Anda di halaman 1dari 30

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

INSPEKTORAT

PEDOMAN TEKNIS
EVALUASI ATAS IMPLEMENTASI SISTEM
AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
DI LINGKUNGAN BPKP

NOMOR : PD-001/IN/2019
TANGGAL : 18 April 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penguatan akuntabilitas kinerja merupakan salah satu program yang
dilaksanakan dalam reformasi birokrasi untuk mewujudkan pemerintahan yang
bersih dan bebas KKN, meningkatnya kualitas pelayanan publik dan
meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi. Penguatan
akuntabilitas kinerja dilaksanakan melalui penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (SAKIP), sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Presiden
Nomor 29 Tahun 2014 tentang SAKIP.

Dalam rangka meningkatkan kualitas implementasi SAKIP di lingkungan BPKP,


setiap unit kerja di lingkungan BPKP harus mengimplementasikan SAKIP dan
menilai capaiannya secara self assessment. Hal ini menunjukkan setiap unit kerja
secara mandiri merencanakan, memerjanjikan, mengukur, mengelola data,
melakukan evaluasi internal atas efektivitas pelaksanaan program/kegiatan dan
melaporkan kinerjanya. Pelaksanaan sistem dengan mekanisme tersebut,
memerlukan evaluasi dari pihak yang independen agar diperoleh umpan balik
yang baik untuk meningkatkan kinerja dan akuntabilitas kinerja unit kerja.

Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang SAKIP pasal 29, ayat (1)
menetapkan bahwa APIP melakukan evaluasi atas implementasi SAKIP dan atau
evaluasi kinerja pada Kementerian/Lembaga/Pemda sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan kewenangannya dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 12 Tahun 2015, pasal 5 menetapkan
bahwa setiap Pimpinan instansi pemerintah melakukan evaluasi implementasi
SAKIP di lingkungannya setiap tahun dan pelaksanaan evaluasi dilaksanakan
oleh aparat pengawasan internal masing-masing. Peraturan Presiden Nomor 192
Tahun 2014 tentang BPKP menetapkan bahwa Inspektorat melaksanakan fungsi
untuk melaksanakan evaluasi laporan akuntabilitas kinerja unit kerja di lingkungan
BPKP. Hasil evaluasi tersebut digunakan untuk memperbaiki manajemen kinerja
dan peningkatkan kinerja khususnya kinerja pelayanan publik secara
berkelanjutan.

Pedoman Teknis Evaluasi atas Implementasi SAKIP di Lingkungan BPKP 1


Sehubungan dengan hal tersebut, perlu ditetapkan suatu Pedoman Teknis
Evaluasi atas Implementasi SAKIP di Lingkungan BPKP sebagai pedoman bagi
para evaluator Inspektorat BPKP agar pelaksanaan evaluasi atas implementasi
SAKIP sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. DAS AR HUKUM
Peraturan perundang-undangan yang digunakan dalam penyusunan pedoman
teknis evaluasi implementasi SAKIP ini adalah sebagai berikut:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan
dan Kinerja Instansi Pemerintah;
2. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah;
3. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
4. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Strategis Kementerian Lembaga
(Renstra K/L) 2015-2019;
5. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi birokrasi
Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Perjanjian Kinerja,
Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah;
6. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
PER/20/M.PAN/11/2008 tentang Petunjuk Penyusunan Indikator Kinerja
Utama;
7. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator
Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah.

Pedoman Teknis Evaluasi atas Implementasi SAKIP di Lingkungan BPKP 2


C. PENGERTI AN
Dalam Pedoman Teknis evaluasi implementasi SAKIP ini yang dimaksud
dengan:
1. Unit kerja adalah unit kerja Eselon I dan Eselon II yang dipimpin oleh
pejabat yang bertanggungjawab melaksanakan program dan kegiatan
di lingkungan BPKP;
2. Evaluasi atas implementasi SAKIP adalah aktivitas analisis yang
sistematis, pemberian nilai, atribut, apresiasi dan identifikasi permasalahan
serta pemberian solusi atas masalah yang ditemukan dengan tujuan
peningkatan akuntabilitas kinerja dan capaian kinerja unit kerja
di lingkungan BPKP;
3. Tujuan adalah suatu kondisi yang ingin dicapai atau dihasilkan oleh
Kementerian/ Lembaga dalam periode jangka menengah atau pada akhir
periode Rencana Strategis (Renstra);
4. Sasaran Strategis ( Outcome/ Impact) adalah kondisi yang ingin dicapai
secara nyata oleh Kementerian/ Lembaga yang mencerminkan pengaruh
yang timbul dari adanya hasil ( outcome) dari satu atau beberapa
program;
5. Sasaran Program/ Kegiatan adalah hasil yang akan dicapai dari suatu
program/ kegiatan dalam pencapaian sasaran strategis Kementerian/
Lembaga yang mencerminkan berfungsinya keluaran ( output);
6. Indikator kinerja Sasaran Strategis adalah alat ukur yang
mengindikasikan keberhasilan pencapaian sasaran strategis
Kementerian/ Lembaga;
7. Indikator kinerja Sasaran program adalah alat ukur yang mengindikasikan
keberhasilan pencapaian hasil ( outcome) dari suatu program;
8. Indikator kinerja Sasaran kegiatan adalah alat ukur yang mengindikasikan
keberhasilan pencapaian keluaran ( output) dari suatu kegiatan;
9. Target adalah hasil dan satuan hasil yang direncanakan akan dicapai
dari setiap indikator kinerja;
10. Rencana Strategis unit kerja adalah dokumen perencanaan untuk
periode lima tahun yang merupakan penjabaran dari Renstra BPKP
2015- 2019;

Pedoman Teknis Evaluasi atas Implementasi SAKIP di Lingkungan BPKP 3


11. Perjanjian Kinerja adalah lembar/ dokumen yang berisi penugasan dari
pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih
rendah untuk melaksanakan program/ kegiatan yang disertai indikator
kinerja;
12. Rencana Aksi atas Kinerja adalah dokumen yang digunakan untuk
mengomunikasikan cara ( how) berupa kegiatan yang akan dilakukan
unit kerja untuk mencapai target kinerja yang ditetapkan dalam
Perjanjian Kinerja;
13. Laporan Kinerja adalah merupakan bentuk akuntabilitas dari
pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap
instansi pemerintah atas penggunaan anggaran.
.
D. MAKSUD DAN TUJUAN
1. Pedoman Teknis Evaluasi atas Implementasi SAKIP pada unit kerja
dimaksudkan untuk memberi panduan bagi evaluator yang berkaitan dengan:
a. Pemahaman mengenai tujuan evaluasi dan penetapan ruang lingkup
evaluasi;
b. Pemahaman mengenai strategi evaluasi dan metodologi yang digunakan
dalam evaluasi;
c. Penetapan langkah-langkah kerja yang harus ditempuh dalam proses
evaluasi;
d. Penyusunan laporan hasil evaluasi dan mekanisme pelaporan hasil
evaluasi serta proses pengolahan datanya.
2. Tujuan evaluasi atas implementasi SAKIP secara umum adalah sebagai
berikut:
a. Memperoleh informasi tentang implementasi SAKIP pada unit kerja
di lingkungan BPKP;
b. Menilai kualitas implementasi SAKIP;
c. Memberikan saran perbaikan untuk peningkatan kualitas implementasi
SAKIP;
d. Memonitor tindak lanjut rekomendasi hasil evaluasi periode sebelumnya.

