Anda di halaman 1dari 55

1.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang


Aparatur Sipil Negara;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010
tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011
tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri
Sipil;
4. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara;
5. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014
tentang Pembentukan Kementerian dan
Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode
Tahun 2014 - 2019; 2
1) Tunjangan Kinerja adalah tunjangan yang diberikan kepada Pegawai
yang merupakan fungsi dari keberhasilan pelaksanaan reformasi
birokrasi dan didasarkan pada capaian kinerja Pegawai tersebut yang
sejalan dengan capaian kinerja organisasi di mana pegawai tersebut
bekerja
2) Kinerja Pegawai adalah prestasi/kemampuan kerja yang diperlihatkan
oleh seorang Pegawai Kementerian Pertanian dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya.
3) Sasaran Kerja Pegawai yang selanjutnya disingkat SKP adalah
rencana kerja dan target yang akan dicapai oleh seorang Pegawai.
4) Perilaku Kerja adalah setiap tingkah laku, sikap atau tindakan yang
dilakukan oleh Pegawai atau tidak melakukan sesuatu yang seharusnya
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5) Penilaian Prestasi Kerja Pegawai adalah suatu proses penilaian
secara sistematis yang dilakukan oleh pejabat penilai terhadap Sasaran
Kerja Pegawai dan Perilaku Kerja Pegawai.
6) Kreativitas adalah kemampuan Pegawai untuk menciptakan sesuatu
gagasan/metode pekerjaan yang bermanfaat bagi unit kerja, organisasi,
atau negara. 3
 Dimaksudkan sebagai acuan untuk Pegawai,
Pejabat Penilai dan Tim Penilai Kinerja
Pegawai dalam melakukan penilaian Kinerja
Pegawai,

 Tujuan meningkatkan kinerja organisasi


melalui peningkatan prestasi kerja,
pengembangan potensi, dan karier Pegawai
serta pengembangan manajemen, organisasi,
dan lingkungan kerja.

4
1. Setiap Pegawai wajib menyusun SKP untuk
menentukan rencana kerja dan target yang akan
dicapai.
2. SKP memiliki karakteristik:
a. kejelasan;
b. dapat diukur;
c. relevan;
d. dapat dicapai; dan
e. memiliki target waktu.
3. SKP memuat kegiatan tugas Jabatan dan tugas
tambahan dengan target kerja yang harus dicapai
dalam kurun waktu penilaian (tahunan dan
bulanan). 5
2. Aspek kuantitas merupakan target dari jumlah hasil kerja yang
diperoleh dari perjanjian kerja/program kegiatan/uraian tugas
pekerjaan; ditetapkan secara hierarki mengacu pada target
kerja Pimpinan Unit Kerja; dan satuan yang digunakan
tergantung pada hasil kerja atau aktivitas kerja yang dilakukan.
Untuk pejabat fungsional selain mengacu pada target kerja
Pimpinan Unit Kerja harus disesuaikan dengan target pencapaian
angka kredit minimal dalam 1 (satu) tahun.

2. Aspek kualitas merupakan target mutu dari hasil kerja atau


aktivitas kerja yang dilakukan dari program/kegiatan/sub
kegiatan. Mutu dari hasil kerja dapat diukur dari kualitas
barang/dokumen, tingkat ketepatan waktu/sasaran, atau kualitas
proses pekerjaan. Satuan yang digunakan dalam target kualitas
berupa persentase (%) dengan besaran berdasarkan kualitas
hasil kerja atau aktivitas kerja.
6
3. Aspek waktu merupakan target waktu
penyelesaian suatu pekerjaan selesai secara
tuntas; dan satuan yang digunakan dalam target
waktu berupa bulanan.

4. Aspek biaya merupakan target dari anggaran


pengeluaran atau penerimaan yang menjadi beban
atau target dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN); dan sesuai dengan jumlah
anggaran belanja atau target penerimaan yang ada
dalam APBN.

7
a. Perubahan/mutasi Jabatan;
b. perubahan tugas dan fungsi Jabatan;
c. perubahan anggaran;
d. Pegawai melaksanakan cuti di luar
tanggungan negara, cuti hamil, cuti besar,
dan cuti sakit; dan/atau
e. keadaan kahar yang mempengaruhi
pelaksanaan program/kegiatan/sub
kegiatan.

8
1. Penilaian Kinerja Pegawai terdiri atas unsur capaian SKP
dan perilaku.
2. Capaian SKP meliputi capaian target kerja atas tugas
Jabatan, tugas tambahan, dan/atau Kreativitas.
3. Capaian SKP untuk setiap pelaksanaan kegiatan tugas
Jabatan diukur dengan 4 (empat) aspek meliputi kuantitas,
kualitas, waktu, dan biaya.
4. Penilaian capaian SKP dilakukan setiap bulan sebagai
bahan evaluasi Kinerja Pegawai.
5. Penilaian SKP setiap bulan dilakukan dengan
membandingkan antara realisasi kerja selama 1 (satu)
bulan dengan target kerja yang telah ditetapkan untuk
1 (satu) bulan.
6. Penilaian Kinerja Pegawai dalam 1 (satu) tahun dihitung
dengan mengakumulasi tingkat capaian SKP setiap bulan
dan perilaku. 9
1. Penugasan Menteri sebesar 30% (tiga puluh
per seratus);
2. Penugasan Pimpinan Unit Kerja Eselon I
sebesar 25% (dua puluh lima per seratus);
3. Penugasan Pimpinan Unit Kerja Eselon II
sebesar 20% (dua puluh per seratus);
4. Penugasan Kepala Unit Pelaksana Teknis
(UPT) sebesar 15% (lima belas per seratus);
dan/atau
5. Penugasan oleh atasan langsung selain
dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf d
sebesar 15% (lima belas per seratus).
10
a. Perubahan/mutasi Jabatan;
b. perubahan tugas dan fungsi Jabatan;
c. perubahan anggaran;
d. Pegawai melaksanakan cuti di luar
tanggungan negara, cuti hamil, cuti besar,
dan cuti sakit; dan/atau
e. keadaan kahar yang mempengaruhi
pelaksanaan program/kegiatan/sub
kegiatan.

11
Penilaian kreativitas terhitung mulai tanggal
pengakuan kemanfaatan hasil kreativitas oleh
Presiden, Menteri, atau Pimpinan Unit Kerja
Eselon I.

Penilaian Kreativitas berdasarkan pada kemanfaatan


untuk:
a. Negara dan/atau masyarakat Indonesia ditetapkan
oleh Presiden, memperoleh nilai sebesar 12;
b. Kementerian Pertanian ditetapkan oleh Menteri,
memperoleh nilai 6;
c. Unit Kerja ditetapkan oleh Pimpinan Unit Kerja
Eselon I, memperoleh nilai 3.
12
Penilaian perilaku diukur dalam 1 (satu) tahun
meliputi aspek:
1. orientasi pelayanan;
2. integritas;
3. komitmen;
4. disiplin;
5. kerjasama; dan
6. kepemimpinan.

13
Nilai capaian Kinerja Pegawai dinyatakan
dengan angka dan sebutan:
91 – ke atas : Sangat Baik;
76 – 90 : Baik;
61 – 75 : Cukup;
51 – 60 : Kurang; dan
50 – ke bawah : Buruk.

Nilai capaian SKP bulanan untuk kegiatan


tugas Jabatan dan/atau tugas tambahan
dinyatakan dalam angka dan/atau indikator
warna:
> 90 – ke atas : Hijau;
> 60 – 90 : Kuning; dan
0 – 60 : Merah. 14
Pegawai yang mendapatkan nilai capaian
kinerja Sangat Baik pada tahun berjalan, pada
tahun berikutnya dipertimbangkan untuk
memperoleh penambahan tunjangan kinerja.

Penambahan tunjangan kinerja pada tahun


berikutnya paling tinggi 50% (lima puluh per
seratus) dari selisih antara tunjangan kinerja
kelas Jabatan 1 (satu) tingkat di atasnya
dengan tunjangan kinerja kelas Jabatan yang
diduduki.

15
Penyusunan SKP dan penilaian Kinerja Pegawai
menggunakan aplikasi elektronik berbasis
website/ekinerja

Target kerja tahunan dan bulanan tahun berjalan diinput


oleh Pegawai, paling lambat tanggal 31 Desember tahun
sebelumnya.

Unit kerja yang belum menggunakan aplikasi elektronik


berbasis website sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
melakukan penyusunan SKP dan penilaian Kinerja Pegawai
secara manual.

