Anda di halaman 1dari 20

“Konseling Pada Korban Bencana Air”

Disusun Oleh:

Kelompok 11
 Junita Sutra Densi

 Kristina Mei Hariaty

 Ramadana Hafira
Peristiwa bencana dapat menciptakan trauma
tersendiri bagi masyarakat di sekitar yang
memiliki keberagaman persoalan. Hal ini
diakibatkan oleh tekanan yang muncul dari rasa
sakit yang diderita saat kejadian, kehilangan
orang tercinta serta hilangnya harta benda serta
perubahan akan kegiatan sosial anak
Counseling (konseling) adalah upaya bantuan yang
diberikan seorang pembimbing yang terlatih dan
berpengalaman, terhadap individu-individu yang
membutuhkanya agar individu tersebut berkembang
potensinya secara optimal, mampu mengatasi
masalahnya dan mampu menyesuaikan diri terhadap
lingkungan yang selalu berubah.
Disaster (bencana) adalah peristiwa alami
atau buatan yang dapat menyebabkan
kematian, cedera, dan kerusakan
infrastruktur.
Jenis bencana air:
 Tsunami
 Banjir
Disaster counseling (konseling bencana) adalah suatu
tindakan yang dilakukan untuk membantu korban bencana
alam untuk mengurangi dan menghilangkan gangguan
psikologis yang dialami akibat bencana dan mengembangkan
potensi yang dimiliki agar dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan keadaan setelah bencana.
Trauma adalah suatu luka atau
perasaan sakit “berat”akibat suatu
kejadian luar biasa yang menimpa
seseorang baik secara langsung
maupun tidak, baik luka fisik
Trauma
maupun psikis atau kombinasi
keduanya (Mental Health
Channell, 2004).
Berat ringannya suatu peristiwa
akan dirasakan berbeda oleh setiap
orang, sehingga pengaruh dari
peristiwa tersebut terhadap
perilaku juga berbeda antara
seseorang dengan orang yang lain.
American Psychiatric Association (1994),
menyatakan bahwa trauma dapat terjadi pada
seseorang karena:
seseorang yang mengalami, menyaksikan, atau
berhadapan dengan kejadian
yang menyebabkan kematian,
kecederaan serius atau
mengancam fisik diri atau
orang lain
respon individu terhadap
ketakutan, rasa tidak ada
harapan, dan horor.
Menurut Vikram (dalam Hatta, 2016), ada
ada dua jenis trauma yaitu trauma personal
dan trauma mayor.
Trauma personal yaitu trauma yang terjadi
karena korban pemerkosaan, kematian
orang tercinta, korban kejahatan,dan lain-
lain,
Trauma mayor yaitu trauma yang terjadi
karena bencana alam, kebakaran, dan lain-
lain.
Tiga jenis gejala yang umum dari trauma
psikologis (symptom trauma) yaitu:

1 Intrusive symptoms

2 Avoidance symptoms

3 Arousal symptoms
Tujuan konseling

Menurut Ikatan Konselor Indonesia (IKI),


pelayanan konseling untuk korban yang selamat
dari bencana alam bertujuan untuk:
 Memberikan pelayanan konseling kepada para
korban selamat yang mengalami trauma, atau
gangguan psikologis akut akibat bencana alam.
 Membantu pemulihan kondisi mental psikologis
akut para korban bencana alam sehingga dapat
beraktivitas kembali secara normal
Jenis Layanan Konseling

 Pengembangan hubungan sosio-emosional,


 Play therapy,
 Self report and sharing, informasi tentang
bencana air,
 penenangan (relaksasi dan disensitisasi),
 Spritual
 Emotional Freedom technique (SEFT),
 Konseling Traumatik
1. Play therapy
Menurut the Association for Play Therapy adalah
“process where in trainer play therapists use the
therapeutic power of play to help clients prevent of
resolve psychosocial difficulties and achieve optimal
growth and development” (Nawangsih, 2014).
2. Penenangan

Ada dua teknik penenangan yang dapat diberikan


kepada korban yaitu:
 Relaksasi, yaitu merupakan teknik yang bertujuan
untuk membantu korban yang mengalami
ketegangan psikis agar menjadi lebih tenang
 Disensitisasi, yaitu merupakan suatu pedekatan
yang digunakan untuk mengubah tingkah laku
melalui perpaduan beberapa teknik yang terdiri
dari memikirkan sesuatu, menenangkan diri, dan
membayangkan sesuatu
3. Layanan pendalaman

Layanan pendalaman adalah layanan


yang diberikan kepada korban
bencana alam yang memerlukan
penanganan secara mendalam melalui
layanan konseling.
4. Konseling Traumatik

Konseling traumatik merupakan bantuan yg


bersifat terapeutis yg diarahkan untuk
mengubah sikap dan perilaku konseling,
dilaksanakan face to face antara konseling
dan konselor, melalui teknik wawancara
dengan konseli sehingga dapat terentaskan
permasalahan yang dialaminya
Proses dalam strategi konseling traumatik :
1. Tahap awal konseling. Tahap awal ini terjadi
sejak klien bertemu dengan konselor hingga
berjalan proses konseling dan menemukan
definisi masalah trauma klien.
 Membangun hubungan konseling traumatik
yang melibatkan klien yang mengalami trauma.
 Memperjelas dan mendefinisikan masalah
trauma.
 Membuat penjajakan alternatif bantuan untuk
mengatasi masalah trauma.
 Menegosiasikan kontrak
2. Tahap pertengahan konseling.
 Penjelajahan trauma yang dialami klien
 Bantuan apa yang akan diberikan berdasarkan penilaian
kembali apa-apa yang telah di jelajahi tentang trauma klien.
3. Tahap Akhir Konseling (termination)
 Menurunnya kecemasan klien, hal ini diketahui setelah
konselor menanyakan keadaan kecemasanya.
 Adanya perubahan perilaku klien kearah yang lebih positif,
sehat dan dinamik.
 Adanya tujuan hidup yang jelas di masa yang akan datang
dengan programyang jelas pula.
 Terjadinya perubahan sikap yang positif terhadap masalah
yang dialaminya, dapat mengoreksi diri dan meniadakan sikap
yang suka menyalahkan dunia luar seperti orang tua, teman
dan keadaan yang tidak menguntungkan.
Tabel 1 : Perbedaan konseling traumatik dan konseling biasa

Strategi Konseling Traumatik Konseling Biasa

Waktu Memerlukan waktu cukup satu hingga enam Memerlukan waktu satu hingga dua puluh sesi
Sesi
Aktivitas Lebih banyak melibatkan banyak orang dalam Lebih banyak aktif adalah kliennya, sehingga klien biasanya lebih aktif
membantu klien dan lebih banyak orang dalam dalam mengungkapkan permasalahannya, konselor hanya mendorong,
membantu klien dan lebih banyak aktif adalah konselor. menggali dan mengarahkan.
Fokus Lebih memperhatikan pada satu masalah yaitu trauma Pada umumnya suka menghubungkan satu masalah klien dengan masalah
yang terjadi dan dirasakan sekarang lainnya, seperti latar belakang klien, proses ketidaksadaran klien,
interpretasi klien, konflik antarpribadi klien, tekanan karir klien, masalah
komunikasi klien, transferensi dan kontertransferensi antara klien dengan
konselor, krisis identitas dan seksual klien, keterhimpitan pribadi klien,
dan konflik nilai yang terjadi pada klien

Tujuan Lebih menekankan pada pulihnya kembali klien pada Tujuan pelayanan bimbingan ialah agar konseli dapat: (1)
keadaan sebelum trauma dan mampu menyesuaikan diri merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta
dengan keadaan lingkungan yang baru. Menurut Muro kehidupannya di masa yang akan datang; (2) mengembangkan seluruh
dan Khotman (1995), tujuan konseling traumatic ialah: potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin; (3)
1. Berfikir realistis bahwa trauma adalah bagian dari menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan
kehidupan masyarakat serta lingkungan kerjanya; (4) mengatasi hambatan dan
2. Memperoleh pemahaman tentang peristiwa dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan
situasi yang menimbulkan trauma pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.
3. Memahami dan menerima perasaan yang
berhubungan dengan trauma
4. Belajar ketrampilan baru untuk mengatasi trauma
THANKS FOR
YOUR ATTENTION
HAVE A NICE DAY

Anda mungkin juga menyukai