(2) Capaian kinerja organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diukur berdasarkan capaian kinerja organisasi atas :
a. pelaksanaan reformasi birokrasi;
b. pengelolaan keuangan pemerintah;
c. pelaksanaan akuntabilitas instansi pemerintah; dan
d. pelaksanaan penganggaran instansi pemerintah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
07/25/2021 8
PP 30 TAHUN 2019 : PK PNS

Pasal 3
Penilaian Kinerja PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
dilakukan berdasarkan perencanaan kinerja pada tingkat individu
dan tingkat unit atau organisasi, dengan memperhatikan target,
capaian, hasil, dan manfaat yang dicapai, serta perilaku PNS.

Pasal 5
Penilaian Kinerja PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
dilaksanakan dalam suatu Sistem Manajemen Kinerja PNS.

Pasal 8
(1) Perencanaan Kinerja terdiri atas penyusunan dan penetapan
SKP dengan memperhatikan Perilaku Kerja.
PP 30 TAHUN 2019 : PK PNS

Pasal 5
Penilaian Kinerja PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
dilaksanakan dalam suatu Sistem Manajemen Kinerja PNS.

Pasal 6
(1) Sistem Manajemen Kinerja PNS sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 terdiri atas:
a. perencanaan kinerja;
b. pelaksanaan, Pemantauan Kinerja, dan pembinaan
kinerja;
c. penilaian kinerja;
d. tindak lanjut; dan
e. Sistem Informasi Kinerja PNS.

Pasal 7
(1) Setiap Instansi Pemerintah harus menerapkan Sistem
Manajemen Kinerja PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6.
PP 30 TAHUN 2019 : PK PNS

Pasal 25
(1) Perilaku Kerja meliputi aspek:
A. ORIENTASI PELAYANAN;
B. KOMITMEN;
C. INISIATIF KERJA;
D. KERJA SAMA; DAN
E. KEPEMIMPINAN.
(2) Aspek kepemimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
e hanya dilakukan bagi PNS yang menduduki: a. jabatan
pimpinan tinggi, b. jabatan administrator, c. jabatan pengawas,
dan d. jabatan fungsional yang karakteristik kegiatannya
membutuhkan aspek kepemimpinan.
(3) Jabatan fungsional yang karakteristik kegiatannya membutuhkan
aspek kepemimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
d ditentukan oleh Instansi Pembina Jabatan Fungsional.
PP 30 TAHUN 2019 : PK PNS
Pasal 26
(1) Pelaksanaan rencana kinerja didokumentasikan secara periodik.
(2) Pendokumentasian secara periodik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat berupa:
a. harian;
b. mingguan;
c. bulanan;
d. triwulanan;
e. semesteran; dan/atau
f. tahunan.
PasaL 27
(1) Pemantauan Kinerja dilakukan oleh Pejabat Penilai Kinerja
PNS terhadap PNS secara berkala dan berkelanjutan dalam
proses pelaksanaan SKP paling kurang 1 (satu) kali dalam setiap
semester pada tahun berjalan.
(2) Pemantauan Kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan mengamati Capaian Kinerja melalui
dokumentasi kinerja yang terdapat dalam sistern informasi non-
elektronik dan/atau sistem informasi berbasis elektronik.
PP 30 TAHUN 2019 : PK PNS

Pasal 29

(1) PNS wajib melakukan pengukuran kinerja melalui sistem pengukuran kinerja.
(2) Pengukuran kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
terhadap:
a. SKP dengan membandingkan Realisasi SKP dengan Target SKP sesuai
dengan perencanaan kinerja yang telah ditetapkan; dan
b. Perilaku kerja dengan melakukan penilaian perilaku kerja.
(3) Pengukuran kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
berdasarkan data dukung mengenai kemajuan kinerja yang telah dicapai
pada setiap periode pengukuran kinerja.
(4) Pengukuran kinerja dapat dilakukan setiap bulan, triwulanan,
semesteran, atau tahunan serta didokumentasikan dalam dokumen
pengukuran kinerja sesuai kebutuhan organisasi.
(5) Dalam pengukuran kinerja, Realisasi kinerja PNS dapat melebihi Target
kinerja.
(6) Realisasi kinerja PNS yang melebihi Target kinerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (5), nilai capaian kinerja paling tinggi pada angka 120
(seratus dua puluh).
PP 30 TAHUN 2019 : PK PNS

Pasal 35
(1) Penilaian SKP dilakukan dengan menggunakan hasil pengukuran
kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29.
(2) Penilaian SKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
Pejabat Penilai Kinerja PNS.
(3) Khusus pejabat fungsional, penilaian SKP dapat mempertimbangkan
penilaian dari Tim Penilai Angka Kredit Jabatan Fungsional.
(4) Penilaian SKP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
dituangkan dalam dokumen penilaian SKP.
(5) Hasil penilaian SKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),
dan ayat (3) berupa nilai SKP.