Pedoman Teknis Evaluasi atas Implementasi SAKIP di Lingkungan BPKP 4


E. RUANG LINGKUP EV ALUASI
Ruang lingkup evaluasi implementasi SAKIP meliputi kegiatan evaluasi terhadap
perencanaan kinerja dan perjanjian kinerja, termasuk penerapan anggaran
berbasis kinerja, pelaksanaan program dan kegiatan, pengukuran kinerja,
pelaporan kinerja, evaluasi internal serta pencapaian kinerja.
Informasi kinerja yang dipertanggungjawabkan dalam laporan kinerja bukanlah
satu-satunya yang digunakan dalam menentukan nilai dalam evaluasi, akan
tetapi termasuk berbagai hal (knowledge) yang dapat dihimpun guna mengukur
keberhasilan atau keunggulan unit kerja.
Dalam penerapannya, lingkup implementasi SAKIP mencakup:
1. Penilaian terhadap perencanaan strategis, termasuk didalamnya perjanjian
kinerja dan sistem pengukuran kinerja;
2. Penilaian terhadap penyajian dan pengungkapan informasi kinerja;
3. Evaluasi terhadap program dan kegiatan;
Untuk keberhasilan pelaksanaan evaluasi, terlebih dahulu perlu didefinisikan
kepentingan pihak-pihak pengguna informasi hasil evaluasi.

Evaluasi terhadap implementasi SAKIP dilakukan dengan mempertimbangkan


upaya yang telah dilakukan evaluatan sampai dengan saat terakhir
pembahasan hasil evaluasi.
Unit kerja yang dievaluasi adalah BPKP, Sekretariat Utama, Kedeputian, Pusat-
Pusat, Inspektorat dan Perwakilan di lingkungan BPKP.

F. SISTEMATIKA
Sistematika Pedoman Teknis Evaluasi atas Implementasi SAKIP pada unit kerja
di lingkungan BPKP terdiri dari 6 (enam) BAB, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PERENCANAAN EVALUASI
BAB III IMPLEMENTASI SAKIP
BAB IV EVALUASI ATAS IMPLEMENTASI SAKIP
BAB V PELAPORAN HASIL EVALUASI
BAB VI PENUTUP
LAMPIRAN

Pedoman Teknis Evaluasi atas Implementasi SAKIP di Lingkungan BPKP 5


BAB II
PERENCANAAN EVALUASI

A. METODOLOGI EVALUASI
Metodologi yang digunakan dalam evaluasi atas implementasi SAKIP adalah
metodologi yang pragmatis disesuaikan dengan tujuan evaluasi yang ditetapkan
dan mempertimbangkan kendala yang ada. Langkah pragmatis ini diambil dalam
rangka agar dapat lebih cepat menghasilkan rekomendasi hasil evaluasi yang
memberikan petunjuk untuk memperbaiki implementasi SAKIP dan akuntabilitas
kinerja unit kerja di lingkungan BPKP.

B. TEKNIK EV ALUAS I

Teknik evaluasi yang digunakan adalah teknik "criteria referrenced survey", yaitu
menilai secara bertahap langkah demi langkah (step by step assessment) setiap
komponen dan menilai secara keseluruhan (overall assessment) dengan kriteria
evaluasi dari masing-masing komponen yang telah ditetapkan sebelumnya.
Komponen dan kriteria yang dinilai dimuat dalam Kertas Kerja Evaluasi (KKE)
implementasi SAKIP di lingkungan BPKP sebagai berikut:
a. KKE Evaluasi SAKIP BPKP , Lampiran I;
b. KKE Evaluasi SAKIP Tingkat Eselon I (Sekretariat Utama dan Kedeputian),
Lampiran II;
c. KKE Evaluasi SAKIP Tingkat Eselon II (Biro dan Direktorat), Lampiran III; dan
d. KKE Evaluasi SAKIP Tingkat Eselon II Mandiri (Pusat dan Perwakilan),
Lampiran IV.
Dalam menilai apakah suatu unit kerja telah memenuhi suatu kriteria, harus
didasarkan pada fakta obyektif dan pertimbangan profesional (judgement) dari
tim evaluator, pengendali teknis dan koordinator pengawasan.

C. PENGORG ANIS ASI AN EV ALUASI

Pengorganisasian evaluasi adalah aktivitas yang dimulai sebelum pelaksanaan


evaluasi yang bertujuan untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan
dalam melakukan evaluasi.
Secara garis besar, pengorganisasian evaluasi meliputi:

Pedoman Teknis Evaluasi atas Implementasi SAKIP di Lingkungan BPKP 6


1. Penerbitan Surat Tugas
Surat Tugas evaluasi atas implementasi SAKIP diterbitkan Inspektur BPKP
yang ditujukan kepada Pimpinan unit kerja dan tembusan kepada Sekretaris
Utama/Deputi Kepala BPKP selaku Eselon I Pembina untuk unit kerja eselon II
dan kepada Kepala BPKP untuk unit kerja eselon I.
2. Perencanaan
Evaluasi atas implementasi atas SAKIP menggunakan evaluasi sederhana
(desk evaluation), yaitu evaluasi yang dilakukan di kantor tanpa menguji
kebenaran dan pembuktian di lapangan.
Evaluasi sederhana dilakukan melalui evaluasi atas dokumen SAKIP sebagai
berikut:
a. Rencana Strategis Tahun 2015-2019;
b. Perjanjian kinerja tahunan sampai dengan unit kerja eselon III/IV;
c. Pengukuran kinerja individu (apabila ada);
d. Rencana Aksi atas Kinerja (apabila ada);
e. Indikator Kinerja Utama yang diformalkan dalam Peraturan Kepala BPKP;
f. Laporan Triwulan Kinerja;
g. Laporan Evaluasi Program/Kegiatan (apabila ada);
h. Laporan Kinerja.

