INSPEKTORAT
PEDOMAN TEKNIS
EVALUASI ATAS IMPLEMENTASI SISTEM
AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
DI LINGKUNGAN BPKP
NOMOR : PD-001/IN/2019
TANGGAL : 18 April 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penguatan akuntabilitas kinerja merupakan salah satu program yang
dilaksanakan dalam reformasi birokrasi untuk mewujudkan pemerintahan yang
bersih dan bebas KKN, meningkatnya kualitas pelayanan publik dan
meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi. Penguatan
akuntabilitas kinerja dilaksanakan melalui penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (SAKIP), sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Presiden
Nomor 29 Tahun 2014 tentang SAKIP.
Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang SAKIP pasal 29, ayat (1)
menetapkan bahwa APIP melakukan evaluasi atas implementasi SAKIP dan atau
evaluasi kinerja pada Kementerian/Lembaga/Pemda sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan kewenangannya dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 12 Tahun 2015, pasal 5 menetapkan
bahwa setiap Pimpinan instansi pemerintah melakukan evaluasi implementasi
SAKIP di lingkungannya setiap tahun dan pelaksanaan evaluasi dilaksanakan
oleh aparat pengawasan internal masing-masing. Peraturan Presiden Nomor 192
Tahun 2014 tentang BPKP menetapkan bahwa Inspektorat melaksanakan fungsi
untuk melaksanakan evaluasi laporan akuntabilitas kinerja unit kerja di lingkungan
BPKP. Hasil evaluasi tersebut digunakan untuk memperbaiki manajemen kinerja
dan peningkatkan kinerja khususnya kinerja pelayanan publik secara
berkelanjutan.
B. DAS AR HUKUM
Peraturan perundang-undangan yang digunakan dalam penyusunan pedoman
teknis evaluasi implementasi SAKIP ini adalah sebagai berikut:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan
dan Kinerja Instansi Pemerintah;
2. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah;
3. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
4. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Strategis Kementerian Lembaga
(Renstra K/L) 2015-2019;
5. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi birokrasi
Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Perjanjian Kinerja,
Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah;
6. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
PER/20/M.PAN/11/2008 tentang Petunjuk Penyusunan Indikator Kinerja
Utama;
7. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator
Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah.
F. SISTEMATIKA
Sistematika Pedoman Teknis Evaluasi atas Implementasi SAKIP pada unit kerja
di lingkungan BPKP terdiri dari 6 (enam) BAB, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PERENCANAAN EVALUASI
BAB III IMPLEMENTASI SAKIP
BAB IV EVALUASI ATAS IMPLEMENTASI SAKIP
BAB V PELAPORAN HASIL EVALUASI
BAB VI PENUTUP
LAMPIRAN
A. METODOLOGI EVALUASI
Metodologi yang digunakan dalam evaluasi atas implementasi SAKIP adalah
metodologi yang pragmatis disesuaikan dengan tujuan evaluasi yang ditetapkan
dan mempertimbangkan kendala yang ada. Langkah pragmatis ini diambil dalam
rangka agar dapat lebih cepat menghasilkan rekomendasi hasil evaluasi yang
memberikan petunjuk untuk memperbaiki implementasi SAKIP dan akuntabilitas
kinerja unit kerja di lingkungan BPKP.
B. TEKNIK EV ALUAS I
Teknik evaluasi yang digunakan adalah teknik "criteria referrenced survey", yaitu
menilai secara bertahap langkah demi langkah (step by step assessment) setiap
komponen dan menilai secara keseluruhan (overall assessment) dengan kriteria
evaluasi dari masing-masing komponen yang telah ditetapkan sebelumnya.
