Anda di halaman 1dari 39

PEMANTAUAN EFEK

SAMPING OBAT (ESO)

Nur Fahma Laili, M.Farm.,Apt


Obat ?
Menurut Kep. MenKes RI No. 193/Kab/B.VII/71
“Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan
yang dimaksudkan untuk digunakan dalam
menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau
gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan
rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk
memperelok atau memperindah badan atau bagian
badan manusia”.
Aspek yang harus dipertimbangkan
dalam pemakaian obat :
1. Efektivitas
2. Keamanan
3. Mutu
4. Rasional
5. Harga

 Keamanan  berkaitan dengan


kemungkinan timbulnya efek samping obat
Efek Samping
 Tiap respon terhadap obat yang merugikan
atau tidak diharapkan, yang terjadi pada
dosis yang digunakan pada manusia untuk
tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi
 Efek fisiologis yang tidak berkaitan dengan
efek obat yang diinginkan

 Side effect
 Adverse drug reaction
Efek samping obat
 5% dari pasien RS
 10 - 20% pasien rawat inap RS
 Kematian
 0,1 % pasien nonbedah
 0,01 % pasien bedah
 pasien rawat jalan
 insidensi bervariasi tergantung jenis obat
 40% obat tertentu (NSAIDs, antibiotik
-kemoterapi)
Akibat ESO
 me kualitas hidup penderita
(timbulnya penyakit baru/ drug induce disease
/iatrogenic disease)
 me kepercayaan penderita
 me pembiayaan untuk berobat
 menghambat penggunaan obat
Adverse drug reaction /ESO
 Tipe A  Tipe B
 Tergantung dosis  Tidak tergantung
 Dapat diperkirakan dosis
 Insidensi dan  Tdk dapat
morbiditasnya tinggi diperkirakan
 Mortalitasnya  Insidensi dan
rendah morbiditasnya rendah
 Treatment  dosis  Mortalitasnya tinggi
disesuaikan  Treatment  stop !
kasus
Tipe A Tipe B
 hemoragi (Antikoagulan)  agranulositosis
 gastritis (AINS) (dipiron,
 mulut kering dan fenilbutazon)
konstipasi (atropin)  anemia aplastika
 mengantuk (CTM, (kloramfenikol)
difenhidramin)  hemolisis (primakuin)
 sesak nafas (propranolol)  Reaksi alergi
 Efek samping yang dapat di perkirakan
 Aksi farmakologi yang berlebihan
 Respon karena penghentian obat
 Efek samping yang tidak berupa efek
farmakologi utama

 Efek samping yang tidak dapat di


perkirakan
 Reaksi alergi
 Reaksi karena faktor genetik
 Reaksi idiosinkratik
 Aksi farmakologi yang berlebihan
 Hipoglikemia karena obat antidiabetika
 Perdarahan karena warfarin
 Bradikardi karena pemberian digoksin

 Respon karena penghentian obat


 Takikardi, rasa bingung, delirium, konvulsi yang mungkin terjadi pada
penghentian obat SSP seperti barbiturat dan benzodiazepin
 Gejala putus obat karena narkotika

 Efek samping yang tidak berupa efek farmakologi utama


 Kenaikan enzim transferase hepar krn rifampisin
 Efek teratogenik
 Iritasi lambung oleh NSAIDs
 Reaksi alergi /reaksi hipersensitifitas
 Ruam kulit, angiodema, gangguan pernafasan

 Reaksi karena faktor genetik


 Pasien yang kekurangan pseudokolin esterase herediter tidak
dapat memetabolisme suksinilkolin (suatu relaksan), shg bila
di beri obat ini di beri obat ini akan menderita paralisis yang
berkepanjangan
 Pasien asetilator lambat  Neuropati perifer meningkat.
 Reaksi idiosinkratik
 Kejadian ESO yang tidak lazim, tidak di harapkan atau aneh,
yang tidak dapat dijelaskan mengapa bisa terjadi.
 Obat-obat imunosupresi dapat memacu terjadinya tumor limfoid
 Preparat Fe intamuskuler dapat menyebabkan sarkoma pada
tempat penyuntikan
Faktor2 yg mendorong terjadinya ESO
 obat
 Intrinsik obat (sifat dan potensial obat), dosis,
frekuensi dan cara penggunaan, interaksi
 faktor bukan obat
 Intrinsik dari pasien
 kondisi fisiologis ,patologis, alergi, genetik,
sikap dan kebiasaan hidup
 Ekstrinsik di luar pasien
 Pemberi obat dan lingkungan
kondisi fisiologis

 tua sekali (jompo)


 muda sekali
(neonatus)
 hamil
 menyusui
 malnutrisi
Muda sekali
Kemampuan biotransformasi ?