Pasal 36
Penilaian SKP bagi PNS yang mengalami rotasi, mutasi, dan/atau
penugasan lain terkait dengan tugas dan fungsi jabatan selama tahun
berjalan dilakukan dengan menggunakan metode proporsional berdasarkan
periode SKP pada unit-unit dimana PNS tersebut bekerja pada tahun
berjalan.
PP 30 TAHUN 2019 : PK PNS

Pasal 37
(1) Penilaian Perilaku Kerja dilakukan dengan membandingkan standar
Perilaku Kerja dalam jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
ayat (4) dengan Penilaian Perilaku Kerja dalam jabatan.
(2) Penilaian Perilaku Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh Pejabat Penilai Kinerja PNS.
(3) Penilaian Perilaku Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berdasarkan penilaian rekan kerja setingkat dan/atau bawahan
langsung.
(4) Penilaian Perilaku Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dituangkan dalam dokumen penilaian perilaku kerja.
(5) Hasil Penilaian Perilaku Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa nilai Perilaku Kerja.

Pasal 38
Dalam hal Instansi Pemerintah belum menerapkan penilaian Perilaku Kerja
berdasarkan penilaian rekan kerja setingkat dan/atau bawahan langsung
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (3), maka penilaian Perilaku
Kerja dilaksanakan oleh Pejabat Penilai Kinerja PNS.
PP 30 TAHUN 2019 : PK PNS

Pasal 41
(1) Penilaian kinerja PNS dilakukan dengan cara menggabungkan
nilai SKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (5) dan nilai
Perilaku Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (5).
(2) Penilaian kinerja PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan dengan memberikan bobot masingmasing unsur
penilaian:
a. 70 % (tujuh puluh persen) untuk penilaian SKP, dan 30% (tiga
puluh persen) untuk penilaian Perilaku Kerja; atau
b. 60% (enam puluh persen) untuk penilaian SKP, dan 40 %
(empat puluh persen) untuk penilaian Perilaku Kerja.
(3) Penilaian Kinerja PNS dengan bobot 70 % (tujuh puluh persen)
untuk penilaian SKP dan 30% (tiga puluh persen) untuk
penilaian Perilaku Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a, dilakukan oleh Instansi Pemerintah yang tidak
menerapkan penilaian Perilaku Kerja dengan mempertimbangkan
pendapat rekan kerja setingkat dan bawahan langsung.
PP 30 TAHUN 2019 : PK PNS

Pasal 41
(5) Penilaian Kinerja PNS dinyatakan dengan angka dan
sebutan atau predikat sebagai berikut:
a. Sangat Baik, apabila PNS memiliki: 1) nilai dengan
angka 110 (seratus sepuluh) s x < 120 (seratus dua
puluh); dan 2l menciptakan ide baru dan/atau cara baru
dalam peningkatan kinerja yang memberi manfaat bagi
organisasi atau negara;
b. Baik, apabila PNS memiliki nilai dengan angka 90
(sembilan puluh) < x < angka 120 (seratus dua puluh);
c. Cukup, apabila PNS memiliki nilai dengan angka 70
(tujuh puluh) < x < angka 90 (sembilan puluh);
d. Kurang, apabila PNS memiliki nilai dengan angka 50
(lima puluh) < x < angka 70 (tujuh puluh); dan
e. Sangat Kurang, apabila PNS memiliki nilai dengan
angka < 50 (lima puluh).
PP 30 TAHUN 2019 : PK PNS

