Anda di halaman 1dari 17

PERTIMBANGAN TERAPI PADA GERIATRI

(LANJUT USIA)

oleh : RELINA SINAGA SST,SPd,M.Kes


• Menua (menjadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri
dan mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang terjadi (Boedi,
2006)
• Pemberian obat atau terapi untuk kaum
lansia, memang banyak masalahnya, karena
beberapa obat sering beinteraksi. Kondisi
patologi pada golongan usia lanjut, cenderung
membuat lansia mengkonsumsi lebih banyak
obat dibandingkan dengan pasien yang lebih
muda sehingga memiliki risiko lebih besar
untuk mengalami efek samping dan interaksi
obat yang merugikan (Anonim, 2004).
• Penyakit pada usia lanjut sering terjadi pada
banyak organ sehingga pemberian obat sering
terjadi polifarmasi. Polifarmasi berarti
pemakaian banyak obat sekaligus pada
seorang pasien, lebih dari yang dibutuhkan
secara logis-rasional dihubungkan dengan
diagnosis yang diperkirakan.
• Diantara demikian banyak obat yang ditelan pasti
terjadi interaksi obat yang sebagian dapat bersifat
serius dan sering menyebabkan hospitalisasi atau
kematian. Kejadian ini lebih sering terjadi pada
pasien yang sudah berusia lanjut yang biasanya
menderita lebih dari satu penyakit. Penyakit utama
yang menyerang lansia ialah hipertensi, gagal
jantung dan infark serta gangguan ritme jantung,
diabetes mellitus, gangguan fungsi ginjal dan hati.
• Selain itu, sering terjadi keadaan yang sering
mengganggu lansia seperti gangguan fungsi
kognitif, keseimbangan badan, penglihatan
dan pendengaran. Semua keadaan ini
menyebabkan lansia memperoleh pengobatan
yang banyak jenisnya(Darmansjah, 1994).
• KONSEP DASAR PEMAKAIAN OBAT
• Ada tiga faktor yang menjadi acuan dasar
dalam pembuatan atau peresepan obat
• · Diagnosis dan patofisiologi penyakit
• · Kondisi organ tubuh
• · Farmakologi klinik obat (Boedi, 2006)
• Adapun prinsip umum penggunaan obat pada usia lanjut :
• 1. Berikan obat hanya yang betul-betul diperlukan artinya
hanya bila ada indikasi yang tepat. Bila diperlukan efek
plasebo berikan plasebo yang sesungguhnya
• 2. Pilihlah obat yang memberikan rasio manfaat yang
paling menguntungkandan tidak berinteraksi dengan obat
yang lain atau penyakit lainnya
• 3. Mulai pengobatan dengan dosis separuh lebih sedikit
dari dosis yang biasa diberikan pada orang dewasa yang
masih muda.
• 4. Sesuaikan dosis obat berdasarkan dosis klinik
pasien, dan bila perlu dengan memonitor kadar
plasma pasien. Dosis penuNjang yang tepat
umumnya lebih rendah.
• 5. Berikan regimen dosis yang sederhana dan
sediaan obat yang mudah ditelan untuk memelihara
kepatuhan pasien
• 6. Periksa secara berkala semua obat yang dimakan
pasien, dan hentikan obat yang tidak diperlukan lagi
(Manjoer, 2004)
• FARMAKOKINETIK : kecepatan dan tingkat
absorbsi obat tidak berubah pada usia lanjut,
kecuali pada beberapa obat seperti fenotain,
barbiturat, dan prozasin (Bustami, 2001).
INTERAKSI FARMAKOKINETIK
1. Fungsi Ginjal
• Fungsi tubulus juga memburuk akibat bertambahnya usia
dan obat semacam penicilin dan litium, yang secara aktif
disekresi oleh tubulus ginjal, mengalami penurunan faali
glomerolus dan tubulus (Bustami, 2001).
• Bila terjadi penurunan fungsi ginjal, khususnya bila memberi
obat yang mempunyai batas keamanan yang sempit.
Alopurinol dan petidin, dua obat yang sering digunakan pada
lansia dapat memproduksi metabolit aktif, sehingga kedua
obat ini juga perlu diberi dalam dosis lebih kecil pada lansia.
• 2. Fungsi Hati
• Hati memiliki kapasitas yang lebih besar
daripada ginjal, sehingga penurunan fungsinya
tidak begitu berpengaruh. Ini tentu terjadi
hingga suatu batas.
• Sebagian besar mungkin tidak berpengaruh
secara klinis, tetapi untuk obat yang batas
keamanannya sempit dapat membahayakan
penderita (Boestami, 2001)
• FARMAKODINAMIK : adalah pengaruh obat
terhadap tubuh. Respon seluler pada lansia secara
keseluruhan akan menurun.
• Pada umumnya obat-obat yang cara kerjanya
merangsang proses biokimia selular, intensitas
pengaruhnya akan menurun misalnya agonis untuk
terapi asma bronkial diperlukan dosis yang lebih
besar, padahal jika dosisnya besar maka efek
sampingnya akan besar juga sehingga index terapi
obat menurun.
• INTERAKSI FARMAKODINAMIK
• Interkasi farmakodinamik pada usia lanjut dapat menyebabkan
respons reseptor obat dan target organ berubah, sehingga
sensitivitas terhadap efek obat menjadi lain. Ini menyebabkan
kadang dosis harus disesuaikan dan sering harus dikurangi.
Misalnya opiod dan benzodiazepin menimbulkan efek yang
sangat nyata terhadap susunan saraf pusat. Benzodiazepin
dalam dosis “normal” dapat menimbulkan rasa ngantuk dan
tidur berkepanjangan. Antihistamin sedatif seperti
klorfeniramin (CTM) juga perlu diberi dalam dosis lebih kecil
(tablet 4 mg memang terlalu besar) pada lansia.
• Mekanisme terhadap baroreseptor biasanya
kurang sempurna pada usia lanjut, sehingga
obat antihipertensi seperti prazosin, suatu α1
adrenergic blocker, dapat menimbulkan
hipotensi ortostatik; antihipertensi lain,
diuretik furosemide dan antidepresan trisiklik
dapat juga menyebabkannya (Darmansjah,
1994)
•DAFTAR PUSTAKA
•Anonim, 2006, Terapi pada Usia Lanjut (Geriatri),
http://pojokapoteker.blogspot. com/2008/12/terapi-pada-usia-lanjut-geriatri.html
,diakses 14 Maret 2009
•Anonim, 2004, Bagi Kaum Lansia Obat tidak Selalu Menjadi Sahabat
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0804/01/index.htm.. Diakses tanggal 14
Maret 2009
•Bustami,Z.S. 2001. Obat Untuk Kaum Lansia. Edisi kedua. Penerbit ITB. Bandung
•Darmojo-Boedi, Martono Hadi (editor). 2006. Buku Ajar Geriatri. Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran UI. Jakarta
•Darmansjah, Iwan, Prof. 1994. Jurnal Ilmiah : Polifarmasi pada Usia Lanjut. Diakses
tanggal 14 Maret 2009
•Manjoer, Arif M, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, 12, Media Aesculapius, Jakarta.
 
• SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai