Pendahuluan
Obat tidak hanya memiliki efek yang menguntungkan tetapi juga dapat
menimbulkan reaksi yang merugikan. Masalah yang berhubungan
dengan terapi obat meliputi semua masalah yang berpotensi yang
mempengaruhi keberhasilan farmakoterapi pada pasien yang diberi
obat. Berikut merupakan masalah yang berhubungan dengan terapi
obat.
1. Kesalahan pengobatan (medication errors).
2. Kejadian efek samping obat yang merugikan (adverse drug events
ADEs) yang untuk selanjutnya kita sebut sebagai kejadian ESO.
3. Reaksi obat yang merugikan (Adverse Drugs Reactions ADRs) atau
disebut juga sebagai efek samping obat.
WHO mendefinisikan ADRs sebagai respons terhadap suatu obat
yang berbahaya, tidak sengaja, atau tidak diinginkan, dan terjadi
pada dosis yang umumnya digunakan untuk pencegahan, diagnosis,
atau pengobatan penyakit.
Kejadian ESO
2. Reaksi tipe B
Eso tipe B Adalah tidak bisa diprediksi dari aksi obat, tidak berkaitan
dengan dosis, dan memiliki angka mortalitas yang tinggi.
Reaksi Tipe A
Reaksi ini berhubungan dengan dosis dan angka kematian yang
rendah. Reaksi berlawanan ini biasanya disebabkan oleh dosis yang
tidak tepat (terlalu banyak dan lama) atau karena farmakokinetik
yang tidak teratur (karena kegagalan eliminasi obat).
Macam- macam reaksi tipe A :
1. ESO yang bukan efek utama obat
2. ESO akibat dosis tinggi
3. Respon akibat penghentian obat
4. ESO akibat interaksi obat
ESO yang bukan efek samping obat
Efek samping yang berbeda untuk sebagian besar obat pada umumnya
telah dapat diperkirakan berdasarkan penelitian-penelitian yang
dilakukan secara sistematis sebelum obat didistribusikan kepada
pasien. Efek-efek ini umumnya dalam derajat ringan tetapi angka
kejadiannya cukup tinggi.
Contoh:
a. Obat yang menyebakan pendarahan uterus (obat hormon,
kontrasepsi oral dosis rendah, AINS, Norplant, Tamoksifen, warfarin,
IUD mengandung nonprogestin.
b. Obat yang menyebabkan konstipasi (obat penghilang nyeri nekrotik
seperti amitriptilin dan imipramin, fenitoin, karbamazepin, suplemen
zat besi, diltiazem, nifedipin, serta antasida mengandung
alumunium seperti amfojel, basaljel).
Lajutan-ESO yang bukan efek
samping obat
c. Obat yang menyebabkan mimpi buruk/ terjadi karena
pemutusan obat yang dicurigai (sertralin, propanolol,
metoprolol, pindolol, nikotin, nitrazepam, paroksetin, atenolol,
simvastatin, kaptopril, metildopa, prazosin).
d. Obat yang menyebabkan dispepsia (akarbose, metformin,
kodein, aspirin, ibuprofen, kortikosteroid, estrogen, eritromisin,
zat besi, teofilin ).
e. Obat yang menyebabkan anemia hemolotik (penisilin,
ampisilin, tetrasiklin, insulin, isoniazid, asetaminofen,
streptomisin, asam mefenamat, ibuprofen).
Lajutan-ESO yang bukan efek samping
obat
f. Obat yang menyebabkan hiperpigmentasi (erupsi akneiformis
disebabkan oleh glukokortikoid, kontrasepsi oral, serta androgenik; erupsi
bula disebabkan oleh barbiturat, iodida, bromida, sulfonamid; erupsi
eksema disebabkan oleh streptomisin, neomisin, antihistamin;
hiperpigmentasi kuku disebabkan oleh amodiakuin; eritmia multiformis
disebabkan oleh tiazid, penisilin, griseofulvin; eritmia nodusum
disebabkan oleh sulfatiazola, penisilin, salisilat; fixed eruption disebabkan
oleh barbiturat, fenilbutazon, tetrasiklin, sulfonamida).
g. Obat yang menyebabkan impotensi (antidepresan, antihipertensi,
antihistamin, antiparkinson, obat lain seperti androgen, ketokonazol,
fentanil, metadon).
h. Obat yang menyebabkan edema (hormon, steroid, obat hipertensi, AINS,
kortikosteroid, obat kanker seperti anastrozol, bikalutamid, darbopoetin,
Lajutan-ESO yang bukan efek samping
obat
i.Obat yang menyebabkan Jaundis/Jaundice (eritomisin, captopril, karbamazepin,
diazepam, griseofulvin, sefalosporin).
j.Obat yang menyebabkan neutropenia (obat antitiroid, sulfasalazin, fenotiazin,
penisilin, AINS, aminoporin, BDZ, barbiturat, sulfonilamid).
k. Obat yang menyebabkan anemia makrositik (kontrasepsi oral, biguanida,
metotrexat, antikonvulsan, antibiotik, ARV untuk HIV seperti stavudin,
lamivudin, zidovudin).
l.Obat yang menyebabkan reaksi fototoksik (isoniazid, ketoprofen, alprazolam,
levofloksasin, amitriptilin).
ESO Akibat Dosis Tinggi
Terjadinya efek farmakologis yang berlebihan (disebut juga efek toksik) dapat
disebabkan karena dosis relatif terlalu besar bagi pasien yang bersangkutan.
Keadaan ini terjadi karena adanya perbedaan respon kinetik atau dinamik
pada kelompok-kelompok tertentu misalnya pada pasien dengan gangguan
faal ginjal, gangguan faal jantung, perubahan sirkulasi darah, usia, genetik,
dsb. Dosis yang diberikan pada takaran lazim dapat menjadi relatif terlalu
besar pada pasien-pasien tersebut.
Contoh
1.Obat yang menyebabkan efek toksik pada sumsum tulang belakang (AINS,
azethioprin).
2.Obat yang menyebabkan efek nefrotoksik (AINS, antidepresan, aspirin,
asiklovir, ACE inhibitor).
3.Obat yang menyebabkan efek ototoksik (aminoglikosida, vankomisin, asam
etakrinat, furosemid).
4.Obat yang menyebabkan hepatotoksik (isoniazid, rifampisin, pirazinamid,
AINS).
Respon akibat penghentian obat
Gejala putus obat adalah munculnya kembali gejala penyakit semula
atau reaksi pembalikan terhadap efek farmakologi obat karena
penghentian pengobatan. Beberapa obat berikut adalah yang sering
memberikan gejala putus obat.
1. Antidepresan
2. Benzodiazepin
3. Klonidin.
Efek samping obat akibat interaksi obat
Interaksi obat dengan obat adalah salah satu sebab efek samping obat.
Polifarmasi yang berkaitan dengan jumlah diagnosis pada seorang pasien
juga ditemukan sebagai penyebab faktor resiko utama untuk interaksi
obat. Contohnya adalah interaksi antara statin dan digoksin atau antara
klarotromisin dan digoksin. Interaksi dengan statin bisa menimbulkan
rhabdomiolisis (suatu efek samping yang bisa membahayakan jiwa).