Penyusunan SKP dan penilaian Kinerja Pegawai secara


manual sesuai peraturan perundang-undangan mengenai
pelaksanaan penilaian prestasi kerja pegawai.
16
Pegawai yang mendapatkan nilai capaian
kinerja Sangat Baik pada tahun berjalan, pada
tahun berikutnya dipertimbangkan untuk
memperoleh penambahan tunjangan kinerja.

Penambahan tunjangan kinerja pada tahun


berikutnya paling tinggi 50% (lima puluh per
seratus) dari selisih antara tunjangan kinerja
kelas Jabatan 1 (satu) tingkat di atasnya
dengan tunjangan kinerja kelas Jabatan yang
diduduki.

17
Penyusunan SKP dan penilaian Kinerja Pegawai
menggunakan aplikasi elektronik berbasis
website/ekinerja

Target kerja tahunan dan bulanan tahun berjalan diinput


oleh Pegawai, paling lambat tanggal 31 Desember tahun
sebelumnya.

Unit kerja yang belum menggunakan aplikasi elektronik


berbasis website sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
melakukan penyusunan SKP dan penilaian Kinerja Pegawai
secara manual.

Penyusunan SKP dan penilaian Kinerja Pegawai secara


manual sesuai peraturan perundang-undangan mengenai
pelaksanaan penilaian prestasi kerja pegawai.
18
SASARAN INDIKATOR
RB HASIL PRIORITA QUICK WINS RB
STRATEGI S
Opini BPK Kampanye gerakan
PELAKSANAAN

PROGRAM TINGKAT MAKRO, MESO, DAN MIKRO


revolusi mental
REVOLUSI
Birokrasi Tingkat Kapabilitas APIP
MENTAL Penetapan organisasi
yang APARATUR kementerian kabinet kerja
bersih Tingkat Implementasi SPIP
dan Penghematan kegiatan operasional
akuntabe dan penggunaan sarpras, dan
l Indeks Akuntabilitas pemanfaatan produk dalam negeri

8 AREA PERUBAHAN
Indeks Penguatan Sistem
E-procurement Manajemen ASN

PENERAPAN
Penuntasan rekrutmen
Indeks Reformasi Birokrasi TIK DALAM
Birokrasi BIROKRASI
ASN
yang
efektif Indeks e-Government Percepatan operasionalisasi
dan KASN
efisien Indeks Profesionalitas ASN Evaluasi akuntabilitas kinerja,
evaluasi zona integritas,
penerbitan kebijakan perjanjian
Birokrasi kinerja dan pelaporan kinerja
Indeks Integritas Nasional
yang PENGUATAN
SISTEM Kompetisi inovasi pelayanan
memiliki
MANAJEMEN publik nasional
pelayanan SKM
publik SDM ASN
berkualita Penilaian pengelolaan
s % Kepatuhan UU Yanlik pengaduan pelayanan publik

19
ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI NASIONAL 2015-2019

SASARAN REFORMASI SASARAN REFORMASI


SASARAN REFORMASI
BIROKRASI BIROKRASI 2015 - 2019
BIROKRASI 2010 - 2014

Terwujudnya
Birokrasi yang bersih dan
pemerintahan yang bersih
akuntabel
dan bebas KKN

Meningkatnya kapasitas
Birokrasi yang efektif dan
dan akuntabilitas kinerja
efisien
birokrasi

Terwujudnya peningkatan Birokrasi yang memiliki


kualitas pelayanan publik pelayanan publik
kepada masyarakat berkualitas

20
Pasal 18
Penyelenggaraan pemerintahan daerah
memprioritaskan pelaksanaan urusan
pemerintahan wajib yang berkaitan dengan
pelayanan dasar.

Pasal 298
Belanja daerah diprioritaskan untuk mendanai
Urusan Pemerintahan Wajib yang terkait
Pelayanan Dasar yang ditetapkan dengan standar
pelayanan minimal

21
PRODUK HUKUM DAERAH

PENETAPAN
PENGATURAN (Konkrit,
Individual, final)

1. PERDA ATAU NAMA 1. KEPUTUSAN KEPALA


LAINNYA DAERAH
2. PERKADA 2. KEPUTUSAN DPRD
3. PB KDH 3. KEPUTUSAN PIMPINAN
4. PERATURAN DPRD DPRD
4. KEPUTUSAN BADAN
KEHORMATAN DPRD 22
Pasal 236
1. Untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah dan Tugas
Pembantuan, Daerah membentuk Perda.

2. Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk


oleh DPRD dengan persetujuan bersama kepala
Daerah.

3. Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat


materi muatan:
a. Penyelenggaraan Otonomi Daerah dan Tugas
Pembantuan; dan
b. Penjabaran lebih lanjut ketentuan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi.

4. Selain materi muatan sebagaimana dimaksud pada


ayat (3) Perda dapat memuat materi muatan lokal
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- 23
undangan.
Pasal 237
1. Asas pembentukan dan materi muatan Perda
berpedoman pada ke tentuan peraturan perundang-
undangan dan asas hukum yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat sepanjang tidak
berten tangan dengan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

2. Pembentukan Perda mencakup tahapan perencanaan,


penyusunan, pembahasan, penetapan, dan
pengundangan yang berpedoman pada ketentuan
peraturan perundangundangan.

3. Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan


dan/atau tertulis dalam pembentukan Perda.

4. Pembentukan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat


(2) dilakukan secara efektif dan efisien. 24
FUNGSI MANAJEMEN PENGAWASAN PEMERINTAHAN

PERENCANAAN PELAKSANAAN KINERJA


ORG.
P PEMERI
NTAHAN
URUSAN PEMERINTAHAN
UMUM DAN DAERAH

SWOT

25
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
PEMERINTAHAN

Membangun Kepemerintahan
Yang Baik (Good Governance),
sektor publik menjadi pelopor KINERJA
BINWAS dalam penyelenggaraan PEMERIN-
PEMERINTAHAN
pemerintahan dan dalam TAHAN
meningkatkan akuntabilitas
penyelenggaraan pemerintahan

Prinsip Pembinaan dan


Pengawasan

26
1. Terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan
umum, desentralisasi dan otonomi daerah guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
2. Terciptanya hubungan yang serasi antara
pemerintah pusat dan daerah dalam
penyelenggaraan pemerintahan umum dan daerah
;
3. Meningkatkan kapasitas dalam rangka
penyelenggaraan urusan pemerintahan,
pengelolaan pembangunan dan pemberdayaan
dan pelayanan masyarakat;
4. Menigkatkan akuntabilitas kelembagaan
pemerintahan daerah yang berbasis kinerja
pemerintahan;
5. Menghindari penyalahgunaan kewenangan,
keuangan dan materiil yang dilakukan
pemerintahan daerah dan melindungi masyarakat
masyakat. 27
Pembinaan atas penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah adalah upaya yang
dilakukan oleh Pemerintah dan/atau Gubernur
selaku Wakil Pemerintah di daerah untuk
mewujudkan tercapainya tujuan
penyelenggaraan otonomi daerah

1. Koordinasi pemerintahan antar susunan pemerintahan


dilakukan berkaitan dengan aspek perencanaan dan
evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan
di daerah pada tingkat nasional, regional, provinsi,
Kabupaten/Kota dan Desa secara berkala. Koordinasi
ini dilakukan secara berjenjang sesuai dengan susunan
pemerintahan.
28
2. Pemberian pedoman dan standar pelaksanaan urusan
pemerintahan mencakup aspek perencanaan,
pelaksanaan, tata laksana, pendanaan, kualitas,
pengendalian dan pengawasan. Pedoman dan standar
urusan Pemerintahan Daerah disusun oleh Menteri
Negara/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Kementerian
sesuai dengan fungsi dan kewenangannya, sedangkan
penyusunan pedoman dan standar urusan Pemerintahan
Daerah ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan setelah dikoordinasikan dengan Menteri Dalam
Negeri.
3. Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi
pelaksanaan urusan pemerintahan mencakup aspek
perencanaan, pelaksanaan, tata laksana, pendanaan,
kualitas, pengendalian dan pengawasan yang
dilaksanakan secara berkala atau sewaktu-waktu sesuai
dengan kebutuhan.
29
4. Standarisasi program pendidikan dan pelatihan bagi
pegawai negeri sipil, baik diklat teknis substantif
pemerintahan daerah bagi para penyelenggara
pemerintahan di daerah maupun diklat teknis
fungsional untuk jabatan-jabatan fungsional binaan
Kemendagri.

5. Penelitian, pengembangan, pemantauan dan evaluasi


atas penyelenggaraan pemerintahan daerah serta
penyusunan pedoman dan standar litbang urusan
pemerintahan daerah.

6. Penyusunan dan pemberian pedoman dan standar


pemantauan serta evaluasi urusan pemerintahan
daerah.

30
Proses kegiatan yang ditujukan untuk
menjamin agar Pemerintahan Daerah berjalan
secara efisien dan efektif sesuai dengan
rencana dan ketentuan peraturan
perundangundangan.

Pengawasan pelaksanaan urusan


pemerintahan di daerah meliputi:
(a) Pelaksanaan urusan pemerintahan di
daerah provinsi,
(b) Pelaksanaan urusan pemerintahan di
daerah kabupaten/kota; dan
(c) Pelaksanaan urusan pemerintahan desa. 31
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

PEMERINTAH

Pembinaan Pengawasan

MENDAGRI K/L

Binwas Umum Binwas Teknis

Secara Nas.
DIKOORDINASIKAN
MENDAGRI Provinsi
Gubernur sebagai wakil Pem.
Binwas umum dan teknis
Kab/Kota
32
1. MENGHADIRKAN KESEJAHTERAAN BAGI
MASYARAKAT (PUBLIC WELFARE).

2. MELINDUNG DAN MENGAYOMI


MASYARAKAT.

3. MEWUJUDKAN KETERTIBAN DAN


KETENTERAMAN MASYARAKAT.

4. PENGENDALIAN ATAS KESELURUHAN


TINDAKAN WARGA (WNI DAN WNA).

5. MENGATUR KEHIDUPAN BERSAMA WARGA


AGAR TERCIPTA KETERATURAN.
33
PENGAWASAN UMUM BIDANG KEPEGAWAIAN
PERANGKAT DAERAH
OLEH PEMERINTAH DAERAH
Dukungan Politik

Pemerintah
Pusat
Staf
Pelayanan
Organisasi Kepuasan
Transfer Pemerintah Pemerintah Dinas Prima Kepada Masyarakat
kewenangan Daerah Masyarakat
Daerah
Lemtekda
DPRD
Daerah
Otonom Badan Semi
Otonom

Masyarakat
Keterangan :
Daerah
: Pelayanan langsung kepada masyarakat sangat terbatas (Unsur staf)
: Pelayanan langsung kepada masyarakat luas (Unsur lini)
: Pelayanan langsung kepada masyarakat relatif terbatas (Auxiliary)

Endang Wirjatmi (STIA- 34


25 Januari 2006 UI)
1. PENGATURAN (REGULATION) Yakni Melakukan
Perumusan dan Implementasi Kebijakan (Peraturan
Perundang-undangan), Agar Tercipta Keteraturan Dalam
Masyarakat.

2. PEMBANGUNAN (DEVELOPMENT) Yakni Fungsi


Perencanaan dan Pelaksanaan Program Pembangunan, Agar
Tercipta Suatu Kondisi Masyarakat Yang Sejahtera.

3. PEMBERDAYAAN (EMPOWERMENT) Yakni Fungsi


Merencanakan Dan Melaksanakan Kegiatan Pemberdayaan
Masyarakat, Agar Tercipta Suatu Kondisi Masyarakat Yang
Mandiri.

4. PELAYANAN (SERVICES) Yakni Merencanakan Dan


Melaksanakan Kegiatan Pelayanan Kepada Masyarakat,
Agar Tercipta Keadilan Dalam Masyarakat. 35
 PNS diangkat dalam pangkat dan jabatan
tertentu.
 Setiap jabatan dikelompokkan dalam
klasifikasi jabatan PNS yang menunjukkan
kesamaan karakteristik, mekanisme, dan pola
kerja.
 PNS dapat berpindah antar dan antara JPT,
Jabatan Administrasi, dan Jabatan Fungsional
di Instansi Pusat dan Daerah berdasarkan
kualifikasi, kompetensi, dan penilaian kinerja.
 PNS dapat diangkat dalam jabatan tertentu
pada lingkungan instansi TNI dan Polri yang
pangkat/jabatannya disesuaikan dengan
pangkat dan jabatan di lingkungan instansi
TNI dan Polri.
36
PIMPINAN TINGGI
UTAMA
MADYA
PRATAMA

JABATAN ADMINISTRASI JABATAN FUNGSIONAL


ADMINSTRATOR  Utama  Penyelia
 Madya  Mahir
PENGAWAS  Muda  Terampil
PELAKSANA  Pertama  Pemula

KEAHLIAN KETERAMPILAN

37 37
JABATAN JABATAN PIMPINAN
JABATAN FUNGSIONAL
ADMINISTRASI TINGGI
• Jabatan Administrator • Jabatan fungsional • JPT utama;
memimpin pelaksanaan keahlian, terdiri atas: • JPT madya; dan
seluruh kegiatan a. ahli utama; • JPT pratama.
pelayanan dan administrasi b. ahli madya;
c. ahli muda; dan Berfungsi memimpin dan
• Jabatan Pengawas d. ahli pertama. memotivasi setiap Pegawai
mengendalikan ASN melalui:
pelaksanaan kegiatan • Jabatan fungsional • kepeloporan
keterampilan, terdiri atas: • pengembangan kerja sama;
• Jabatan Pelaksana a. penyelia; dan
melaksanakan kegiatan b. mahir; • keteladanan.
pelayanan dan administrasi c. terampil; dan
pemerintahan dan d. pemula.
pembangunan

1. Jabatan ASN diisi dari Pegawai ASN.


2. Jabatan ASN tertentu dapat diisi dari prajurit TNI dan anggota Polri
38
PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)
1. Berstatus pegawai tetap
2. Memiliki NIP secara nasional;
3. Sebagai pembuat kebijakan;
4. Dapat menduduki jabatan
pimpinan tinggi pemerintahan;
A
S
PEGAWAI PEMERINTAH dengan
N PERJANJIAN KERJA (PPPK)
1. Diangkat dengan Perjanjian
Kerja;
2. Dapat diberikan No Induk
Pegawai Perjanjian Kerja;
3. Melaksanakan Tugas
Pemerintahan;
4. Menduduki Jabatan Fungsional. 39
PROFESSIONAL

DEVELOPMENT

“Scarcity Mentality” “Abundance Mentality”


(“mentalitas kekurangan”) (“mentalitas berkelimpahan”)

1. “Loyalitas pada atasan”; 1. Loyal pada pencapaian visi


2. Pola karir “senioritas”; dan pelaksanaan misi;
3. Kualitas pelayanan tidak 2. Pola karir “terbuka” lintas
terukur; K/L/D;
3. Layanan dengan Standar
Pelayanan Minimum (SPM); 40
 PNS diangkat dalam pangkat dan jabatan
tertentu.
 Setiap jabatan dikelompokkan dalam
klasifikasi jabatan PNS yang menunjukkan
kesamaan karakteristik, mekanisme, dan pola
kerja.
 PNS dapat berpindah antar dan antara JPT,
Jabatan Administrasi, dan Jabatan Fungsional
di Instansi Pusat dan Daerah berdasarkan
kualifikasi, kompetensi, dan penilaian kinerja.
 PNS dapat diangkat dalam jabatan tertentu
pada lingkungan instansi TNI dan Polri yang
pangkat/jabatannya disesuaikan dengan
pangkat dan jabatan di lingkungan instansi
TNI dan Polri.
41
 Dilakukan berdasarkan:
• Kualifikasi;
• Kompetensi (teknis, manajerial, sosial
kultural);
• Penilaian kinerja, dan
• Kebutuhan Instansi Pemerintah.

 Dilakukan dengan mempertimbangkan


integritas dan moralitas.

