Anda di halaman 1dari 15

PERENCANAAN

PARTISIPATIF
WEEK 5 :
PEMBANGUNAN BERTUMPU PADA MASYARAKAT DAN TINGKAT PARTISIPASI
HAK MASYARAKAT

• memberikan saran pertimbangan, pendapat, tanggapan, keberatan,


masukan terhadap informasi tentang arah pengembangan, potensi
dan masalah bukan mengambil keputusan
• mengetahui/memperoleh informasi tentang tata ruang yang telah
ditetapkan, bukan ikut dalam proses pengambilan keputusan
• menikmati hasil pembangunan ruang tanpa mengikuti proses
pengambilan keputusannya,
• memperoleh pergantian yang layak (apabila dirugikan) tetapi tidak
ikut memutuskan perencanaannya.
HAK MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN

• Dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan kebijakan


dan strategi yang sifatnya luas, masyarakat tidak memiliki
hak/kesempatan untuk berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan secara langsung.
• Hak tersebut diwakilkan/didelegasikan melalui DPR(D)
PEMBANGUNAN YANG BERTUMPU PADA
MASYARAKAT
• Pembangunan yang bertumpu pada masyarakat (PBM)
menekankan partisipasi masyarakat secara aktif dalam
proses pembangunan.
• Masyarakat didudukkan sebagai pelaku utama dan penentu
sehingga semua keputusan dan tindakan pembangunan
didasarkan atas aspirasi masyarakat, kepentingan
masyarakat, kemampuan masyarakat, dan upaya
masyarakat.
TUJUAN PBM

• Meningkatkan kesadaran tiap pelaku pembangunan


akan maksud dan tujuan suatu kegiatan yang mereka
lakukan
• Meningkatkan proses saling belajar
• Tumbuhnya kesadaran dan tekad bersama untuk
melakukan apa yang telah disepakati bersama.
• Tumbuhnya rasa solidaritas, rasa memiliki, dan
kebersamaan yang kondusif untuk kelanjutan
pembangunan.
BENTUK MASYARAKAT YANG KEMUDIAN
DIHARAPKAN

• mandiri;
• mampu mengenali masalah dan potensi yang dimiliki;
• mampu mengelola dan mengembangkan sumberdaya yang
dikuasai untuk memecahkan persoalan yang dihadapi;
• serta masyarakat yang mampu berpikir jangka panjang,
produktif dan mampu merencanakan masa depan.
AZAS
• Solidaritas, yaitu sikap dan semangat untuk membantu dan
menyokong antara pelaku pembangunan
• Partisipasi, yaitu perwujudan dari kesepakatan dan komitmen
terhadap program dimana setiap pelaku secara aktif melibatkan diri
• Kemitraan, merupakan sinergi dan pelaksanaan program dimana
pelaku dengan tugas dan perannya masing-masing bekerjasama
dengan mendudukkan diri dalam semangat kesejajaran dan saling
membantu
• Memampukan, yaitu kegiatan pembangunan harus dapat
rnengarahkan pelaku pembangunan sehingga dapat secara mandiri
mengembangkan diri.
• Pemerataan, ditujukan pada distribusi yang proporsional dalam
kesempatan memanfaatkan peluang pembangunan bagi semua
warga masyarakat.
PENDEKATAN YANG DIPERLUKAN DALAM
PBM
• Memberdayakan masyarakat secara terarah, dimana
pembangunan hendaknya ditujukan langsung kepada masyarakat
yang memeerlukan untuk mengatasi masalah mereka dan
disesuaikan dengan kebutuhan mereka, langsung mengikutsertakan
masyarakat, dan dilaksanakan oleh masyarakat sasaran.
• Pendekatan kelompok, dimana kekuatan masyarakat
diorganisasikan dalam kelompok yang mempunyai akan kekuatan
lebih dalam negosiasi dengan pelaku pembangunan lainnya.
• Pentingnya pendampingan, yang memiliki fungsi sebagai fasilitator,
komunikator, dinamisator serta membantu mencari pemecahan
masalah yang tidak dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat.
PERAN ANTAR PELAKU