3. Pelaksanaan Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi meliputi:

a. Pengumpulan, analisis dan interpretasi data


Kegiatan utama pelaksanaan evaluasi adalah mengumpulkan dan
menganalisis data kinerja dan menginterpretasikan hasil. Hal ini sesuai
dengan tujuan evaluasi implementasi SAKIP, yaitu untuk memberikan
keyakinan bahwa evaluasi telah dilakukan secara memadai dan
memberikan saran dan rekomendasi guna meningkatkan akuntabilitas
kinerja unit kerja.

b. Penyusunan Kertas Kerja Evaluasi


Pendokumentasian langkah evaluasi dalam Kertas Kerja Evaluasi (KKE)
perlu dilakukan agar pengumpulan data dan analisis fakta-fakta dapat

Pedoman Teknis Evaluasi atas Implementasi SAKIP di Lingkungan BPKP 7


ditelusuri kembali dan dijadikan dasar untuk penyusunan Laporan Hasil
Evaluasi.
Kertas kerja tersebut berisi fakta dan data yang dianggap relevan dan
berarti untuk perumusan temuan permasalahan. Data dan deskripsi fakta
ini ditulis mulai dari uraian fakta yang ada, analisis (penilaian,
pembandingan, pengukuran, dan penyusunan argumentasi), sampai pada
simpulannya.

c. Penyusunan konsep Laporan Hasil Evaluasi


Penyusunan konsep laporan hasil evaluasi dilakukan oleh ketua tim
evaluasi. Sebelum menyusun konsep laporan hasil evaluasi, pengendali
teknis evaluasi telah melakukan reviu permasalahan yang diperoleh tim
evaluasi. Selanjutnya secara berjenjang koordinator pengawasan
melakukan reviu dan menyetujui konsep laporan hasil evaluasi untuk
diserahkan kepada Inspektur sebagai reviu dan persetujuan akhir.

d. Penyampaian dan Pengomunikasian Laporan Hasil Evaluasi


Laporan hasil evaluasi disampaikan kepada Pimpinan unit kerja yang
dievaluasi dengan mengomunikasikan hal-hal yang penting dan
mendesak untuk mendapatkan tanggapan dan tindak lanjut dari pihak
pengambil keputusan pada unit kerja yang dievaluasi.

4. Pengendalian Evaluasi
Pengendalian evaluasi dimaksudkan untuk menjaga agar evaluasi berjalan
sesuai dengan rencana. Mekanisme pengendalian yang dapat dilaksanakan
adalah melakukan pertemuan berkala atau melakukan komunikasi yang
berkelanjutan sesama tim evaluasi.

Dalam rangka menjaga obyektivitas penilaian, perlu dilakukan reviu secara


berjenjang atas Kertas Kerja Evaluasi dan Laporan Hasil Evaluasi dari tim
evaluator dengan pengaturan sebagai berikut:
a. Reviu tingkat 1 dilakukan oleh pengendali teknis;
b. Reviu tingkat 2 dilakukan oleh korwas;
c. Reviu tingkat 3 dilakukan oleh Inspektur.

Pedoman Teknis Evaluasi atas Implementasi SAKIP di Lingkungan BPKP 8


Hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan
pengendalian evaluasi, seperti susunan tim evaluasi, pemilihan evaluatan,
pembahasan hasil evaluasi dan penerbitan laporan hasil evaluasi mengikuti
kebijakan yang ditetapkan oleh Inspektur BPKP.

Pedoman Teknis Evaluasi atas Implementasi SAKIP di Lingkungan BPKP 9


BAB III
IMPLEMENTASI SAKIP

Akuntabilitas Kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk


mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan program dan
kegiatan yang diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi
organisasi secara terukur dengan sasaran/target kinerja yang telah ditetapkan melalui
laporan kinerja instansi pemerintah yang disusun secara periodik.

Unit kerja di lingkungan BPKP harus dapat mempertanggungjawabkan keberhasilan


pelaksanaan misi unit kerja yang diukur dengan pencapaian tujuan dan sasaran
strategisnya melalui keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan. Unit kerja tidak
cukup melaporkan keberhasilan pelaksanaan kegiatan/penugasan pengawasan
sebagaimana ditetapkan dalam Program Kerja Pengawasan dan Pembinaan Tahunan
(PKP2T), tetapi juga harus dapat mempertanggungjawabkan hasil (outcome) dan
manfaat (benefit) dari pelaksanaan PKP2T tersebut bagi para pemangku kepentingan.

Sistem akuntabilitas kinerja yang ingin dibangun secara garis besar adalah
menetapkan kinerja yang ingin diwujudkan pada level organisasi dan level
program/kegiatan yang diukur dengan indikator kinerja yang memenuhi kriteria indikator
kinerja yang baik dengan target yang ditetapkan dengan baik dengan uraian sebagai
berikut:
1. Menetapkan Tujuan dan Sasaran yang Berorientasi Hasil
Unit kerja merumuskan tujuan dan sasaran strategis/sasaran program yang jelas,
terukur dan berorientasi hasil agar dapat menjadi arah dan pedoman dalam
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan.

Sasaran strategis adalah sasaran yang ingin dicapai oleh organisasi mulai dari level
BPKP, level Eselon I sampai dengan level unit kerja eselon IV sesuai dengan tugas
dan fungsi serta penugasan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang diukur dengan indikator kinerja utama yang hanya dapat dicapai apabila
sasaran program/kegiatan dapat tercapai. Indikator kinerja dan target
program/kegiatan harus selaras dan mempunyai hubungan sebab akibat (causality)
dengan IKU dan target organisasi.

Pedoman Teknis Evaluasi atas Implementasi SAKIP di Lingkungan BPKP 10


SASARAN
STRATEGIS IKU TARGET

SASARAN
PROGRAM/ INDIKATOR TARGET
KEGIATAN KINERJA

Rumusan sasaran menggambarkan peluang, permasalahan atau isu strategis yang


harus ditangani oleh unit kerja sesuai dengan tugas dan fungsi serta penugasan lain
yang diberikan.
Rumusan tujuan dan sasaran strategis/sasaran program yang berorientasi hasil
harus menggambarkan perubahan atau perbaikan kondisi atas permasalahan atau
isu strategis sebagai hasil pelaksanaan kegiatan, bukan menggambarkan proses
atau kegiatan yang dilaksanakan.

KONDISI
YANG
DIINGINKAN

TUJUAN/
SASARAN KEGIATAN

KONDISI SAAT
INI

Perubahan kondisi tersebut dapat berupa, antara lain meningkatnya kualitas,


efektivitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan, peningkatan kecepatan proses
layanan, peningkatan kapasitas produksi, dan kemudahan akses layanan publik.

Pedoman Teknis Evaluasi atas Implementasi SAKIP di Lingkungan BPKP 11


Jika ditemukan tujuan/sasaran program yang belum berorientasi hasil atau tidak
mendukung terhadap tugas dan fungsi unit kerja tersebut, maka evaluator harus
memberikan penjelasan terhadap hal-hal yang harus diperbaiki.