Pasal 41
(7) Penilaian Kinerja PNS sesuai angka dan sebutan atau predikat
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) didistribusikan kepada
seluruh PNS pada Instansi Pemerintah.
(8) Distribusi PNS yang mendapatkan predikat penilaian kinerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dengan ketentuan:
a. paling tinggi 20% (dua puluh persen) dari total populasi pegawai
dalam satu unit kerja berada pada klasifikasi status kinerja "di
atas ekspektasi";
b. paling rendah 60% (enam puluh persen) dan paling tinggi 70%
(tujuh puluh persen) dari total populasi pegawai dalam satu unit
kerja berada pada klasifikasi status kinerja "sesuai ekspektasi";
dan
c. paling tinggi 20% (dua puluh persen) dari total populasi pegawai
dalam satu unit kerja PNS berada pada klasifikasi status kinerja
"di bawah ekspektasi".
PP 30 TAHUN 2019 : PK PNS

Pasal 51
(1) Dokumen penilaian kinerja PNS dilaporkan secara berjenjang oleh Pejabat
Penilai Kinerja PNS kepada Tim Penilai Kinerja PNS dan SrB paling lambat
pada akhir bulan Februari tahun berikutnya.
(2) Laporan dokumen penilaian kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) paling kurang terdiri dari:
a. nilai kinerja PNS;
b. predikat kinerja PNS;
c. permasalahan kinerja PNS; dan
d. rekomendasi.
(3) Laporan dokumen penilaian kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikelola oleh PyB.

Pasal 54
(1) Laporan dokumen penilaian kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51
ayat (2) dapat digunakan sebagai dasar pembayaran tunjangan kinerja.
(2) Pembayaran tunjangan kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengikuti ketentuan dalam peraturan pemerintah yang mengatur gaji,
tunjangan, dan fasilitas.
PP 30 TAHUN 2019 : PK PNS

Pasal 60

(1) Sistem Informasi Kinerja PNS memuat informasi:


a. perencanaan kinerja;
b. pelaksanaan, pemantauan kinerja, dan pembinaan kinerja;
c. penilaian kinerja; dan
d. tindak lanjut.
(2) Sistem Informasi Kinerja PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan sarana untuk merencanakan, mengumpulkan, mengolah,
menganalisis, menyajikan, mendokumentasikan data penilaian kinerja
PNS, dan bahan evaluasi kinerja.
(3) Kepala Badan Kepegawaian Negara menyiapkan aplikasi informasi
kinerja PNS secara nasional yang dapat diintegrasikan dengan aplikasi
kinerja PNS di Instansi Pemerintah.
(4) Aplikasi informasi kinerja PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dapat dimanfaatkan oleh instansi yang belum mempersiapkan
aplikasi informasi kinerja PNS.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 12 TAHUN 2019 TENTANG
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Pasal 57
(1) Belanja pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56
ayat (1) huruf a digunakan untuk menganggarkan
kompensasi yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

(2) Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan


kepada Kepala Daerah/wakil Kepala Daerah, pimpinan /
anggota DPRD, dan Pegawai ASN.

(3) Belanja Pegawai ASN sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dianggarkan pada belanja SKPD bersangkutan sesuai
dengan ketentuan peraturan perLlndang-undangan.
21
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 12 TAHUN 2019 TENTANG
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Pasal 58
(1) Pemerintah Daerah dapat memberikan tambahan
penghasilan kepada Pegawai ASN dengan memperhatikan
kemampuan Keuangan Daerah dan memperoleh
persetujuan DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Tambahan penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan berdasarkan pertimbangan beban kerja, tempat
bertugas, kondisi kerja, kelangkaan profesi, prestasi
kerja, dan/atau pertimbangan objektif lainnya.
(3) Pemberian tambahan penghasilan kepada Pegawai ASN daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan
Perkada dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah.
22
TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI ASN PEMDA
BEBAN KERJA

TEMPAT BEKERJA

KONDISI KERJA

KELANGKAAN PROFESI

PRESTASI KERJA

PERTIMBANGAN OBYEKTIF LAIN

PP 12 TAHUN 2019 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH


07/25/2021 23
PERATURAN PEMERINTAH RI NOMOR 109 TAHUN 2000
TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KEPALA DAERAH DAN
WAKIL KEPALA DAERAH

GAJI DAN TUNJANGAN

Pasal 4
(1) Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah diberikan gaji, yang terdiri dari
gaji pokok, tunjangan jabatan, dan tunjangan lainnya

