Anda di halaman 1dari 5

BAB V

PELAKSANAAN PELATIHAN PENGUATAN BIDANG TUGAS

A. Nama Pelatihan
Pelatihan yang diikuti adalah Pelatihan Penyusunan Sasaran Kerja Pegawai (SKP)
di Lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Selatan Tahun
2019. Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang kewajiban
membuat SKP kepada para CPNS Kementerian Agama Tahun Anggaran 2018 yang
baru saja melaksanakan Latsar (Pelatihan Dasar) CPNS.

B. Narasumber
Narasumber yang memberikan materi pada pelatihan yang diselenggarakan pada
hari senin tanggal 21 Oktober 2019
1. Drs. H. Noor Fahmi, MM, Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi
Kalimantan Selatan, NIP. 196503011998031002
2. Drs. H. Najwan Noor, M.Pd, Kepala Sub Bagian Organisasi, Tata Laksana, dan
Kepegawaian Bagian Tata Usaha Kanwil Kementerian Agama Provinsi
Kalimantan Selatan, NIP. 196702101992031006
3. Sari Fatmawati, S.H, Analis Kepegawaian Muda pada Sub Bagian Organisasi,
Tata Laksana, dan Kepegawaian Bagian Tata Usaha Kanwil Kementerian Agama
Provinsi Kalimantan Selatan , NIP. 197906012006042022
4. Bayu Azhar, S.Sos, Arsiparis Pertama pada Sub Bagian Organisasi, Tata
Laksana, dan Kepegawaian Bagian Tata Usaha Kanwil Kementerian Agama
Provinsi Kalimantan Selatan, NIP. 198511272011011005.

66
C. Hasil yang Dicapai
Setelah menjalani Pelatihan Penyusunan SKP yang dilaksanakan tanggal 21
Oktober 2019, peserta pelatihan mendapatkan beberapa materi pembelajaran terkait
SKP, diantaranya:
1. Dasar Hukum
PP No. 46 Th. 2011 Tentang Penilaian Prestasi Kerja PNS & PERKA BKN No.
1 Tahun 2013 tentang Ketentuan Pelaksanaan Penilaian Prestasi Kerja PNS
2. Tujuan Penilaian Prestasi Kerja PNS
Menjamin objektivitas pembinaan PNS yang dilakukan berdasarkan sistem
prestasi kerja dan sistem karier yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja
secara objektif, terukur, akuntabel, partisipatif, dan transparan.
3. Penilaian Prestasi Kerja PNS
Proses penilaian secara sistematis yg dilakukan oleh pejabat penilai terhadap
Sasaran Kerja Pegawai (SKP) bobot nilai sebesar 60% dan Perilaku Kerja
Pegawai bobot nilai sebesar
4. Capaian SKP dapat lebih dari target 100%. Target yang dinilai
a. Kuantitas/Output
b. Kualitas/Mutu
c. Waktu
d. Biaya, jika menggunakan anggaran
5. Penilaian Perilaku Kerja paling tinggi 100, aspek yang dinilai
a. Orientasi Pelayanan
b. Integritas
c. Komitmen
d. Disiplin
e. Kerjasama
f. Kepemimpinan, bagi pejabat struktural
6. Sasaran Kerja Pegawai (SKP)
a. Rencana kerja dan target yang akan dicapai oleh seorang PNS dibuat di
awal tahun (kontrak kerja antara bawahan dan pimpinan).