2. Menetapkan Indikator Kinerja yang Memenuhi Kriteria Indikator Kinerja yang


Baik
Indikator kinerja adalah alat ukur yang mengindikasikan pencapaian sasaran yang
telah ditetapkan. Indikator kinerja yang digunakan harus memenuhi kriteria
indikator kinerja yang baik, yaitu:

a. Spesifik, indikator kinerja harus jelas, mudah dimengerti dan berkaitan dengan
kegiatan yang dilaksanakan.
Indikator kinerja harus sesuai dengan kondisi yang diinginkan sehingga mudah
dipahami dalam memberikan informasi yang tepat tentang hasil atau capaian
kinerja dari kegiatan atau program dan tidak berdwimakna. Jika ditemukan
indikator kinerja yang kurang/tidak spesifik/berdwimakna, maka evaluator harus
memberikan penjelasan terhadap hal-hal yang harus diperbaiki.

b. Dapat diukur, indikator kinerja yang kuantitatif memiliki satuan yang akan diukur
dan yang kualitatif mempunyai metode pengukuran yang jelas.

Indikator kinerja yang ditentukan harus dapat diukur dengan menggunakan


indikator yang tepat sehingga dapat melakukan peninjauan ulang, mengevaluasi
pencapaiannya serta dapat melakukan tindakan-tindakan perbaikan yang
seperlunya. Pengukuran harus berupa nilai-nilai kuantitatif yang berbentuk
angka-angka berdasarkan fakta-faktanya. Apabila ditemukan indikator kinerja
yang belum dapat diukur, maka evoluator harus memberi penjelasan terhadap
hal-hal yang harus diperbaiki.

c. Berorientasi pada hasil (outcome), indikator kinerja yang mengukur perbaikan


kondisi atau manfaat yang diperoleh oleh K/L/Pemda/Korporasi dan pegawai
BPKP sebagai hasil pelaksanaan kegiatan unit kerja.

Apabila ditemukan adanya indikator kinerja yang masih berorientasi pada output,
maka evaluator harus menjelaskan hal-hal yang harus diperbaiki.

d. Relevan, indikator kinerja harus dapat mengukur pencapaian sasaran


strategis/sasaran program.

Pedoman Teknis Evaluasi atas Implementasi SAKIP di Lingkungan BPKP 12


Jika ditemukan indikator kinerja yang tidak relevan dengan pencapaian sasaran
strategis/sasaran program, maka evaluator harus memberikan penjelasan
terhadap hal-hal yang harus diperbaiki.

e. Cukup, indikator kinerja yang digunakan dinilai telah cukup untuk mengukur
pencapaian sasaran stategis/sasaran program yang ditetapkan.

Jika ditemukan indikator kinerja yang belum bisa untuk mengukur pencapaian
sasaran strategis/sasaran program, maka evaluator harus memberikan
penjelasan terhadap hal-hal yang harus diperbaiki

f. Berorientasi pelanggan, indikator kinerja yang digunakan adalah mengukur


kondisi pada pelanggan, baik level strategis, program maupun kegiatan.

Jika ditemukan indikator kinerja yang belum menggambarkan perbaikan kondisi


pelanggan, maka evaluator harus memberikan penjelasan terhadap hal-hal yang
harus diperbaiki.

3. Menetapkan Target dengan Baik


Target kinerja menunjukkan tingkat sasaran kinerja spesifik yang akan dicapai oleh
organisasi unit kerja, program dan kegiatan dalam periode waktu yang telah
ditetapkan.
Dalam menyusun target kinerja, kriteria yang harus dipertimbangkan adalah
sebagai berikut:
1) Target harus menggambarkan angka kuantitatif dan satuan yang akan dicapai
dari indikator kinerja sasaran;
2) Target harus relevan dengan indikator kinerja sasaran, logis dan berdasarkan
baseline data yang jelas. Penetapan target dalam perjanjian kinerja tahun
berjalan harus mengacu pada sumber daya yang tersedia dan capaian target
yang telah dicapai pada tahun lalu;
3) Target harus selaras dengan target yang telah ditetapkan secara nasional.

Dalam melakukan evaluasi atas implementasi SAKIP, komponen dan subkomponen


yang akan dievaluasi adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan Kinerja
Perencanaan kinerja adalah merencanakan perbaikan kondisi atau keadaan secara
terukur dengan target yang jelas sesuai dengan tugas dan fungsinya sebagai hasil

Pedoman Teknis Evaluasi atas Implementasi SAKIP di Lingkungan BPKP 13


pelaksanaan program/kegiatan unit kerja, sedangkan perencanaan kerja adalah
merencanakan kegiatan/penugasan pengawasan yang akan dilaksanakan unit kerja
sebagaimana dimuat dalam PKP2T.
Perbedaan antara kinerja dan kerja/kegiatan adalah sebagai berikut:
Rencana Kerja Rencana Kinerja
Jumlah K/L/Pemda yang dibina SPIP- Jumlah K/L/Pemda yang meningkat
nya maturitas SPIP-nya
Jumlah APIP K/L/Pemda yang dibina Jumlah APIP K/L/Pemda meningkat
kapabilitasnya kapabilitasnya
Jumlah PDAM yang dievaluasi Jumlah PDAM yang meningkat
kinerjanya kinerjanya
Jumlah program prioritas yang direviu Jumlah program prioritas yang
meningkat capaian target kinerjanya
Jumlah proyek strategis nasional yang Jumlah proyek strategis nasional yang
dimonitoring dan evaluasi meningkat kualitas tata kelola
percepatannya
Jumlah K/L/Pemda yang mendapat Jumlah K/L/Pemda yang menerapkan
bimbingan teknis Fraud Control Plan Fraud Control Plan (FCP)
(FCP)
Jumlah K/L/Pemda yang mendapat Jumlah K/L/Pemda yang kualitas laporan
bimbingan teknis Standar Akuntansi keuangannya meningkat
Pemerintah

Perencanaan kinerja terdiri atas:

a. Perencanaan Strategis
Perencanaan strategis memuat perencanaan kinerja untuk 5 (lima) tahun kedepan
yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran, indikator kinerja dan target yang akan
dicapai unit kerja.

b. Perjanjian Kinerja Tahunan


Perjanjian kinerja menyajikan indikator kinerja utama yang menggambarkan hasil-
hasil utama dan kondisi yang seharusnya tanpa mengesampingkan indikator
kinerja lainnya yang relevan.
Perjanjian kinerja unit kerja memuat sasaran dan indikator kinerja sebagai berikut:
Level Sasaran Indikator Kinerja
BPKP Berkualitas Impact atau IKU BPKP dan indikator kinerja
Outcome lain yang relevan
Eselon I Berkualitas Outcome IKU Eselon I dan indikator kinerja
lain yang relevan
Eselon II Berkualitas Outcome atau IKU Eselon II dan indikator
Output kinerja lain yang relevan