• Dalam berbagai pendekatan ini terlihat adanya peran


dari pelaku pembangunan lain yang sifatnya secara
tidak langsung membantu kelangsungan jalannya
proses pemberdayaan, antara lain pemerintah
(sebagai yang memampukan) dan pendamping
masyarakat yang sifatnya konsultatif seperti LSM,
LPM, atau Kelompok Profesional (untuk hal teknis).
FUNGSI KONSULTATIF

• Menyampaikan informasi
• Membujuk dan menghukum secara konsisten untuk mempengaruhi kepercayaan,
nilai, dan cara tindak
• Mengadakan dialog, yang bertujuan untuk menciptakan keterpaduan komunitas
• Membangun dan menunjukkan adanya peluang perkembangan dan perbaikan kondisi
fisik, sosial, dan ekonomi
• Meningkatkan efektivitas organisasi masyarakat melalui metoda partisipatif
• Memperbaiki akses komunitas organisasi masyarakat ke berbagai sumberdaya dan
sumberdana penting, serta menempatkan kelompok dalam komunitas forma
• Menyiapkan dan mengadakan penyuluhan pelatihan keterampilan teknis kepada
masyarakat
• Mendukung upaya penggabungan/koordinasi program atau proyek dengan
menyediakan informasi yang dibutuhkan.
TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT
(ARNSTEIN 1969)
TINGKAT PARTISIPASI
Tingkatan
Tingkatan
Hakekat kesertaan Pembagian
Partisipasi
Kekuasaan
1 Manipulasi Permainan oleh Pemerintah
Sekedar agar masyarakat tidak Tidak ada
2 Terapi
marah/ mengobati partisipasi
3 Pemberitahuan Sekedar pemberitahuan searah
Masyarakat didengar, tetapi tidak Tokenism/
4 Konsultasi
selalu dipakai sarannya sekedar justifikasi,
Saran masyarakat diterima tetapi agar masyarakat
5 Penentraman
tidak selalu dilaksanakan mengiyakan
6 Kemitraan Timbal balik dinegosiasikan
Pendelegasian Masyarakat diberikan kekuasaan Tingkatan
7
Kekuasaan ( sebaian atau seluruh program ) kekuasaan berada
Kontrol Sepenuhnya dikuasai masyarakat di masyarakat
8
Masyarakat
POLA PARTISIPASI DALAM TINGKAT STRATEGI
PEMBANGUNAN DAERAH
Tingkat Strategi
Proyek Lokal/ Kebijakan/
Pembangunan Kota Regional Nasional
Komunitas Penelitian
Daerah
Kebijakan
Perbaikan Kebijakan/
Penyusunan Rencana Jalan Nasional/
Contoh Pemukiman/ Penelitian untuk
Strategi Kota Regional Rencana tingkat
Kampung agenda nasional
Nasional
Kontrol Konsultatif/
Tingkat Tanpa Tanpa
penuh/Kontrol Kontrol Tidak Langsung
Partisipasi Partisipasi Partisipasi
Bersama Bersama
Tingkat Pendelegasian Pendelegasian Pendelegasian Pendelegasian
Langsung
Keterwakilan (diwakilkan) (diwakilkan) (diwakilkan) (diwakilkan)
Masyarakat sbg
Peran terlibat Perwakilan dari Masyarakat Masyarakat
sumber data/
Masyarakat sepenuhnya masyarakat, tidak terlibat, tidak terlibat,
informasi,
sebagai tenaga
Peran Pihak berperan berperan
ahli atau berperan besar berperan besar
Luar dominan dominan
sumberdaya
SAMPAI DI SINI DULU
PERSIAPKAN UNTUK UJIAN TENGAH SEMESTER

Anda mungkin juga menyukai