67
b. Target Kerja adalah jumlah beban kerja rata-rata yang mampu dicapai dari
setiap pelaksanaan tugas jabatan ditetapkan berdasarkan kesepakatan
antara pimpinan dan bawahan di awal tahun.
c. Penilaian SKP adalah penilaian yang diberikan pimpinan di akhir tahun
berdasarkan perbandingan antara hasil realisasi kerja dengan target kerja.
7. Perilaku Kerja Pegawai
a. Perilaku Kerja Pegawai adalah setiap tingkah laku, sikap, tindakan yang
seharusnya atau tidak seharusnya dilakukan PNS sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
b. Penilaian perilaku kerja berdasarkan pengamatan antara pejabat penilai
terhadap PNS yang dinilai.
8. Rincian kegiatan yang dapat dinilai dalam SKP
a. Rincian/uraian tugas jabatan sehari-hari yang dapat diukur, relevan, jelas,
memiliki target waktu, & dapat dicapai
b. Tugas tambahan yang diberikan pimpinan atau pejabat penilai yang
berkaitan dengan tugas jabatan dibuktikan melalui surat keterangan
c. Menunjukan kreativitas yang bermanfaat bagi organisasi dalam
melaksanakan tugas jabatan dibuktikan dengan surat keterangan.
9. Unsur-unsur SKP
a. Kegiatan tugas jabatan, dalam melaksanakan kegiatan tugas jabatan pada
prinsipnya pekerjaan dibagi habis.
b. Target perolehan angka kredit (khusus untuk JFT).
c. Target, meliputi aspek kuantitas/output, kualitas/mutu, waktu, biaya.
10. Sanksi Hukuman Disiplin terkait dengan Penilaian Prestasi Kerja PNS.
a. PNS yang tidak membuat SKP dijatuhi sanksi hukuman disiplin
b. Pejabat penilai yang tidak melakukan penilaian SKP dijatuhi sanksi
hukuman disiplin berdasarkan PP Nomor 53 Tahun 2010
c. Capaian SKP hanya mencapai 25% - 50% dijatuhi sanksi hukuman disiplin
tingkat sedang

68
d. Capaian SKP hanya mencapai kurang dari 25% dijatuhi sanksi hukuman
disiplin tingkat berat.
11. Hal lain terkait PPK PNS
a. SKP disetujui & ditetapkan oleh pejabat penilai dan ditetapkan pada bulan
Januari setiap tahunnya.
b. SKP yang tidak disetujui oleh pejabat penilai, maka keputusannya
diserahkan kepada atasan pejabat penilai & bersifat final.
c. Apabila terjadi perpindahan/rotasi pegawai setelah bulan Januari, maka PNS
yang bersangkutan menyusun SKP terhitung mulai awal bulan sesuai
dengan surat perintah/penugasannya.
d. Hasil penilaian diberikan langsung oleh pejabat penilai terhadap PNS yang
dinilai dan wajib ditandatangani serta dikembalikan kepada pejabat penilai
paling lama 14 hari sejak tanggal diterimanya hasil penilaian kerja PNS
e. Apabila pejabat penilai tidak dapat menandatangani hasil penilaian prestasi
kerja PNS (SKP), maka hasil penilaian prestasi kerja (SKP) ditetapkan dan
ditandatangani oleh atasan pejabat penilai.
f. Pejabat penilai wajib menyampaikan hasil penilaian prestasi kerja PNS,
paling lama 14 hari sejak diterimanya hasil penilaian prestasi kerja PNS.
g. Penilaian Prestasi Kerja PNS mulai berlaku setelah ada Pengesahan dari
atasan pejabat penilai.
h. PNS yang dinilai dapat menyampaikan Keberatan disertai dengan alasan
atas hasil penilaian tersebut paling lama 14 hari sejak tanggal diterimanya
hasil penilaian prestasi kerja PNS.
i. Keberatan tersebut ditindaklanjuti oleh atasan pejabat penilai untuk meminta
penjelasan kepada pejabat penilai terhadap hasil penelitian prestasi kerja
PNS, berdasarkan hasil penjelasan maka atasan pejabat penilai dapat
melakukan perubahan dan menetapkan nilai prestasi kerja PNS yang
bersifat final.
j. Penyusunan dan penilaian SKP bagi PNS yang mutasi/pindah. Perpindahan
pegawai dapat terjadi baik secara horizontal, vertikal (promosi/demosi),

69
maupun diagonal (antar jabatan struktural, fungsional, dari struktural ke
fungsional atau sebaliknya). Selama di jabatan lama dan di jabatan baru
PNS yang bersangkutan wajib membuat SKP, kemudian untuk menentukan
hasilnya, dijumlahkan kemudian dibagi 2 (dua).
k. Penyusunan SKP bagi PNS yang menjalani cuti bersalin/cuti besar harus
mempertimbangkan jumlah kegiatan dan target serta waktu yang akan
dilaksanakan oleh PNS yang bersangkutan.
l. Penyusunan SKP bagi PNS yang menjalani cuti sakit harus disesuaikan
dengan sisa waktu dalam tahun berjalan.
m. Penyusunan SKP bagi PNS yg ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas (Plt.),
maka tugas-tugas sebagai Plt. dihitung sebagai tugas tambahan

70

Anda mungkin juga menyukai