Komponen dan kriteria yang dinilai dimuat dalam Kertas Kerja Evaluasi (KKE)
implementasi SAKIP di lingkungan BPKP sebagai berikut:
a. KKE Evaluasi SAKIP BPKP , Lampiran I;
b. KKE Evaluasi SAKIP Tingkat Eselon I (Sekretariat Utama dan Kedeputian),
Lampiran II;
c. KKE Evaluasi SAKIP Tingkat Eselon II (Biro dan Direktorat), Lampiran III; dan
d. KKE Evaluasi SAKIP Tingkat Eselon II Mandiri (Pusat dan Perwakilan),
Lampiran IV.
Dalam menilai apakah suatu unit kerja telah memenuhi suatu kriteria, harus
didasarkan pada fakta obyektif dan pertimbangan profesional (judgement) dari
tim evaluator, pengendali teknis dan koordinator pengawasan.
3. Pelaksanaan Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi meliputi:
4. Pengendalian Evaluasi
Pengendalian evaluasi dimaksudkan untuk menjaga agar evaluasi berjalan
sesuai dengan rencana. Mekanisme pengendalian yang dapat dilaksanakan
adalah melakukan pertemuan berkala atau melakukan komunikasi yang
berkelanjutan sesama tim evaluasi.
Sistem akuntabilitas kinerja yang ingin dibangun secara garis besar adalah
menetapkan kinerja yang ingin diwujudkan pada level organisasi dan level
program/kegiatan yang diukur dengan indikator kinerja yang memenuhi kriteria indikator
kinerja yang baik dengan target yang ditetapkan dengan baik dengan uraian sebagai
berikut:
1. Menetapkan Tujuan dan Sasaran yang Berorientasi Hasil
Unit kerja merumuskan tujuan dan sasaran strategis/sasaran program yang jelas,
terukur dan berorientasi hasil agar dapat menjadi arah dan pedoman dalam
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan.
Sasaran strategis adalah sasaran yang ingin dicapai oleh organisasi mulai dari level
BPKP, level Eselon I sampai dengan level unit kerja eselon IV sesuai dengan tugas
dan fungsi serta penugasan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang diukur dengan indikator kinerja utama yang hanya dapat dicapai apabila
sasaran program/kegiatan dapat tercapai. Indikator kinerja dan target
program/kegiatan harus selaras dan mempunyai hubungan sebab akibat (causality)
dengan IKU dan target organisasi.
SASARAN
PROGRAM/ INDIKATOR TARGET
KEGIATAN KINERJA
KONDISI
YANG
DIINGINKAN
TUJUAN/
SASARAN KEGIATAN
KONDISI SAAT
INI
a. Spesifik, indikator kinerja harus jelas, mudah dimengerti dan berkaitan dengan
kegiatan yang dilaksanakan.
Indikator kinerja harus sesuai dengan kondisi yang diinginkan sehingga mudah
dipahami dalam memberikan informasi yang tepat tentang hasil atau capaian
kinerja dari kegiatan atau program dan tidak berdwimakna. Jika ditemukan
indikator kinerja yang kurang/tidak spesifik/berdwimakna, maka evaluator harus
memberikan penjelasan terhadap hal-hal yang harus diperbaiki.
b. Dapat diukur, indikator kinerja yang kuantitatif memiliki satuan yang akan diukur
dan yang kualitatif mempunyai metode pengukuran yang jelas.
Apabila ditemukan adanya indikator kinerja yang masih berorientasi pada output,
maka evaluator harus menjelaskan hal-hal yang harus diperbaiki.
e. Cukup, indikator kinerja yang digunakan dinilai telah cukup untuk mengukur
pencapaian sasaran stategis/sasaran program yang ditetapkan.
Jika ditemukan indikator kinerja yang belum bisa untuk mengukur pencapaian
sasaran strategis/sasaran program, maka evaluator harus memberikan
penjelasan terhadap hal-hal yang harus diperbaiki
1. Perencanaan Kinerja
Perencanaan kinerja adalah merencanakan perbaikan kondisi atau keadaan secara
terukur dengan target yang jelas sesuai dengan tugas dan fungsinya sebagai hasil
a. Perencanaan Strategis
Perencanaan strategis memuat perencanaan kinerja untuk 5 (lima) tahun kedepan
yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran, indikator kinerja dan target yang akan
dicapai unit kerja.
