Anda di halaman 1dari 12

Pembelajaran

perilaku

NILAN FIA MONICA

A1C319068
PENGERTIAN PEMBEJALARAN

 Menurut UU RI
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tantang Sistem Pendidikan Nasional,
bahwa pembelajaran adalah proses interaksi pendidik dengan peserta didik dan sumber belajar yang
berlangsung dalam suatu lingkungan belajar. Secara Nasional, pembelajaran dipandang sebagai suatu
proses interaksi yang melibatkan komponen-komponen utama, yaitu peserta didik, pendidik, dan sumber
belajar yang berlangsung dalam suatu lingkungan belajar, maka yang dikatakan dengan proses
pembelajaran adalah suatu system yang melibatkan satu kesatuan komponen yang saling berkaitan dan
saling berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan.
 Menurut para ahli

a. Menurut Trianto

Pembelajaran adalah aspek kegiatan yang kompleks dan tidak dapat dijelaskan sepenuhnya. Secara sederhana,
pembelajaran dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup.

b. Menurut sagala

Pembelajaran merupakan membelajarkan peserta didik menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar, merupakan
penentu utama keberhasilan pendidikan.

c. Menurut sadjana

Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik
melakukan kegiatan belajar.
Sejarah teori pembelajaran

A. Latar belakang teori pembelajaran


Latar belakang munculnya teori belajar karena para ahli dibidang pendidikan banyak melakukan
penelitian tentang belajar dan pembelajaran atau hambatan dalam menjelaskan proses pembelajaran.
Belajar merupakan sutau proses perubahan pola pikir baru setiap individu sehingga mereka mendapatkan
pengalaman atau memory yang dapat diingat agar tidka mengulang kesalahan yang sama. Proses belajara
dimulai sejak dini sampai manusia telah tiada. Dalam hal ini maka muncul teori-teori belajar.
 Teori Belajar Perilaku (Behavioristik)

Menurut teori ini, belajar dipandang sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan paradigma
Stimulus – Respon (S-R), yaitu suatu proses yang memberikan respon tertentu terhadap stimulus yang
datang dari luar. Proses S-R terdiri dari empat unsur.
 Pertama, dorongan (drive) yaitu siswa merasakan adanya kebutuhan terhadap sesuatu yang kemudian
terdorong untuk berupaya memenuhi kebutuhan tersebut. 
 Kedua, rangsangan (stimulus) yaitu sesuatu yang diberikan atau diperhadapkan kepada siswa.
 Ketiga, respon yaitu suatu reaksi yang muncul pada diri siswa sebagai akibat adanya (diberikannya)
stimulus. 

 Keempat, penguatan (reinforcement) yaitu tindakan yang perlu diberikan kepada siswa agar ia
merasakan adanya kebutuhan untuk memberikan respon lagi.
 Teori koneksionisme (Connectionism Theory) dari Thorndike
     
      Thorndike mengemukakan teorinya yang disebut sebagai Connectionism. Menurut teori ini,
belajar pada hewan dan manusia pada dasarnya berlangsung menurut prinsip yang sama. Dasar
terjadinya belajar adalah pembentukan asosiasi antara stimulus dan respon.Terjadinya
asosiasi tersebut menurut Thorndike berdasarkan hukum-hukum sebagai berikut:

a. Hukum Kesiapan(Law of readiness)
Hukum ini menjelaskan kesiapan individu untuk melakukan sesuatu. Ciri-ciri berlakunya hukum kesiapan
adalah sebagai berikut:
• Misalkan seseorang memiliki kecenderungan bertindak. Orang tersebut bertindak, maka akan
menimbulkan kepuasan dan tindakan lain yang tidak dilakukan.
• Misalkan seseorang memiliki kecenderungan bertindak. Orang tersebut tidak bertindak, maka akan
muncul rasa tidak puas dan ia akan melakukan tindakan-tindakan lain untuk menghapus rasa tidak
puasnya.
• Misalkan seseorang tidak mempunyai kecenderungan bertindak. Tetapi orang tersebut bertindak,
maka akan muncul rasa tidak puas dan ia akan melakukan tindakan-tindakan lain untuk menghapus
rasa tidak puasnya.
b. Hukum Latihan (Law of exercises)

      Hukum ini menunjukkan bahwa prinsip utama belajar adalah pengulangan. Bila S (stimulus) diberikan akan
terjadi R (respon). Lebih sering asosiasi S dan R digunakan akan membuat hubungan yang terjadi semakin kuat.
Sebaliknya makin jarang asosiasi S dan R digunakan, akan membuat hubungan tersebut semakin lemah.
Thorndike juga mengemukakan bahwa latihan yang berupa pengulangan tanpa ganjaran tidak efektif.
Asosiasi antara S dan R hanya akan menjadi kuat jika diberikan ganjaran.

c. Hukum Pengaruh (Law of effect)

      Menurut hukum ini, dalam suatu lingkungan, jika suatu tindakan (perilaku) menghasilkan
perubahan yang memuaskan, maka terdapat kemungkinan tindakan tersebut akan diulangi lagi dalam
situasi serupa dan akan semakin meningkat intensitasnya. Tetapi jika tindakan (perilaku) tersebut
menghasilkan perubahan yang tidak memuaskan, maka
tindakan tersebut kemungkinan tidak akan diulangi lagi.
 Teori Pengkondisian Operan (Operant Conditioning Theory)