Pedoman Teknis Evaluasi atas Implementasi SAKIP di Lingkungan BPKP 14


Sasaran unit kerja eselon II dapat berkualitas output karena kadangkala kinerja
unit kerja eselon II yang diharapkan oleh pelanggan cukup pada level output, tidak
diminta sampai level outcome, misalnya:

Unit Kerja Kegiatan Output


Biro Kegawaian Mengurus dokumen SK Kepegawaian terbit tepat
kepegawaian waktu
Menugaskan pegawai Pegawai telah mengikuti diklat
untuk mengikuti Diklat fungsional, diklat kepemimpinan,
dan diklat teknis substansi
Biro Keuangan Mereviu RKA-KL unit RKA-KL dan DIPA unit kerja
kerja disahkan tepat waktu
Pusat Pendidikan Menyelenggarakan Peserta Diklat lulus dengan
dan Pelatihan pendidikan dan kualitas yang baik
pelatihan

c. Perjanjian Kinerja Pejabat Eselon III/IV


Dalam rangka memastikan pencapaian kinerja organisasi, target kinerja Pimpinan
unit kerja dijabarkan (cascading) lebih lanjut kepada pejabat eselon III/IV dan
sampai kepada level individu pegawai.

Hal tersebut menunjukkan bahwa Pimpinan unit kerja sampai dengan pegawai
harus memiliki tanggungjawab bahwa kegiatan yang dilakukan adalah dalam
rangka mendukung kinerja organisasi, bukan hanya berusaha menyelesaikan
tugas dan kegiatan yang diberikan, misalnya:
Pejabat/Pegawai Indikator Kinerja Target
Kepala BPKP Maturitas SPIP Kabupaten/Kota (Level 3) 60%
Deputi Bidang Pengawasan Maturitas SPIP Kabupaten/Kota (Level 3) 60%
Penyelenggaraan Keuangan
Daerah (PKD)
Direktur Pengawasan PKD Maturitas SPIP Kabupaten/Kota (Level 3) 20%
Wilayah I pada Wilayah I
Kepala Subditwas PKD Wilayah Maturitas SPIP Kabupaten/Kota (Level 3) 10%
I.1 pada Wilayah I.1
Kepala Perwakilan di Wilayah Maturitas SPIP Kabupaten/Kota (Level 3) 5%
I.1 Perwakilan BPKP pada Wilayah I.1
Korwas APD Maturitas SPIP Kabupaten/Kota (Level 3) 5%
Perwakilan BPKP pada Wilayah I.1
Pengendali Teknis/Ketua Tim Maturitas SPIP Kabupaten/Kota (Level 3) 2%
Perwakilan BPKP pada Wilayah I.1

Pedoman Teknis Evaluasi atas Implementasi SAKIP di Lingkungan BPKP 15


d. Rencana Aksi atas Kinerja
Rencana Aksi atas kinerja adalah sarana bagi Pimpinan unit kerja untuk
mengomunikasikan cara unit kerja untuk dapat mencapai target kinerja yang
ditetapkan dalam perjanjian kinerja.
Bagi evaluator, Rencana Aksi atas kinerja dapat digunakan untuk menilai bahwa:
1) Kegiatan/penugasan pengawasan dalam PKP2T unit kerja merupakan cara
yang tepat untuk mewujudkan target indikator kinerja yang ditetapkan dalam
perjanjian kinerja;
2) Kegiatan yang dilaksanakan adalah memadai dan didukung anggaran yang
memadai.
3) Indikator kinerja yang ditetapkan dalam perjanjian kinerja dapat dikaitkan
dengan kegiatan/penugasan pengawasan yang ditetapkan dalam PKP2T unit
kerja.
Format Rencana Aksi atas kinerja dapat dilihat pada Lampiran V.

2. Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan antara kinerja yang terjadi
dengan kinerja yang diharapkan. Pengukuran kinerja dilakukan dengan
menggunakan indikator kinerja yang ditetapkan dalam perjanjian kinerja secara
berkala (triwulanan) dan tahunan.

Dalam rangka pengukuran kinerja unit kerja, evaluator melakukan pengukuran


berdasarkan IKU unit kerja sebagaimana yang ditetapkan dalam Peraturan Kepala
BPKP Nomor 9 Tahun 2016 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) di lingkungan
BPKP Tahun 2015-2019.

Evaluator harus memastikan bahwa pengukuran kinerja dilakukan terhadap


perbaikan kondisi atau keadaan dan manfaat yang diterima oleh pelanggan, bukan
mengukur kegiatan yang dilaksanakan. Misalnya, kegiatan evaluasi kinerja PDAM
yang diukur adalah peningkatan kinerja PDAM, bukan mengukur siklus kegiatan
evaluasi mulai dari perencanaan sampai dengan tindak lanjut hasil rekomendasi.

Pedoman Teknis Evaluasi atas Implementasi SAKIP di Lingkungan BPKP 16


4. Pengelolaan Data Kinerja
Sebagai salah satu bentuk transparansi dan akuntabilitas serta untuk memudahkan
pengelolaan data kinerja, maka unit kerja di lingkungan BPKP harus mengelola data
kinerja (outcome) dengan baik.
Pengelolaan data kinerja harus memperhatikan indikator kinerja yang digunakan
dalam dokumen Renstra dan perjanjian kinerja.

5. Laporan Kinerja
Laporan kinerja, hakekatnya penyampaian informasi mengenai hasil pengukuran
capaian target indikator kinerja yang telah diperjanjikan dalam perjanjian kinerja.
Laporan kinerja memuat substansi:
a. Informasi pencapaian sasaran strategis dan sasaran program yang berorientasi
hasil;
b. Evaluasi dan analisis capaian target kinerja yang diperjanjikan pada perjanjian
kinerja;
c. Pembandingan capaian target tahun berjalan dengan target tahun berjalan,
realisasi tahun sebelumnya dan target nasional sebagaimana dimuat dalam
RPJMN 2015-2019;
d. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya;
e. Informasi keuangan terkait dengan pencapaian sasaran kinerja unit kerja di
lingkungan BPKP.

Evaluator harus memastikan bahwa informasi kinerja yang disampaikan dalam


laporan kinerja adalah andal, yaitu diperoleh dari sumber yang kompeten, dapat
ditelusuri sumber datanya, valid, konsisten dan dapat diverifikasi.

6. Evaluasi Internal
Pencapaian tujuan dan sasaran strategis unit kerja hanya dapat dicapai melalui
pelaksanaan program dan kegiatan yang efektif. Unit kerja harus melakukan evaluasi
atas efektivitas atau keberhasilan pelaksanaan kegiatan/program yang dilaksanakan.

Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 2006 tentang Tata Cara Perencanaan dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan menetapkan tingkat efektivitas suatu
kegiatan/program diukur dengan seberapa jauh pelaksanaan kegiatan/program
tersebut dapat mencapai hasil (outcome) dan manfaat (benefit) kepada pelanggan.