Hal tersebut menunjukkan bahwa Pimpinan unit kerja sampai dengan pegawai
harus memiliki tanggungjawab bahwa kegiatan yang dilakukan adalah dalam
rangka mendukung kinerja organisasi, bukan hanya berusaha menyelesaikan
tugas dan kegiatan yang diberikan, misalnya:
Pejabat/Pegawai Indikator Kinerja Target
Kepala BPKP Maturitas SPIP Kabupaten/Kota (Level 3) 60%
Deputi Bidang Pengawasan Maturitas SPIP Kabupaten/Kota (Level 3) 60%
Penyelenggaraan Keuangan
Daerah (PKD)
Direktur Pengawasan PKD Maturitas SPIP Kabupaten/Kota (Level 3) 20%
Wilayah I pada Wilayah I
Kepala Subditwas PKD Wilayah Maturitas SPIP Kabupaten/Kota (Level 3) 10%
I.1 pada Wilayah I.1
Kepala Perwakilan di Wilayah Maturitas SPIP Kabupaten/Kota (Level 3) 5%
I.1 Perwakilan BPKP pada Wilayah I.1
Korwas APD Maturitas SPIP Kabupaten/Kota (Level 3) 5%
Perwakilan BPKP pada Wilayah I.1
Pengendali Teknis/Ketua Tim Maturitas SPIP Kabupaten/Kota (Level 3) 2%
Perwakilan BPKP pada Wilayah I.1
2. Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan antara kinerja yang terjadi
dengan kinerja yang diharapkan. Pengukuran kinerja dilakukan dengan
menggunakan indikator kinerja yang ditetapkan dalam perjanjian kinerja secara
berkala (triwulanan) dan tahunan.
5. Laporan Kinerja
Laporan kinerja, hakekatnya penyampaian informasi mengenai hasil pengukuran
capaian target indikator kinerja yang telah diperjanjikan dalam perjanjian kinerja.
Laporan kinerja memuat substansi:
a. Informasi pencapaian sasaran strategis dan sasaran program yang berorientasi
hasil;
b. Evaluasi dan analisis capaian target kinerja yang diperjanjikan pada perjanjian
kinerja;
c. Pembandingan capaian target tahun berjalan dengan target tahun berjalan,
realisasi tahun sebelumnya dan target nasional sebagaimana dimuat dalam
RPJMN 2015-2019;
d. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya;
e. Informasi keuangan terkait dengan pencapaian sasaran kinerja unit kerja di
lingkungan BPKP.
6. Evaluasi Internal
Pencapaian tujuan dan sasaran strategis unit kerja hanya dapat dicapai melalui
pelaksanaan program dan kegiatan yang efektif. Unit kerja harus melakukan evaluasi
atas efektivitas atau keberhasilan pelaksanaan kegiatan/program yang dilaksanakan.
Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 2006 tentang Tata Cara Perencanaan dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan menetapkan tingkat efektivitas suatu
kegiatan/program diukur dengan seberapa jauh pelaksanaan kegiatan/program
tersebut dapat mencapai hasil (outcome) dan manfaat (benefit) kepada pelanggan.
Evaluator harus menilai bahwa unit kerja telah melakukan evaluasi atas keberhasilan
pelaksanaan program/kegiatan dan memberikan rekomendasi berupa:
1) Perbaikan perencanaan kinerja berupa perbaikan rumusan sasaran
kegiatan/program, indikator kinerja dan penetapan target yang lebih baik;
2) Peningkatan kinerja berupa penyediaan anggaran yang memadai, SDM yang
berkualitas dan metode pelaksanaan kegiatan yang lebih efektif, meliputi
pemilihan pelanggan, tempat, waktu dan sarana/prasarana pelaksanaan kegiatan
berdasarkan hasil evaluasi atas pelaksanaan kegiatan sebelumnya.