(2) Besarnya gaji pokok Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah

(3) Tunjangan jabatan dan tunjangan lainnya sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dtetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku bagi pejabat negara kecuali ditentukan lain dengan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 5
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah tidak dibenarkan menerima
penghasilan dan/atau fasilitas rangkap dari Negara
07/25/2021 24
PERATURAN PEMERINTAH RI NOMOR 59 TAHUN 2000
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1980
TENTANG HAK KEUANGAN/ADMINISTRATIF KEPALA DAERAH/WAKIL
KEPALA DAERAH DAN BEKAS KEPALA DAERAH/BEKAS WAKIL KEPALA
DAERAH SERTA JANDA/DUDANYA SEBAGAIMANA TELAH BEBERAPA
KALI DIUBAH TERAKHIR DENGAN DENGAN PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 16 TAHUN 1993

Pasal I
Mengubah ketentuan Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1980 …
sehingga seluruhnya berbunyi sebagai berikut :

“Pasal 4
(1) Besarnya gaji pokok, bagi
a. Kepala Daerah ……
(2) Selain gaji pokok, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diberikan tunjangan jabatan dan
tunjangan lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil, kecuali ditentukan lain dengan
peraturan perundang-undangan."
07/25/2021 25
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 123 TAHUN 2018
TENTANG
TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM
NEGERI

Pasal 6
(1) Menteri Dalam Negeri yang mengepalai dan memimpin
Kementerian Dalam Negeri diberikan tunjangan kinerja sebesar
150 % (seratus lima puluh persen) dari tunjangan kinerja tertinggi di
Lingkungan Kementerian Dalam Negeri.
(2) Tunjangan kinerja bagi Menteri Dalam Negeri sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diberikan terhitung mulai bulan Januari 2017.

Pasal 7
Pajak penghasilan atas tunjangan kinerja sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 dan Pasal 6 dibebankan pada anggaran pendapatan dan
belanja negara.

07/25/2021 26
TUNJANGAN KINERJA
PER KELAS JABATAN

1 17 Rp. 33.240.000
2 16 Rp. 27 .57 7.500
3 15 Rp. 19.280.000
4 14 Rp. 17.064.000
5 13 Rp. 10.936.000
6 12 Rp. 9.896.000
7 11 Rp. 8.757.600
8 10 Rp. 5.979.200
9 9 Rp. 5.079.200
10. 8 Rp. 4.595.150
11. 7 Rp.3.915.950
L2 6 Rp.3.510.400
13 5 Rp. 3.134.250
l4 4 Rp. 2.985.000
15 3 Rp. 2.898.000
16. 2 Rp. 2.708.250
t7 1 Rp.2.531.250

07/25/2021 27
PP 13 TAHUN 2019 :
Laporan & Evaluasi Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah

Pasal 2

Laporan dan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan meliputi :


a. LPPD;
b. LKPJ;
c. RLPPD; dan
d. EPPD.

Pasal 3

LPPD, LKPJ, RLPPD, dan EPPD disusun berdasarkan prinsip:


a. transparansi;
b. akuntabilitas;
c. akurasi; dan
d. objektif.
PP 13 TAHUN 2019 :
Laporan & Evaluasi Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah

Pasal 4
LPPD memuat satu kesatuan hasil pengukuran kinerja Pemerintah Daerah
yang terdiri atas:
a. capaian Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; dan
b. capaian kinerja pelaksanaan tugas pembantuan.

Pasal 5
Capaian Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf a terdiri atas:
a. capaian kinerja makro;
b. capaian kinerja penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah; dan
c. capaian akuntabilitas kinerja Pemerintah Daerah.

Pasal 6
Capaian kinerja makro sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a
meliputi indeks pembangunan manusia, angka kemiskinan, angka
pengangguran, pertumbuhan ekonomi, pendapatan per kapita, dan
ketimpangan pendapatan.
PP 13 TAHUN 2019 :
Laporan & Evaluasi Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah

Pasal 7
(1) Capaian kinerja penyelenggaraan urusan pemerintahan
daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b
diukur berdasarkan indikator kinerja pada masing-masing
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah.
(2) Indikator kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan
menteri teknis dan pimpinan lembaga pemerintah
nonkementerian terkait.
(3) Indikator kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat diukur secara objektif dan dapat diperbandingkan
antardaerah.
PP 13 TAHUN 2019 :
Laporan & Evaluasi Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah

Pasal 8

(1) Capaian akuntabilitas kinerja Pemerintah Daerah


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c merupakan
pertanggungjawaban Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan
program dan kegiatan untuk mencapai visi dan misi
Pemerintah Daerah secara terukur dengan sasaran dan target
kinerja yang telah ditetapkan melalui sistem
pertanggungjawaban yang disusun secara periodik.