Pedoman Teknis Evaluasi atas Implementasi SAKIP di Lingkungan BPKP 17


Misalnya: pelaksanaan kegiatan pembinaan penyelenggaraan SPIP pada Pemda
efektif apabila mampu meningkatkan Maturitas SPIP pada Pemda atau pelaksanaan
bimbingan teknis pelaksanaan Fraud Control Plan pada Kementerian/lembaga efektif
apabila K/L kemudian menerapkan Fraud Control Plan.

Evaluator harus menilai bahwa unit kerja telah melakukan evaluasi atas keberhasilan
pelaksanaan program/kegiatan dan memberikan rekomendasi berupa:
1) Perbaikan perencanaan kinerja berupa perbaikan rumusan sasaran
kegiatan/program, indikator kinerja dan penetapan target yang lebih baik;
2) Peningkatan kinerja berupa penyediaan anggaran yang memadai, SDM yang
berkualitas dan metode pelaksanaan kegiatan yang lebih efektif, meliputi
pemilihan pelanggan, tempat, waktu dan sarana/prasarana pelaksanaan kegiatan
berdasarkan hasil evaluasi atas pelaksanaan kegiatan sebelumnya.

Unit kerja juga harus melakukan pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan
Rencana Aksi atas Kinerja. Evaluasi tersebut dalam rangka:
1) Memantau realisasi pelaksanaan Rencana Aksi atas Kinerja;
2) Memberikan alternatif pelaksanaan kegiatan yang lebih baik;
3) Mengendalikan capaian kinerja yang ditetapkan dalam perjanjian kinerja unit
kerja.

7. Pencapaian Sasaran/Kinerja Organisasi


Capaian sasaran/kinerja organisasi yang dievaluasi adalah sebagaimana dimuat
dalam laporan kinerja unit kerja, namun evaluator dapat mempertimbangkan capaian
atau prestasi unit kerja yang tidak dimuat dalam laporan kinerja.
Kinerja unit kerja dapat diklasifikasikan dalam dua tingkatan, yaitu Output dan
Outcome.
a. Kinerja yang dilaporkan (Output)
Laporan kinerja unit kerja menyajikan informasi yang andal mengenai capaian
target tahun berjalan atas indikator kinerja yang masih berkualitas output dan
dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya.
b. Kinerja yang dilaporkan (Outcome)
Laporan kinerja unit kerja menyajikan informasi yang andal mengenai capaian
target tahun berjalan atas indikator kinerja yang berkualitas outcome dan
dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya.

Pedoman Teknis Evaluasi atas Implementasi SAKIP di Lingkungan BPKP 18


Evaluator dapat mempertimbangkan capaian target atas indikator kinerja unit
kerja eselon II yang berkualitas output dalam subkomponen kinerja yang
dilaporkan (outcome) apabila memang kinerja yang diharapkan dari suatu
kegiatan pada unit kerja eselon II cukup sampai pada level output.

Pedoman Teknis Evaluasi atas Implementasi SAKIP di Lingkungan BPKP 19


BAB IV
EVALUASI ATAS IMPLEMENTASI SAKIP

A. PENGUMPULAN DATA
Dalam rangka memahami dan mendapatkan gambaran umum mengenai
organisasi unit kerja dan kegiatan yang dilaksanakan, maka data dan informasi
yang perlu diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Tugas, fungsi dan kewenangan unit kerja;
2. Peraturan perundang-undangan yang terkait;
3. Kegiatan utama unit kerja;
4. Sumber pembiayaan;
5. Sistem informasi yang digunakan;
6. Keterkaitan unit kerja yang dievaluasi dengan unit kerja atasannya/BPKP;
7. Perencanaan Strategis, Rencana Kinerja dan Rencana Kerja dan Anggaran
(RKA-KL) dan Perjanjian Kinerja;
8. Laporan Kinerja unit kerja;
9. Sistem pengukuran kinerja dan manajemen kinerja pada umumnya.

B. PELAKS ANAAN EV ALUASI


Terdapat beberapa langkah kerja yang berkaitan dengan evaluasi atas
implementasi SAKIP pada unit kerja yang tidak dapat dilepaskan dari ruang
lingkup dan tujuan evaluasi. Langkah-langkah kerja tersebut terdiri dari (i) evaluasi
atas komponen implementasi SAKIP; dan (ii) penilaian dan penyimpulan.

1. Evaluasi atas Komponen


Evaluasi atas implementasi SAKIP pada unit kerja difokuskan pada kriteria-
kriteria yang ditetapkan dengan tetap memperhatikan hasil evaluasi
implementasi SAKIP tahun sebelumnya.
Isu-isu penting yang akan diungkap melalui evaluasi adalah sebagai berikut:
a. Unit kerja dalam menyusun, mereviu dan menyempurnakan
perencanaan kinerja berfokus pada hasil (outcome);
b. Pembangunan sistem pengukuran dan pengumpulan data kinerja;
c. Pengungkapan informasi pencapaian kinerja;
d. Monitoring dan evaluasi kinerja terhadap pencapaian kinerja pelaksanaan

Pedoman Teknis Evaluasi atas Implementasi SAKIP di Lingkungan BPKP 20


program dan kegiatan, khususnya program/kegiatan strategis unit kerja;
e. Keterkaitan diantara perencanaan kinerja dengan penganggaran, kebijakan
pelaksanaan dan pengendalian serta pelaporannya.
f. Capaian kinerja utama dari masing-masing unit kerja.
g. Tingkat implementasi SAKIP unit kerja;
h. Memastikan disusunnya rencana aksi terhadap rekomendasi hasil evaluasi
yang belum ditindaklanjuti.

Evaluasi atas implementasi SAKIP, terdiri atas evaluasi penerapan


komponen manajemen kinerja yang meliputi: perencanaan kinerja,
pengukuran kinerja, pengolahan data kinerja, pelaporan kinerja dan evaluasi
internal serta capaian kinerja.

Evaluasi penerapan manajemen kinerja juga meliputi penerapan kebijakan


penyusunan dokumen penetapan kinerja dan indikator kinerja utama (IKU)
sampai dengan saat dilakukan evaluasi.

Kriteria yang ditetapkan dalam rangka evaluasi atas implementasi SAKIP


dituangkan dalam Lembar Kriteria Evaluasi (LKE). LKE ini memuat
komponen, bobot, subkomponen dan butir-butir penilaian. LKE ini juga
dilengkapi dengan seperangkat kriteria penilaian atau penjelasan untuk setiap
butir penilaian, sebagaimana dapat dilihat pada Lampiran I, II, III, dan IV

2. Penilaian dan Penyimpulan


Evaluasi atas implementasi SAKIP unit kerja harus menyimpulkan hasil
penilaian atas fakta obyektif unit kerja dalam mengimplementasikan
perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja, evaluasi internal
dan capaian kinerja sesuai dengan kriteria masing-masing komponen yang
ada dalam LKE.
a. Penilaian
Langkah penilaian dilakukan sebagai berikut:
1) Dalam melakukan penilaian, terdapat tiga variabel yaitu:
a) Komponen;
b) Subkomponen; dan
c) Kriteria.