Unit kerja juga harus melakukan pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan
Rencana Aksi atas Kinerja. Evaluasi tersebut dalam rangka:
1) Memantau realisasi pelaksanaan Rencana Aksi atas Kinerja;
2) Memberikan alternatif pelaksanaan kegiatan yang lebih baik;
3) Mengendalikan capaian kinerja yang ditetapkan dalam perjanjian kinerja unit
kerja.
A. PENGUMPULAN DATA
Dalam rangka memahami dan mendapatkan gambaran umum mengenai
organisasi unit kerja dan kegiatan yang dilaksanakan, maka data dan informasi
yang perlu diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Tugas, fungsi dan kewenangan unit kerja;
2. Peraturan perundang-undangan yang terkait;
3. Kegiatan utama unit kerja;
4. Sumber pembiayaan;
5. Sistem informasi yang digunakan;
6. Keterkaitan unit kerja yang dievaluasi dengan unit kerja atasannya/BPKP;
7. Perencanaan Strategis, Rencana Kinerja dan Rencana Kerja dan Anggaran
(RKA-KL) dan Perjanjian Kinerja;
8. Laporan Kinerja unit kerja;
9. Sistem pengukuran kinerja dan manajemen kinerja pada umumnya.
b. Penyimpulan
Penyimpulan atas hasil evaluasi terhadap akuntabilitas kinerja unit kerja
dilakukan dengan menjumlahkan angka tertimbang dari masing-masing
komponen. Nilai hasil akhir dari penjumlahan komponen-komponen akan
dipergunakan dalam menentukan tingkat akuntabilitas kinerja unit kerja yang
bersangkutan, dengan kategori sebagai berikut:
A. UMUM
Setiap surat tugas untuk pelaksanaan evaluasi atas implementasi SAKIP harus
menghasilkan Kertas Kerja Evaluasi (KKE) dan Laporan Hasil Evaluasi (LHE).
LHE ini disusun berdasarkan berbagai hasil pengumpulan data, fakta dan
analisis yang didokumentasikan dalam KKE.
Setiap langkah evaluator yang cukup penting dan setiap penggunaan teknis
evaluasi KKE memuat data dan fakta yang dianggap relevan dan berarti untuk
merumuskan temuan permasalahan. Data dan deskripsi fakta ini ditulis mulai
dari uraian fakta yang ada, analisis (pemilahan, pembandingan, dan
penyusunan argumentasi) sampai pada simpulannya.
Laporan hasil evaluasi menyajikan informasi data tindak lanjut dari rekomendasi
tahun sebelumnya, sehingga diperoleh data yang dapat diperbandingkan dan dapat
mengetahui perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan.
Laporan Hasil Evaluasi disusun berdasarkan prinsip kehati-hatian dan
mengungkapkan hal-hal penting bagi perbaikan manajemen kinerja unit kerja
yang dievaluasi.
C. PENYAMPAIAN LAPORAN
LHE atas implementasi SAKIP pada unit kerja eselon II disampaikan kepada
Pimpinan unit kerja dan tembusan kepada Sekretaris Utama/Deputi sebagai
Pejabat Eselon I Pembina dan LHE atas implementasi SAKIP pada unit kerja
eselon I disampaikan kepada Sekretaris Utama/Deputi, tembusan kepada Kepala
BPKP, dan LHE atas implementasi SAKIP BPKP disampaikan kepada Kepala
BPKP.
Evaluasi atas implementasi SAKIP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
siklus manajemen kinerja di lingkungan BPKP. Dengan ditetapkannya pedoman
teknis evaluasi atas Implementasi SAKIP ini, diharapkan para evaluator Inspektorat
BPKP mempunyai acuan yang sama dalam melakukan evaluasi.
Yus Muharam
NIP 196107051982031001