42
 Setiap Pegawai ASN memiliki hak dan
kesempatan untuk mengembangkan
kompetensi antara lain melalui: pendidikan
dan pelatihan, seminar, kursus, dan
penataran.
 Harus dievaluasi oleh Pejabat yang
Berwenang (PyB) dan digunakan sebagai
salah satu dasar dalam pengangkatan jabatan
dan pengembangan karier.
 Wajib disusun dalam rencana pengembangan
kompetensi tahunan dalam rencana kerja
anggaran
PNS diberikantahunan
kesempataninstansi.
untuk melakukan praktik kerja di
instansi lain di pusat/daerah yang dilakukan melalui
pertukaran antara PNS dengan pegawai swasta dalam waktu
paling lama 1 (satu) tahun dan pelaksanaannya
dikoordinasikan oleh LAN dan BKN. 43
 Setiap PNS yang memenuhi syarat mempunyai hak yang
sama untuk dipromosikan ke jenjang jabatan yang lebih
tinggi.
 Promosi PNS dilakukan berdasarkan perbandingan
objektif antara:
 Kompetensi;
 Kualifikasi;
 Persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan;
 Penilaian atas prestasi kerja;
 Kepemimpinan, kerja sama, kreativitas; dan
 Pertimbangan dari tim penilai kinerja PNS pada instansi
pemerintah; “Tanpa membedakan jender, suku, agama,
ras, dan golongan.”
 Promosi Pejabat Administrasi dan Pejabat Fungsional PNS
dilakukan oleh PPK setelah mendapat pertimbangan Tim
Penilai Kinerja PNS pada Instansi yang dibentuk oleh PyB.
44
Unsur pemerintah dan/atau Mewujudkan:
non-pemerintah, yang terdiri:  Sistem Merit
 1 orang Ketua merangkap  ASN yg profesional
anggota.  Pemerintahan yang efektif,
 1 orang Wakil Ketua efisien, terbuka, dan bebas KKN;
merangkap anggota  ASN yg netral;
 5 orang anggota  Profesi ASN yg dihormati;
 ASN dinamis & berbudaya.
 Mengawasi proses pengisian
Tugas: menjaga netralitas;
JPT;
melakukan pengawasan atas
 Penerapan asas, nilai
pembinaan profesi; dan
dasar, serta kode etik dan kode
melaporkan hasilnya kepada
perilaku (mengawasi dan
Presiden
mengevaluasi serta meminta
Fungsi: mengawasi norma dasar,
informasi, memeriksa dan
kode etik dan kode perilaku ASN,
klarifikasi laporan
serta penerapan Sistem Merit
pelanggaran) 45
Sifat Dasar pengisian: Dilakukan secara kompetitif dan
terbuka dikalangan PNS

Seleksi: dilakukan oleh Panitia Seleksi Instansi yang


dipilih dan diangkat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
berkoordinasi dengan KASN;

Proses Pengisian jabatan:


 Pimpinan Tinggi Utama dan Madya dilakukan pada
tingkat nasional,
 Pimpinan Tinggi Pratama dilakukan pada tingkat
nasional, propinsi, atau antar intansi dalam 1 (satu)
kabupaten/kota.

46
 JPT utama dan madya tertentu dapat berasal dari non-PNS
dengan persetujuan Presiden yang pengisiannya dilakukan
secara terbuka dan kompetitif serta ditetapkan dalam
KEPRES.

 JPT dapat diisi oleh prajurit TNI dan anggota Polri setelah
mengundurkan diri dari dinas aktif apabila dibutuhkan dan
sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan melalui proses
secara terbuka dan kompetitif.

 JPT di lingkungan Instansi Pemerintah tertentu dapat diisi


oleh prajurit TNI dan anggota Polri sesuai dengan
kompetensi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

47
 Diduduki maksimal selama 5 (lima) tahun.
 Pejabat yang habis masa jabatannya harus mengikuti
seleksi/uji kompetensi kembali untuk menduduki jabatan
yang sama pada periode berikutnya.
 Pejabat ybs harus memenuhi target kinerja yang
diperjanjikan dengan atasan.
 Pejabat yang tidak memenuhi kinerja yang diperjanjikan
dalam waktu 1 (satu) tahun pada suatu jabatan, diberikan
kesempatan selama 6 (enam) bulan untuk memperbaiki
kinerjanya.
 Dalam hal Pejabat sebagaimana dimaksud tidak
menunjukan perbaikan kinerja, maka Pejabat yang
bersangkutan harus mengikuti seleksi ulang uji kompetensi
kembali. Dari hasil seleksi ulang tersebut Pejabat ybs dapat
dipindahkan pada jabatan lain sesuai dengan kompetensi
yang dimiliki atau ditempatkan pada jabatan yang lebih
rendah. 48
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, terhadap
jabatan PNS dilakukan penyetaraan:
 jabatan eselon Ia kepala Lembaga Pemerintah Non
Kementerian (LPNK) setara dengan JPT utama;
 jabatan eselon Ia dan eselon Ib setara dengan JPT
madya;
 jabatan eselon II setara dengan JPT pratama;
 jabatan eselon III setara dengan jabatan administrator;
 jabatan eselon IV setara dengan jabatan pengawas; dan
 jabatan eselon V dan fungsional umum setara dengan
jabatan pelaksana,

sampai dengan berlakunya peraturan pelaksanaan


mengenai Jabatan ASN dalam Undang Undang ini.
49
Memberlakukan “SISTEM MERIT ”
melalui:

 Seleksi dan promosi secara adil dan


kompetitif
 Menerapkan prinsip fairness
 Penggajian, reward and punishment
berbasis kinerja
 Standar integritas dan perilaku untuk
kepentingan publik
 Manajemen SDM secara efektif dan
efisien
 Melindungi pegawai dari intervensi
politik dan dari tindakan semena-
mena. 50
 Seluruh jabatan sudah memiliki standar kompetensi jabatan;
 perencanaan kebutuhan pegawai sesuai dengan beban kerja;
 Pelaksanaan rekrutmen, seleksi, dan promosi dilakukan
secara terbuka berdasarkan kualifikasi individual dan standar
kompetensi jabatan;
 Memiliki manajemen karir yang terdiri dari perencanaan,
pengembangan, dan pola karir;
 Memperlakukan pegawai ASN secara adil, setara dan non
diskriminatif;
 Memberikan gaji yang sama pada posisi dan bobot jabatan
yang sama;
 Memberikan penghargaan dan mengenakan sanksi
berdasarkan pada kinerja;
 Menerapkan standar integritas dan perilaku pegawai ASN;
 Merencanakan dan memberikan kesempatan pengembangan
kompetensi sesuai hasil pengelolaan kinerja;
 Menjaga netralitas pegawai ASN dari intervensi politik;
 Memberikan perlindungan kepada pegawai ASN dari tindakan
penyalahgunaan wewenang; dan
 Memiliki sistem informasi berbasis kompetensi yang
terintegrasi. 51
• Setiap PNS yang memenuhi syarat mempunyai hak yang sama
untuk dipromosikan ke jenjang jabatan yang lebih tinggi.
• Promosi PNS dilakukan berdasarkan perbandingan objektif
antara:
- kompetensi; (terlebih dahulu dilakukan uji kompetensi apabila
akan ditempatkan dalam jabatan)
- kualifikasi jabatan
- persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan;
- penilaian atas prestasi kerja;
- kepemimpinan, kerja sama, kreativitas; dan
- pertimbangan dari Tim Penilai Kinerja PNS pada Instansi
Pemerintah
“tanpa membedakan jender, suku, agama, ras, dan golongan.”
• Promosi Pejabat Administrasi dan Pejabat Fungsional PNS
dilakukan oleh Gubernur setelah mendapat pertimbangan Badan
Pertimbangan Jabatan

52
• Promosi merupakan bentuk pola karier yang dapat
berbentuk vertikal atau diagonal.
• PNS dapat dipromosikan di dalam dan/atau antar
Jabatan Administrasi dan Jabatan Fungsional ketrampilan,
ahli pertama, dan ahli muda sepanjang memenuhi
persyaratan jabatan.
• Dalam hal instansi belum memiliki kelompok suksesi (talent
pool), promosi dalam jabatan administrasi dapat
dilakukan melalui seleksi internal oleh panitia seleksi
yang dibentuk oleh PPK.
• PNS yang menduduki jabatan administrator dan jabatan
fungsional jenjang ahli madya dapat dipromosikan ke
dalam Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama sepanjang
memenuhi persyaratan jabatan, mengikuti dan lulus
seleksi. 53
• PNS yang menduduki jabatan fungsional jenjang ahli utama dapat
melamar ke dalam jabatan pimpinan tinggi sepanjang memenuhi
persyaratan jabatan, mengikuti dan lulus seleksi.

• Gubernur menetapkan kelompok rencana suksesi setiap tahun dan


mengumumkan melalui Sistem Informasi Kepegawaian.

• Kelompok rencana suksesi merupakan sekelompok PNS yang


memiliki kompetensi sesuai klasifikasi jabatan dan memiliki penilaian
kinerja paling kurang bernilai baik dalam 2 (dua) tahun berturut-turut.

• Promosi PNS diprioritaskan bagi PNS yang masuk dalam kelompok


rencana suksesi (talent pool).

4 54
55

Anda mungkin juga menyukai