(2) Capaian akuntabilitas kinerja Pemerintah Daerah


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihasilkan dari sistem
manajemen kinerja sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai sistem akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah.
KEPMENDAGRI 061-5449 TAHUN 2019 :
TATACARA PERSETUJUAN MENTERI
DALAM NEGERI THD TPP PEGAWAI ASN
DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

KESATU : Pemerintah daerah menetapkan pemberian tambahan


penghasilan pegawai ASN di lingkungan Pemerintah
Daerah dengan Peraturan Kepala Daerah setelah mendapat
persetujuan tertulis Menteri.

KEDUA : Dalam rangka proses pemberian persetujuan tertulis


Menteri sebagaimana dimaksud pada Diktum KESATU
ditetapkan Tata Cara Persetujuan Menteri Dalam Negeri
Terhadap Tambahan Penghasilan Pegawai ASN di
lingkungan Pemerintah Daerah.

KETIGA : Tata Cara Persetujuan Menteri Dalam Negeri sebagaimana


dimaksud pada Diktum KEDUA sebagai sarana bagi
Kementerian Dalam Negeri dalam melakukan penilaian
terhadap Tambahan Penghasilan Pegawai ASN di
lingkungan Pemerintah Daerah.
PRINSIP-PRINSIP PEMBERIAN TPP:

1. Kepastian hukum dimaksudkan bahwa pemberian TPP mengutamakan


landasan peraturan perundang- undangan, kepatutan, dan keadilan.
2. Akuntabel dimaksudkan bahwa TPP dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
3. Proporsionalitas dimaksudkan pemberian TPP mengutamakan
keseimbangan antara hak dan kewajiban pegawai.
4. Efektif dan efisien dimaksudkan bahwa pemberian TPP sesuai dengan
target atau tujuan dengan tepat waktu sesuai dengan perencanaan kinerja
yang ditetapkan.
5. Keadilan dan kesetaraan dimaksudkan bahwa pemberian TPP harus
mencerminkan rasa keadilan dan kesamaan untuk memperoleh
kesempatan akan fungsi dan peran sebagai pegawai ASN.
6. Kesejahteraan dimaksudkan bahwa pemberian TPP diarahkan untuk
menjamin kesejahteraan pegawai ASN.
7. Optimalisasi dimaksudkan bahwa pemberian TPP sebagai hasil
optimalisasi pagu anggaran belanja Pemerintah Daerah.
33
Tim pelaksanaan TPP ASN pada Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota
dengan KETUA adalah Sekretaris Daerah serta sekurang-kurangnya terdiri dari unsur
perangkat daerah yang membidangi, antara lain:

1) pengelolaan keuangan daerah bertugas melakukan perhitungan terkait


penganggaran TPP ASN Pemerintah Daerah;
2) organisasi bertugas untuk melakukan perhitungan indeks penyelenggaraan
pemerintahan daerah serta mengidentifikasi jabatan-jabatan yang masuk dalam
kriteria beban kerja, prestasi kerja, kondisi kerja, kelangkaan profesi dan/atau
pertimbangan objektif lainnya;
3) kepegawaian bertugas untuk melakukan perhitungan pemangku jabatan
berdasarkan masing-masing kelas jabatan ;
4) hukum menyusun perkada TPP ASN Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang pembentukan produk hukum daerah;
5) perencanaan bertugas untuk memastikan penganggaran terkait TPP ASN
Pemerintah Daerah; dan/atau
6) pengawasan bertugas untuk melakukan pengawasan pelaksanaan TPP ASN pada
Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Tim pelaksanaan TPP ASN pada Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.
34
PERSYARATAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI ASN

Pemerintah Daerah dapat memberikan tambahan penghasilan pegawai ASN.