Pedoman Teknis Evaluasi atas Implementasi SAKIP di Lingkungan BPKP 21


2) Setiap komponen dan subkomponen penilaian diberikan alokasi %-tase
nilai dengan total nilai sebesar 100%, sebagaimana dalam Lampiran I, II,
III, dan IV
Adapun rincian %-tase komponen dan subkomponen penilaian adalah
sebagai berikut:
No. Komponen Bobot Sub Komponen
1. Perencanaan 30% a. Rencana Strategis 10%, meliputi:
Kinerja Pemenuhan Renstra (2%),
Kualitas Renstra (5%) dan
Implementasi Renstra (3%).
b. Perencanaan Kinerja Tahunan 20%, meliputi:
Pemenuhan RKT (4%),
Kualitas RKT (10%) dan
Implementasi RKT (6%).
2. Pengukuran 25% a. Pemenuhan pengukuran (5%)
Kinerja b. Kualitas pengukuran (12,5%),
c. Implementasi pengukuran (7,5%).
3. Pelaporan 15% a. Pemenuhan pelaporan (3%),
Kinerja b. Penyajian informasi kinerja (7,5%),
c. Pemanfaatan informasi kinerja (4,5%).
4. Evaluasi 10% a. Pemenuhan evaluasi (2%),
Internal b. Kualitas evaluasi (5%),
c. Pemanfaatan hasil evaluasi (3%).
5. Capaian 20% BPKP dan Direktorat/Pusat/Perwakilan
Kinerja Deputi (Eselon I) (Eselon II)
a. Kinerja yang a. Kinerja yang dilaporkan
dilaporkan outcome output (5%)
(17%)
b. Kinerja lainnya (3%) b. Kinerja yang dilaporkan
outcome (12%)
c. Kinerja lainnya (3%)
Total 100%

Penilaian terhadap butir 1 sampai dengan 4 terkait dengan implementasi


SAKIP pada unit kerja, sedangkan butir 5a dan 5b didasarkan pada
pencapaian kinerja yang telah disajikan dalam Laporan Kinerja maupun
dokumen pendukung seperti Pengukuran Kinerja.

3) Setiap subkomponen dibagi ke dalam beberapa pertanyaan sebagai


kriteria pemenuhan subkomponen tersebut. Setiap pertanyaan akan
dijawab dengan ya/tidak atau a/b/c/d/e. Jawaban ya/tidak diberikan
untuk pertanyaan yang langsung dapat dijawab sesuai dengan
pemenuhan kriteria. Jawaban a/b/c/d/e diberikan untuk pertanyaan-
pertanyaan yang membutuhkan judgement dari evaluator dan biasanya
terkait dengan kualitas dan pemanfaatan suatu subkomponen tertentu.

Pedoman Teknis Evaluasi atas Implementasi SAKIP di Lingkungan BPKP 22


4) Setiap jawaban “Ya” diberi nilai 1 dan jika jawabannya “Tidak” diberi
nilai 0.

5) Pemilihan jawaban a/b/c/d/e didasarkan pada kriteria tertentu dan


judgement evaluator. Kriteria sebagaimana tertera dalam penjelasan
pada template Lembar Kerja Evaluasi (KKE) merupakan acuan dalam
menentukan jawaban a/b/c/d/e.

6) Untuk jawaban a/b/c/d/e, penilaian didasarkan dengan kriteria sebagai


berikut:

Jawaban Kriteria Nilai


Memenuhi hampir semua kriteria
A 1
(lebih dari 95%)
Memenuhi sebagian besar kriteria
B 0,75
(lebih dari 80% s.d. 95%)
Memenuhi sebagian kriteria
C 0,50
(lebih dari 40% s.d. 80%)
Memenuhi sebagian kecil kriteria
D 0,25
(lebih dari 20% s.d. 40%)
Sangat kurang memenuhi kriteria
E 0
(kurang dari 20%)

7) Dalam memberikan penilaian ”ya” atau ”tidak” maupun a/b/c/d/e selain


mengacu pada kriteria yang ada, evaluator juga harus menggunakan
professional judgement dengan mempertimbangkan hal-hal yang
mempengaruhi pada setiap kriteria dan didukung dengan kertas kerja
evaluasi.

8) Setelah setiap pertanyaan diberikan nilai maka penilaian dilakukan


sebagai berikut:
a) Menjumlahkan nilai setiap pertanyaan pada setiap subkomponen
sehingga ditemukan suatu angka tertentu, misal subkomponen
implementasi renstra mempunyai alokasi nilai 3% dan memiliki 3
(tiga) buah pertanyaan. Dari 3 (tiga) pertanyaan tersebut apabila
terdapat 3 (tiga) jawaban “A”, maka nilai untuk subkomponen tersebut
adalah: (3/3) x 10 = 3;
b) Untuk kriteria yang berhubungan dengan kondisi yang memerlukan
penilaian, karena terdiri dari beberapa subkriteria, penilaian tentang
kriteria dilakukan melalui nilai rata-rata;

Pedoman Teknis Evaluasi atas Implementasi SAKIP di Lingkungan BPKP 23


c) Menjumlahkan seluruh nilai subkomponen yang ada sehingga
ditemukan suatu angka tertentu untuk total nilai dengan range nilai
antara 0 s.d. 100.
Perhitungan penilaian dilakukan dengan menggunakan template LKE.
9) Penilaian tingkat Kementerian/Lembaga merupakan kombinasi antara
penilaian evaluasi tingkat BPKP dan penilaian evaluasi tingkat Deputi/
Eselon I, dan penilaian evaluasi tingkat Deputi/ Eselon I merupakan
kombinasi antara penilaian evaluasi tingkat Direktorat, dengan ilustrasi
sebagai berikut:
a) Tingkat BPKP
Dep/ Total Penilaian
Uraian BPKP
Sesma

Penilaian X Y X Total = (65% x X) + (35% x Y)


evaluasi
X merupakan penilaian evaluasi berdasarkan LKE BPKP,
dengan ilustrasi sebagai berikut:
X (65%) = (X/100) x 65%
Y merupakan rata-rata penilaian evaluasi tingkat
Deputi/Sekretariat Utama, dengan ilustrasi sebagai
berikut:
[( Y1/100)x35%]+[( Y2/100)x35%]+.....dst
Y (35%) =
Yn

b) Tingkat Deputi/Sekretariat Utama


Uraian Dep/Sesma Dir/Biro Total Penilaian

Penilaian Y Z Y Total = (65% x Y) + (35% x Z)


evaluasi
Y merupakan penilaian evaluasi berdasarkan
LKE Deputi/Sesma, dengan ilustrasi sebagai
berikut:
Y (65%) = (Y/100) x 65%
Z merupakan rata-rata penilaian evaluasi tingkat
Direktorat/Biro, dengan ilustrasi sebagai
berikut:
[( Z1/100)x35%]+[( Z2/100)x35%]+...dst
Z (35%) =
Zn

b. Penyimpulan
Penyimpulan atas hasil evaluasi terhadap akuntabilitas kinerja unit kerja
dilakukan dengan menjumlahkan angka tertimbang dari masing-masing
komponen. Nilai hasil akhir dari penjumlahan komponen-komponen akan
dipergunakan dalam menentukan tingkat akuntabilitas kinerja unit kerja yang
bersangkutan, dengan kategori sebagai berikut:

Pedoman Teknis Evaluasi atas Implementasi SAKIP di Lingkungan BPKP 24


No Kategori Nilai Angka Interpretasi

1 AA >90 – 100 Sangat Memuaskan


2 A >80 – 90 Memuaskan, memimpin
perubahan, berkinerja tinggi dan
sangat akuntabel
3 BB >70 – 80 Sangat Baik, Akuntabel, berkinerja
baik dan memiliki sistem
manajemen kinerja yang andal
4 B >60 – 70 Baik, Akuntabilitas Kinerjanya
sudah baik, memiliki sistem yang
dapat digunakan untuk manajemen
kinerja dan perlu sedikit perbaikan
5 CC >50 – 60 Cukup (Memadai), Akuntabilitas
Kinerjanya cukup baik, taat
kebijakan, memiliki sistem yang
dapat digunakan untuk
memproduksi informasi kinerja
untuk pertanggungjawaban, perlu
banyak perbaikan tidak mendasar
6 C 30 – 50 Kurang, Sistem dan tatanan kurang
dapat diandalkan, memiliki sistem
untuk manajemen kinerja tapi perlu
banyak perbaikan minor dan
perbaikan yang mendasar
7. D 0 - 30 Sangat Kurang, Sistem dan
tatanan tidak dapat diandalkan
untuk penerapan manajemen
kinerja, perlu banyak perbaikan,
sebagian perubahan yang sangat
mendasar

Pedoman Teknis Evaluasi atas Implementasi SAKIP di Lingkungan BPKP 25


BAB V
PELAPORAN HASIL EVALUASI

A. UMUM
Setiap surat tugas untuk pelaksanaan evaluasi atas implementasi SAKIP harus
menghasilkan Kertas Kerja Evaluasi (KKE) dan Laporan Hasil Evaluasi (LHE).
LHE ini disusun berdasarkan berbagai hasil pengumpulan data, fakta dan
analisis yang didokumentasikan dalam KKE.

Setiap langkah evaluator yang cukup penting dan setiap penggunaan teknis
evaluasi KKE memuat data dan fakta yang dianggap relevan dan berarti untuk
merumuskan temuan permasalahan. Data dan deskripsi fakta ini ditulis mulai
dari uraian fakta yang ada, analisis (pemilahan, pembandingan, dan
penyusunan argumentasi) sampai pada simpulannya.

Laporan hasil evaluasi menyajikan informasi data tindak lanjut dari rekomendasi
tahun sebelumnya, sehingga diperoleh data yang dapat diperbandingkan dan dapat
mengetahui perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan.
Laporan Hasil Evaluasi disusun berdasarkan prinsip kehati-hatian dan
mengungkapkan hal-hal penting bagi perbaikan manajemen kinerja unit kerja
yang dievaluasi.

Permasalahan atau temuan hasil evaluasi (tentative finding) dan saran


perbaikannya harus diungkapkan secara jelas dan dikomunikasikan kepada
pihak unit kerja yang dievaluasi untuk mendapatkan konfirmasi atau
tanggapan secukupnya.

Penulisan LHE harus mengikuti kaidah-kaidah umum penulisan laporan


yang baik, yaitu antara lain:
1. Penggunaan kalimat dalam laporan, diupayakan menggunakan kalimat yang
jelas dan bersifat persuasif untuk perbaikan; tidak menggunakan ungkapan
yang ambivalen atau membingungkan dalam proses penyimpulan dan kompilasi
data.
2. Evaluator harus berhati-hati dalam menginterpretasikan data hasil
penyimpulan dan menuangkannya dalam laporan.

Pedoman Teknis Evaluasi atas Implementasi SAKIP di Lingkungan BPKP 26


B. BENTUK DAN ISI LAPORAN HASIL EVALUASI
Bentuk dan isi LHE disusun dalam bentuk surat (short form) sebagaimana dapat
dilihat pada Lampiran VI.

C. PENYAMPAIAN LAPORAN
LHE atas implementasi SAKIP pada unit kerja eselon II disampaikan kepada
Pimpinan unit kerja dan tembusan kepada Sekretaris Utama/Deputi sebagai
Pejabat Eselon I Pembina dan LHE atas implementasi SAKIP pada unit kerja
eselon I disampaikan kepada Sekretaris Utama/Deputi, tembusan kepada Kepala
BPKP, dan LHE atas implementasi SAKIP BPKP disampaikan kepada Kepala
BPKP.

Pedoman Teknis Evaluasi atas Implementasi SAKIP di Lingkungan BPKP 27


BAB VI
PENUTUP

Evaluasi atas implementasi SAKIP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
siklus manajemen kinerja di lingkungan BPKP. Dengan ditetapkannya pedoman
teknis evaluasi atas Implementasi SAKIP ini, diharapkan para evaluator Inspektorat
BPKP mempunyai acuan yang sama dalam melakukan evaluasi.

Keberhasilan pelaksanaan evaluasi atas implementasi SAKIP diharapkan dapat


mencapai tujuan SAKIP itu sendiri, yaitu meningkatnya kinerja dan akuntabilitas
kinerja unit kerja di lingkungan BPKP.

Jakarta, 18 April 2019


Inspektur

Yus Muharam
NIP 196107051982031001

Pedoman Teknis Evaluasi atas Implementasi SAKIP di Lingkungan BPKP 28


Tim Penyusun Pedoman Evaluasi Implementasi SAKIP Tahun 2019.

Penanggung Jawab : Yus Muharam

Pereviu : Ahmad Muhyidin


Basjar Muljoadjie

Penyusun : 1. RR. Sri Hartanti


2. Meilinasari
3. Atam
4. Apif Fatihin Aziz
5. Poni Nurjanah

Pedoman Teknis Evaluasi atas Implementasi SAKIP di Lingkungan BPKP 29

Anda mungkin juga menyukai