Anda di halaman 1dari 15

Kelompok 6

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses


menghilangnya secara perlahan lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri & mempertahankan struktur & fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap jejas (termasuk infeksi) &
memperbaiki kerusakan yg terjadi (Boedi,
2006)

Penyakit pd usia lanjut sering terjadi pada


banyak organ sehingga pemberian obat
sering terjadi polifarmasi.
Polifarmasi berarti pemakaian banyak
obat sekaligus pada seorang pasien, lebih
dari yg dibutuhkan secara logis-rasional
dhubungkan dengan diagnosis yg
dperkirakan.

Kriteria untuk Mengidentifikasi


Polifarmasi ( Terrie, 2004)
Menggunakan terapi yang sama untuk
penyakit yang sama
Penggunaan bersamaan obat-obatan
yang berinteraksi
Penggunaan obat dengan dosis yang
tidak tepat
Penggunaan obat-obatan lain untuk
mengatasi efek samping obat.

Prinsip Umum Penggunaan Obat


pada Usia Lanjut

Berikan obat hanya yg betul-betul diperlukan artinya hanya


bila ada indikasi yg tepat. Bila diperlukan efek plasebo
berikan plasebo yg sesungguhnya
Pilihlah obat yg memberikan rasio manfaat yg paling
menguntungkan & tidak berinteraksi dengan obat yg lain
atau penyakit lainnya
Mulai pengobatan dengan dosis separuh lebih sedikit dari
dosis yg biasa diberikan pada orang dewasa yg masih
muda.
Sesuaikan dosis obat berdasarkan dosis klinik pasien, & bila
perlu dengan memonitor kadar plasma pasien. Dosis
penunjang yg tepat umumnya lebih rendah.
Berikan regimen dosis yg sederhana & sediaan obat yg
mudah ditelan untuk memelihara kepatuhan pasien
Periksa secara berkala semua obat yg dimakan pasien, &
hentikan obat yg tidak diperlukan lagi (Manjoer, 2004)

Perubahan Perubahan pada Usia Lanjut


yang Berkaitan dengan Pemakaian
Obat
Farmakokinetik
Farmakodinamik

Farmakokinetik
Perubahan dalam hal absorbsi pada usia
lanjut tampaknya tidak berubah untuk
sebagian besar obat. Keadaan yang
mungkin dapat mempengaruhi absorbsi ini
antara lain perubahan makan, tingginya
konsumsi obat obat non resep (misalnya
antasida, laksansia) dan lebih lambatnya
kecepatan pengosongan lambung.

Absorbsi
Pada usia lanjut perubahan terjadi pada saluran
cerna yang diduga mengubah absorbsi obat,
misalnya meningkatnya pH lambung,
menurunnya aliran darah ke usus akibat
penurunan curah jantung dan perubahan waktu
pengosongan lambung dan gerak saluran cerna.
Oleh karena itu, kecepatan dan tingkat absorbsi
obat tidak berubah pada usia lanjut, kecuali
pada beberapa obat seperti fenotain, barbiturat,
dan prozasin (Bustami, 2001).

Distribusi
Pada distribusi obat terdapat hubungan antara
penyebaran obat dalam cairan tubuh dan ikatannya
dengan protein plasma (biasanya dengan albumin, tetapi
pada beberapa obat dengan protein lain seperti asam
alfa 1 protein), dengan sel darah merah dan jaringan
tubuh termasuk organ target.
Pada usia lanjut terdapat penurunan yang berarti pada
massa tubuh tanpa lemak dan cairan tubuh total,
penambahan lemak tubuh dan penurunan albumin
plasma. Penurunan albumin sedikit sekali terjadi pada
lansia yang sehat dapat lebih menjadi berarti bila terjadi
pada lansia yang sakit, bergizi buruk atau sangat lemah.
Selain itu juga dapat menyebabkan meningkatnya fraksi
obat bebas dan aktif pada beberapa obat dan kadangkadang membuat efek obat lebih nyata tetapi eliminasi
lebih cepat.

Metabolik
Munculnya efek obat sangat ditentukan oleh kecapatan
penyerapan dan cara penyebarannya. Durasi (lama
berlangsungnya efek) lebih banyak dipengaruhi oleh
kecepatan ekskresi obat terutama oleh penguraian di hati
yang biasanya membuat obat menjadi lebih larut dalam
air dan menjadi metabolit yang kurang aktif atau dengan
ekskresi metabolitnya oleh ginjal.
Sejumlah obat sangat mudah diekskresi oleh hati, antara
lain melalui ambilan (uptake) oleh reseptor dihati dan
melalui metabolisme sehingga bersihannya tergantung
pada kecepatan pengiriman ke hati oleh darah. Pada usia
lanjut, penurunan aliran darah ke hati dan juga
kemungkinan pengurangan ekskresi obat yang tinggi
terjadi pada labetolol, lidokain, dan propanolol.

Eksresi Ginjal
Pada usia lanjut, fungsi ginjal berkurang, begitu
juga dengan aliran darah ke ginjal sehingga
kecepatan filtrasi glomerolus berkurang sekitar
30 % dibandingkan pada orang yang lebih muda.
Akan tetapi, kisarannya cukup lebar dan banyak
lansia yang fungsi glomerolusnya tetap normal.
Fungsi tubulus juga memburuk akibat
bertambahnya usia dan obat semacam penicilin
dan litium, yang secara aktif disekresi oleh
tubulus ginjal, mengalami penurunan faali
glomerolus dan tubulus (Bustami, 2001).

Farmakodinamik
Farmakodinamik adalah pengaruh obat terhadap tubuh.
Respon seluler pada lansia secara keseluruhan akan
menurun.
Penurunan ini sangat menonjol pada respon
homeostatik yang berlangsung secara fisiologis. Pada
umumnya obat-obat yang cara kerjanya merangsang
proses biokimia selular, intensitas pengaruhnya akan
menurun misalnya agonis untuk terapi asma bronkial
diperlukan dosis yang lebih besar, padahal jika dosisnya
besar maka efek sampingnya akan besar juga sehingga
index terapi obat menurun. Sedangkan obat-obat yang
kerjanya menghambat proses biokimia seluler,
pengaruhnya akan terlihat bila mekanisme regulasi
homeostatis melemah (Boedi, 2006).

Jenis Obat Obatan yang Sering di Resepkan


pada Lansia dan Pertimbangan Pemakaian.

Obat-obat sistem saraf pusat (Sedativahipnotika, Analgetika, Antidepresansia)


Obat-obat kardiovaskuler
(Antihipertensi , Vasodilator perifer,
Obat-obat antiaritmia, Glikosida jantung )
Antibiotika
Obat-obat antiinflamasi
Laksansia

Efek Samping Obat pada Usia Lanjut


Hal utama yang perlu diperhatikan dalam
polifarmasi adalah risiko munculnya efek samping
obat dan interaksi obat yang serius. Dalam
beberapa kasus, memang diperlukan terapi
dengan beberapa agen (Terrie, 2004).
Efek samping obat polifarmasi terutama timbul
pada pasien tua. Hal ini dapat menyerupai
sindrom geriatrik atau menyebabkan
kebingungan, jatuh, inkontinensia, retensi urin,
dan malaise. Efek samping ini menyebabkan
dokter meresepkan obat lain untuk mengatasinya
(Terrie, 2004).

Anda mungkin juga menyukai