Selanjutnya dalam rangka proses pengajuan TPP ASN Pemerintah Daerah, Tim
pelaksanaan TPP ASN pada Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota,
melakukan tahapan sebagai berikut:

1. melakukan analisa jabatan secara menyeluruh dan telah divalidasi oleh Menteri
untuk Provinsi serta untuk Kabupaten/Kota divalidasi oleh Gubernur sebagai
Wakil Pemerintah Pusat di Daerah;
2. menetapkan jabatan pelaksana secara menyeluruh dan telah divalidasi oleh
Menteri untuk Provinsi serta untuk Kabupaten/Kota divalidasi oleh Gubernur
sebagai Wakil Pemerintah Pusat di Daerah;
3. melakukan analisa beban kerja secara menyeluruh dan telah divalidasi oleh
Menteri untuk Provinsi serta untuk Kabupaten/Kota divalidasi oleh Gubernur
sebagai Wakil Pemerintah Pusat di Daerah;
4. menetapkan kelas jabatan sesuai perundang-undang setelah dilakukan
pembinaan oleh Menteri untuk Provinsi dan Oleh Gubernur sebagai Wakil
Pemerintah Pusat di Daerah untuk Kabupaten/Kota; dan
5. mengalokasikan anggaran pelaksanaan urusan sesuai kewenangannya
berdasarkan peraturan perundang-undangan.

35
PENILAIAN TPP PEGAWAI ASN

1. Pembayaran TPP Pegawai ASN setiap bulan dinilai berdasarkan


produktivitas kerja dan disiplin kerja;
2. Pembayaran TPP Pegawai ASN pada angka 1 dibayar berdasarkan pada:
a) penilaian produktivitas kerja sebesar 70% atau 60% dari besaran TPP yang
diterima Pegawai ASN; dan
b) penilaian disiplin kerja sebesar 30% atau 40% dari TPP yang diterima
Pegawai ASN.
3. Penilaian Produktivitas Kerja dilakukan berdasarkan: a) pelaksanaan tugas;
dan/atau b) penilaian dari Pejabat Penilai terhadap hasil pelaksanaan
tugas pegawai yang dipimpinnya.
4. Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada angka 3 huruf a antara lain:
a) uraian tugas jabatan; b) indikator kinerja Utama; c) perjanjian kinerja; atau d)
indikator kinerja individu.
5. Pelaksanaan tugas menetapkan sasaran dan target kinerja individu pada awal
tahun anggaran paling lambat minggu kedua bulan Januari setiap tahunnya.
6. Penilaian Disiplin Kerja dilakukan berdasarkan rekapitulasi kehadiran pegawai.
7. Kehadiran Pegawai pada saat masuk kerja dan pada saat pulang kerja.
8. Apabila pemerintah daerah akan mengatur penilaian TPP pegawai ASN di luar
ketentuan angka 1 s.d. angka 7 dapat dilakukan usulan kepada Menteri untuk
mendapatkan persetujuan.
36
37
TATA CARA PERSETUJUAN MENDAGRI THD TPP
KEPMENDAGRI 061-5449 TAHUN 2019

DASAR PEMBERIAN TPP BOBOT

A BEBAN KERJA & PRESTASI 100%

1 BEBAN KERJA 40%


BK > 112,5 JAM/BULAN
2 PRESTASI 60%

B TEMPAT BERTUGAS 10%

INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS


IKG > 1,5

C KONDISI KERJA 10%


PENYAKIT MENULAR
BAHAN KIMIA, RADIASI
KESELAMATAN KERJA
PEMERIKSA & PENEGAK HUKUM
PEJABAT DI BAWAHNYA KOSONG
TIADA JABATAN STRUKTURAL DI BAWAHNYA

D KELANGKAAN PROFESI >= 10%

KETRAMPILAN KHUSUS
KUALIFIKASI SEDIKIT ORANGNYA
JABATAN TERTINGGI DI DAERAH

E PERTIMBANGAN OBYEKTIF LAINNYA 10%

DIAMANATKAN PERATURAN
SELAIN A S/D D

VII PENILAIAN TPP PEGAWAI ASN

1 PRODUKTIVITAS KERJA 70%


PELAKSANAAN TUGAS : URTUG / IKU / PK / IKI
PENILAIAN PEJABAT PENILAI

2 PENILAIAN DISIPLIN KERJA 30%


38
SURAT MENDAGRI
NOMOR 061/3279/SJ Tanggal 28 Mei 2020 Tentang
Pelaksanaan Permendagri 56/2019 Tentang Pedoman Nomenklatur dan Unit Kerja
Sekda Provinsi dan Kab/Kota, dan pelaksanaan Anjab, ABK, Evjab dan TPP