Burhus Frederic Skinner (1904-1990) memulai karyanya dengan menerima asumsi-


asumsi metode almiah sebagai pedoman berpikir mengenai perilaku manusia.
McLeish (1986) mendeskripsikan prinsip-prinsip fundamental pandangan ini sebagai berikut:

a.       Perilaku harus dipandang berketeraturan dan ditentukan oleh hukum kausalitas. Objek
pengkajian ilmiah ialah memahami sebab dan akibat sehingga perilaku dapat diramalkan dan diubah
jika perubahan itu diperlukan.

b. Perilaku tidak mempunyai hakikat khusus atau tersendiri yang menuntut penggunaan metode unik
atau pengetahuan khusus berbeda dari prosedur-prosedur ilmiah yang telah diterima untuk
memahaminya.
c. Variabel-variabel yang dipilih untuk pengkajian haruslah dapat diamati. Variabel-variabel itu
haruslah berkedudukan seperti metode dan teknik-teknik yang dipakai dalam sains (eksperimen dan
observasi). Variabel-variabel berada di lingkungan terdekat atau dalam lingkungan historis organisme.
d. Keadaan internal harus dipandang di bawah kontrol kekuatan-kekuatan yang mengontrol perilaku
yang tampak. Keadaan internal tidak menerangkan perilaku dan harus dinyatakan tidak relevan sampai
keadaan internal tersebut berada di bawah kontrol metode ilmiah.
PRINSIP PEMBELAJARAN PERILAKU

A. Pengertian teori perilaku

Teori belajar perilaku adalah upaya membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan
lingkungan, agar terjadi hubungan antara lingkungan dengan tingkah laku pembelajar. Oleh karena
itu teori belajar perilaku disebut juga teori belajar behavioristik. Dalam kenyataannya tingkah laku
berhubungan erat dengan kebiasaan, meskipun keduanya memiliki perbedaan.
A. Prinsip-prinsip Teori Belajar Perilaku

1. Konsekuensi-konsekuensi

Prinsip yang paling penting dari teori-teori belajar perilaku ialah, bahwa perilaku berubah menurut konsekuensi-konsekuensi langsung. Konsekuensi-
konsekuensi yang menyenangkan pada umumnya disebut reinforser, sedangkan konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan disebut hukuman
(punishers).

a. Reinforser-reinforser

Reinforser-reinforser dapat dibagi menjadi dua golongan: primer dan sekunder. Reinforser primer memuaskan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia, misalnya
makanan, air, keamanan, kemesraan, dan seks.Reinforser sekunder merupakan reinforser yang memperoleh nilainya setelah diasosiasikan dengan reinforser
primer atau reinforser lainnya yang sudah mantap.

b. Hukuman (punisher)

Konsekuensi-konsekuensi yang tidak memperkuat perilaku disebut hukuman.Para teoriwan perilaku berbeda pendapat mengenai hukuman ini.Ada yang
berpendapat, bahwa hukuman itu hanya temporer, bahwa hukuman menimbulkan sifat menentang atau agresi.
2. Kesegeraan (immediacy) konsekuensi-konsekuensi

Salah satu prinsip dalam teori belajar perilaku ialah, bahwa konsekuensi-konsekuensi yang segera mengikuti perilaku akan lebih
mempengaruhi perilaku dari pada konsekuensi-konsekuensi yang lambat datangnya.

3. Pembentukan (shaping)

Selain kesegeraan dari reinforsemen, apa yang akan diberi reinforsemen juga perlu diperhatikan dalam mengajar. Bila guru membimbing siswa
menuju pencapaian tujuan dengan memberikan reinforsemen pada langkah-langkah yang menuju pada keberhasilan, maka guru itu menggunakan
teknik yang disebut pembentukan.
IMPLEMENTASI DARI TEORI-TEORI YANG TERKANDUNG DI DALAM TEORI BELAJAR
PERILAKU
1. Teori Pengkondisian Klasikal (Classical Conditioning Theory) dari Pavlov

Dalam lingkup pemerolehan bahasa pertama, classical conditioning ini dapat menjelaskan bagaimana kita belajar makna kata. Seperti diketahui dalam
lingkungan banyak rangsangan yang dapat menimbulkan emosi positif atau negatif. Jika rangsangan-rangsangan bahasa, misalnya kata, frasa, atau kalimat,
sering terjadi bersamaan dengan rangsangan-rangsangan lingkungan, maka ada akhirnya rangsangan bahasa tersebut dapat menimbulkan respon emosional
walaupun tidak ada rangsangan lingkungan.

2. Teori Koneksionisme (Connectionism Theory) dari Thorndike

Menurut Thorndike, perubahan tingkah laku dapat berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati), atau yang nonkonkret (tidak bisa diamati). Di dalam
belajar praktik misalnya, perubahan tingkah laku seseorang dapat dilihat secara konkret atau dapat diamati. Pengamatan ini dapat diwujudkan dalam bentuk
gerakan yang dilakukan terhadap suatu objek yang dikerjaakannya. Seorang guru memberikan perintah kepada siswa untuk melakukan kegiatan praktik
merupakan ”stimulus” dan siswa dengan menggunakan pemikirannya, melakukan kegiatan praktik merupakan ”respon” yang hasilnya langsung dapat diamati.

3. Teori Pengkondisian Operan (Operant Conditioning Theory) dari B.F. Skinner

Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar
maka responnya menurun.Guru dapat menyusun program pembelajaran berdasarkan pandangan Skinner.

Anda mungkin juga menyukai