Kemampuan ekskresi
Tua sekali
wanita hamil

06/07/2005 Ngatidjan, PENGANTAR FARTER 16


A
Obat I
albumin

pada penderita malnutrisi, albuminnya rendah


 ikatan proteinnya rendah sehingga obat
bebas lebih banyak
kondisi penyakit (patologis)
 gagal ginjal   eliminasi terganggu
 aminogliycosida (streptomisin, kanamisin dsb.
menyebabkan ototoksik)
 digoxin intoxication
 asetosal   pemanjangan waktu perdarahan,
dsb
 gastritis
 kortikosteroida (resiko bleeding naik)
 NSAIDs (resiko ulkus dan bleeding naik)
 teofilin (resiko nyeri epigastrik naik)
kondisi penyakit (patologis)

 asma bronkial
 asetosal (resiko sesak nafas naik)
 propranolol (resiko sesak nafas naik)
 morfin (resiko sesak nafas naik)
genetik
 Adanya variasi genetik (polimorfisme)
 variasi enzim metabolisme
 asetilator lambat
 INH (risiko neuropati perifer naik)
Reaksi hipersensitifitas

 ESO yang terjadi melalui melalui


mekanisme imunologik
 Faktor mempengaruhi timbulnya alergi
obat :
 Faktor obat
 Faktor penderita
 Faktor penyakit
 Faktor lingkungan
Gambaran klinis alergi obat

 Manifestasi sistemik
 Manifestasi dermatologik
Manifestasi sistemik

 Anafilaksi  Kelainan hematologi


 Serum sickness  Kelainan paru
 Demam obat  Kelainan hepar
 Sindrom lupus  Kelainan renal
eritematosus sistemik  Kelainan neurologik
(LES)
Manifestasi dermatologik
 Erupsi makular /makulopapular
 Urtikaria
 Dermatitis kontak alergi
 Fotoalergi
 Erupsi fikstum
URTIKARIA
SINONIM
 Biduran
DEFINISI
Urtikaria : reaksi kulit ditandai dg :
 Rasa gatal disertai dg

 Udem berbatas tegas di epidermis (urtika),

 Kemerahan,

 Timbul cepat (dlm beberapa menit),

 Menghilang scr perlahan-lahan dlm beberapa


menit sp 24 jam
Dermatologik
Angioedema
Steven Johnson syndrome
Kriteria yang membantu diagnosa
1. Reaksi hanya terjadi pada sebagian kecil
populasi
2. Ada paparan obat sebelumnya tanpa ESO
3. Ada periode laten, pemberian obat tanpa
reaksi
4. Manifestasinya tidak menyerupai efek
farmakologi obat
5. Gejala hilang bila obat dihentikan
6. Gejala muncul lagi bila pemberian obat
diulang
Obat-obat yang menimbulkan alergi

Penicillin Meprobamate
Sulfonamides Insulin
Thiazide Vaccines
Local Anesthetics
Salicylates
ibuprofen
PENATALAKSANAAN

 Menghentikan semua obat yang


dicurigai
 Pengobatan simtomatik  sesuai
manifestasi klinik yang timbul
Pencegahan
 Hindari obat-obat yang paling sering
menyebabkan reaksi alergi
 Info mengenai riwayat obat yang pernah alergi,
termasuk kemungkinan ada reaksi silang
 penisilin dg sefalosporin,

 beberapa aminoglikosida { streptomisin,

kanamisin, neomisin, dan gentamisin},


 obat turunan PABA {sulfonamid, sulfonilurea,

tiazid, asetasolamid, prokain,prokainamid, dan


asam aminosalisilat}
 Skin test
Skin test
- injeksi intracutan

- Tanda tripel effect  alergi


Tindak lanjut sesudah menghadapi kasus ESO

 Dibuat laporan dokumentasi lengkap mengenai ES yg


bersangkutan  Panitia MESO (Monitoring ESO)
 Jika bekerja di RS, dibahas di Panitia Farmasi dan Terapi
RS
 Langkah2 koreksi dalam upaya mengurangi resiko ESO :
 Membatasi indikasi pemakaian obat yg bersangkutan

 Memperluas KI

 Mempertegas cara pemberian obat

 Mengeluarkan obat dari formularium RS atau tidak

memakai obat yang bersangkutan jika ada alternatif yg


lbh aman
MENGAPA PERLU MESO
  Informasi obat  secara lengkap mengenai obat
sebelum beredar di pasaran sulit didapat, uji
klinik yang memenuhi syarat tetap
menghasilkan informasi yang terbatas

 reaksi yang tidak diinginkan selama pemakaian


sangat perlu dipantau secara sistemik
Monitoring ESO
 Tujuan :
 Menemukan efek samping obat  (ESO) sedini
mungkin terutama yang berat, tidak kenal, frekuensi
jarang.
 Menentukan frekuensi dan insiden efek samping obat
yang sudah sekali atau yang baru saja ditemukan.
 Mengenal semua faktor yang mungkin dapat
menimbulkan/mempengaruhi timbulnya efek samping
obat atau mempengaruhi angka kejadian dan
hebatnya efek samping obat.
Faktor yang perlu diperhatikan
 Kerja sama dengan Panitia Farmasi dan
Terapi serta ruang perawatan.
 Ketersediaan formulir Monitoring Efek
Samping Obat (MESO)

Anda mungkin juga menyukai