(1) Ada 12 Pemprov belum melaksanaan ketentuan Permendagri


56/2019, a.l. NTB
(2) Pemrov segera melaporkan hasil monitoring atas pelaksanaanmya
(3) Pemda menyampaikan laporan melalui SIMONA :
a. Bagian Ortala melaksanakan input dan upload
b. Inspektorat sebagai QualityAssurance
c. Sekda memberikan persetujuan akhir
(6) Dirjen Bina Keuangan Daerah dan BPKAD untuk tidak
menyetujui Perda APBD
(7) Pemrov dan Pemkab/Pemkot perhatikan :
a. melaksanaan Permendagri 56/2019 paling lambat Des. 2020
b. Input pada Aplikasi paling lambat 31 Agustus 2020
41
PERATURAN-PERATURAN TENTANG STANDAR HARGA
SATUAN/STANDAR BIAYA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 33 TAHUN 2020 TENTANG STANDAR HARGA
SATUAN REGIONAL

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 78/PMK.02/2019 TENTANG
STANDAR BIAYA MASUKAN TAHUN ANGGARAN 2020

PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 127 /PMK.02/2019 TENTANG
STANDAR BIAYA KELUARAN TAHUN ANGGARAN
2020

44
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 33/2020 TENTANG
STANDAR HARGA SATUAN REGIONAL

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 78/PMK.02/2019 TENTANG
STANDAR BIAYA MASUKAN TA 2020

Pengaturan jumlah honorarium yang diterima bagi Pejabat Negara,


Pejabat Eselon I , Pejabat Eselon II, Pejabat Eselon III , Pejabat Eselon IV,
pelaksana, dan pejabat fungsional, dilaksanakan dengan ketentuan
sebagai berikut:
KLASIFIKASI
NO PEJABAT/PEGAWAI
I II III

1 PEJABAT NEGARA, ESELON I, ESELON II 2 3 4


2 PEJABAT ESELON III 3 4 5
PEJABAT ESELON IV, PELAKSANA DAN
3 5 6 7
PEJABAT FUNGSIONAL

07/25/2021 45
ALUR PENYUSUNAN TPP
KABUPATEN KEBUMEN

ANALISIS EVALUASI
JABATAN JABATAN

KONSEP
TUNJANGAN
KINERJA TPP

ANALISI PELAKSA-
S BEBAN
NAAN SKP
KERJA

07/25/2021 46
1. ANALISIS JABATAN
PERMENPAN RB NOMOR 01/2020 KEGIATAN MSDM

JOB DESCRIPTION PENYEMPURNAAN


STRUKTUR ORGANISASI
PERENCANAAN SDM
IDENTITAS JABATAN
REKRUITMENT,
SELEKSI DAN PENEMPATAN
FUNGSI +TUGAS JABATAN
PENILAIAN KARYA PEGAWAI
TG. JAWAB JABATAN
PENGGAJIAN/REMUNERASI
LINGK. KERJA JABATAN PELATIHAN+PENGEMBANGAN
PERENCANAAN KARIR
PERSYARATAN JABATAN
PENYUSUNAN KOMPETENSI
SISPRO ADMIN. KEPEG.
47
2. ANALISIS BEBAN
KERJA

URAIAN
URAIAN JABATAN
JABATAN

T
TUUG
GAAS
S

TAHAPAN PELAKSANAAN TUGAS

WAKTU SIKLUS
Faktor Penyesuaian

WAKTU NORMAL

WAKTU KERJA
Faktor Kelonggaran STANDAR
WAKTU BAKU
Frekuensi
BEBAN
BEBAN KERJA AKTUAL KERJA

PERMENPAN 01/2020
KEPMENPAN KEP/75/M.PAN/7/2004
48
3. EVALUASI JABATAN (PENETAPAN KELAS JABATAN)
PERMENPAN RB NOMOR 34 TAHUN 2011
TIM INSTANSI MENYUSUN URAIAN JABATAN, PETA JABATAN DAN
INFORMASI FAKTOR JABATAN

TIM INSTANSI MELAKSANAKAN EVALUASI JABATAN

PPK USULKAN HASIL EVALUASI JABATAN UTK DIVALIDASI MENPAN

TIM MENPAN+BKN MELAKSANAKAN VALIDASI

BERDASAR SURAT PERSETUJUAN MENTERI PAN & RB, PEJABAT


PEMBINA KEPEGAWAIAN MENETAPKAN :
1. PERATURAN TENTANG KELAS JABATAN
2. KEPUTUSAN TENTANG KELAS JABATAN DAN PEMANGKU JABATAN

PERMENPAN RB NOMOR 39 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN KELAS JABATAN DI


LINGKUNGAN INSTANSI PEMERINTAH
49
4. E-KINERJA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
Data Kinerja Pegawai Data Perilaku Pegawai

DES adalah aplikasi untuk


mengkur kinerja pegawai dalam
Periode Bulanan dan Tahunan
berdasarkan Kinerja Harian 1 DES (Daily
Evaluation System)

E-Perilaku adalah aplikasi untuk


menilai perilaku pegawai secara 2 E-Perilaku 360
360 Derajat dengan survei
tertutup sehingga lebih
Objective
3 E-Lapkin

E-Lapkin adalah aplikasi


pelaporan Prestasi Kerja PNS
yang terdiri dari SKP dan
Perilaku. Data E-Lapkin akan
dilaporkan pada Menpan. E-Kinerja
ENAM LEVEL APLIKASI KINERJA
Level 3 Level 4
Tahap Membuat Rencana Tahap penyusunan SKP by
Bulanan system dan penilaian
03 04 kualitas yang objektif

Level 2 Level 5
Tahap memilah Laporan
Kinerja SKP dan
02 05 Tahap
360
Penilaian Perilaku

Produktivitas

Level 1 01 06 Level 6
Tahap membiasakan dan Tahap pemanfaatan data
membudayakan
KONSEP TPP E-KINERJA PEMKAB KEBUMEN - 2020

NILAI
ABSENSI

NILAI
TABEL TPP TPP
KINERJA
INDIVIDU PER KJ PRESTASI

NILAI
KINERJA
UNIT KERJA

52
TERIMA KASIH KEPADA :

PEMERINTAH KOTA MATARAM; PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT; PPK KEMAYORAN; PPK
GELORA BUNG KARNO; PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN; PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP;
PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN; KEMENTERIAN PU PR; PEMERINTAH KOTA JOGJA; PEMERINTAH
KABUPATEN TUBAN; KEMENTERIAN DALAM NEGERI, PEMERINTAH KABUPATEN BONDOWOSO; DENSUS88
ANTI TEROR, KEMENTERIAN KESEHATAN, PEMERINTAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH, PEMERINTAH
KABUPATEN SITUBONDO, PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK; PEMERINTAH KOTA PASURUAN;
PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN; PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR; KEMENTERIAN
KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN; DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA KEMENTERIAN
PEKERJAAN UMUM; PEMERINTAH KOTA BANDUNG; PUSAT PENGELOLAAN KOMPLEK KEMAYORAN;
PEMERINTAH KABUPATEN MESUJI; BADAN STANDARDISASI NASIONAL; KEMENTERIAN ENERGI SUMBER
DAYA MINERAL; BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TKI; BADAN PENGEMBANGAN
WILAYAH SURABAYA MADURA; BADAN KOORDINASI KEAMANAN LAUT; BADAN NASIONAL
PENANGGULANGAN TERORISME; DEWAN KETAHANAN NASIONAL;KEMENTERIAN PAN & RB; KEMENTERIAN
KOORDINATOR BIDANG POLHUKAM; KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA; SEKRETARIAT KABINET;
LEMHANNAS; KEMENTERIAN BUMN; KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL; LAPAN; PERPUSTAKAAN
NASIONAL RI; ARSIP NASIONAL RI; LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH (LKPP) ;
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL; KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA; BADAN PENGAWAS
OBAT DAN MAKANAN; KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA, PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA;
DLL.

TELAH MEMBERI KEPERCAYAAN PADA KAMI DALAM MEMBANTU PELAKSANAAN REFORMASI


FAKHRUDIN 0816-194-8910
BIROKRASINYA

udin@mcshrd.com & udin311264@gmail.com


JL. AKSES UI, JAMIR INDAH NO. 99 PONDOK CINA.16424.
TELP. : 021 787-2345 FAX. : 021 7888-3345

Anda mungkin juga menyukai