Anda di halaman 1dari 26

KONSEP DAN PERAN

SOCIAL WORKER

Oleh:
Syaifurrahman Hidayat, S.Kep.,Ns.,M.Kep
PENGERTIAN
Social Worker  sebagai metode kelembagaan
social untuk membantu orang dalam  mencegah dan
memecahkan masalah-masalah social 
memulihkan dan meningkatkan keberfungsian social
Pekerjaan Sosial  meningkatkan
keberfungsian social individu, secara sendiri-sendiri
atau dalam kelompok, dengan kegiatan-kegiatan
yang dipusatkan pada hubungan-hubungan sosial 
interaksi antara orang dan lingkungannya
TUJUAN SOCIAL WORKER
Profesi yang mempunyai
tanggung-jawab untuk
memperbaiki dan
mengembangkan interaksi
antar orang, sehingga
orang tersebut memiliki
kemampuan untuk
melaksanakan tugas-tugas
kehidupannya, mengatasi
kesulitan-kesulitan yang
dialami
FUNGSI-FUNGSI SOCIAL
WORKER
 Membantu meningkatkan dan menggunakan
kemampuannya secara efektif untuk melaksanakan
tugas-tugas kehidupan dan memecahkan masalah-
masalah social yang di alami.
 Memberikan fasilitas interaksi
 Mempengaruhi kebijakan social.
 Memeratakan atau menyalurkan sumber-sumber
material.
 Memberikan pelayanan sebagai pelaksana control
social.
PEKERJAAN SOSIAL BAGI
LANJUT USIA
 Pekerjaan sosial merupakan profesi
yang memberikan pertolongan kepada
orang-orang yang mengalami kesulitan
dalam melaksanakan tugas-tugas
kehidupannya.
 Pekerjaan sosial sebagai profesi yang
memberikan pertolongan kepada klien
baik individu (lanjut usia), kelompok
maupun masyarakat didasarkan pada
ilmu pengetahuan dan keterampilan 
PEKERJAAN SOSIAL BAGI
LANJUT USIA (Lanjutan)
Pekerjaan sosial merupakan
aktivitas professional yang
bertujuan dalam membantu
individu, kelompok atau
masyarakat untuk memperkuat
kemampuannya sendiri dalam
keberfungsian sosial serta
menciptakan kondisi-kondisi
kemasyarakatan yang
menunjang tujuan tersebut.
FUNGSIAN SOSIAL PADA
LANSIA
 Kemampuan menghadapi atau
memecahkan masalah yang dihadapinya
sesuai dengan situasi dan kondisi, serta
lingkungannya.
 Kemampuan berinteraksi dengan orang
lain dalam lingkungan sosialnya, baik
dalam pendidikannya, pekerjaan,
keluarga, kelompok, masyarakat dasn
sebagainya secara konstuktir.
FUNGSIAN SOSIAL PADA
LANSIA (Lanjutan)
 Pelaksanaan tugas-tugas serta peran-peran dalam
kehidupannya sesuai dengan usianya, status,
serta tanggung jawab yang disandangnya.
 Berperilaku secara memadai dalam rangka
memenuhi kebutuhannya.
 Keberfungsian sosial menunjukkan suatu kondisi
pertukaran yang seimbang, dalam kebaikan, serta
adaptasi timbal balik, antara manusia sebagai
individu dengan lingkungannya.
KOMPETENSI AWAL PEKERJA
SOSIAL
1.   Mengidentifikasi dan melakukan assessment terhadap situasi
dimana hubungan antara orang dengan institusi sosial perlu
dirintis, diperkuat, diperbaiki, atau perlu diakhiri.
2.  Mengembangkan serta mengimpelementasikan suatu rencana
yang bertujuan untuk kesejahteraan individu yang berlandaskan
pada assessment masalah, eksplorasi tujuan serta pengembangan
alternative pemecahan.
3.   Mengembangkan atau memperbaiki kemampauan orang dalam
menghadapi, memecahkan masalah, serta kemampuan
pengembangan diri klien.
4.  Menghubungkan orang dengan sistem yang dapat memberikan
sumber pelayanan, maupun kesempatan.
5.   Memberikan intervensi secara efektif dengan mengutamakan
populasi sasaran yang paling rentan, atau terkena diskriminasi.
KOMPETENSI AWAL PEKERJA
SOSIAL (Lanjutan)
6.   Mengembangkan efektivitas pelayanan serta meningkatkan
kemanusiaan kinerja sistem yang memberikan pelayanan,
sumber, maupun kesempatan.
7.   Secara aktif berperan serta dengan pihak lain untuk menciptakan,
memodifikasi, serta meningkatkan sistem pelayanan yang ada
agar lebih responsive terhadap kebutuhan klien.
8.   Melakukan evaluasi sample seberapa jauh tujuan yang telah
direncanakan dapat tercapai.
9.   Secara terus menerus melakukan evalualsi atas pengembangan
profesionalisme melalui assessment atas perilaku maupun
keterampulan prakteknya.
10.    Memberikan kontribuasi pada peningkatan mutu pelayanan
dnegan cara mengembangkan landasan pengetahuan
profesionalnya serta menjunjung tinggi standar atau etika profesi
PRINSIP-PRINSIP PELAYANAN SOSIAL
LANJUT USIA
a.    Tidak memberikan stigma (destigmatisasi)  masalah-masalah
yang menyertainya seperti kesepian, kurang pendengaran dan
penglihatan, lemah secara fisik,  proses alamiah yang suatu saat
pasti terjadi kepada semua orang.
 b.    Tidak mengucilkan (deisolasi)  lanjut usia tidak ingin
dikucilkan dari pergaulan sosialnya, melainkan ia juga ingin
mencintai dan dicintai, menerima dan diterima, menemani dan
ditemani, manghargai dan dihargai.
 c.    Menghindari sikap sensitif (desensitiasi)  memiliki perasaan
sensitif (marah, tersinggung, kecewa, tidak berharga) atas
kesulitan-kesulitan yang menyertai kelanjutusiaannya. Untuk itu
ia perlu ditolong untuk menghadapi kesulitan-kesulitannya.
 d.    Pemenuhan kebutuhan secara tepat   Program-program yang
dirancang untuk menolong lanjut usia dalam mengatasi masalah-
masalah atau meningkatkan peranan sosialnya harus dapat secara
nyata memenuhi kebutuhannya secara tepat
PRINSIP-PRINSIP PELAYANAN SOSIAL
LANJUT USIA (Lanjutan)
e.  Pelayanan secara komprehensif  Program-program yang
dirancang untuk menolong lanjut usia dalam mengatasi
masalah-masalahnya atau meningkatkan peranan sosial
mereka harus beraneka ragam
 f. Tidak membesar-besarkan masalah  (dedramatisasi)
Kelanjutusiaan menimbulkan beberapa kesulitan seperti
kesepian, kurang pendengaran dan penglihatan, lemah
secara fisik, dan lain-lain.
g.  Menghindari sikap belas kasihan  (desimpatisasi)
Memperlihatkan simpati yang bernada belas kasihan dapat
mendorong timbulnya perasaan tidak berdaya bagi diri
lanjut usia. Kepadanya hendaknya diberi dorongan
semangat yang membuatnya tegar dan dapat mengatasi
secara mandiri.
PRINSIP-PRINSIP PELAYANAN SOSIAL
LANJUT USIA (Lanjutan)
h.  Pelayanan yang cepat dan tepat  Cepat berarti tidak
berbelit-belit dan dalam waktu relatif singkat dan tepat
berarti sesuai kebutuhan, masalah dan kemampuan
penerima pelayanan.
 i.  Pelayanan yang bermutu  pelayanan yang menjamin
kepuasan penerima pelayanan.  
j.   Pelayanan yang efektif dan efisien.  memberi jaminan
mutu implementasi program-program yang dirancang
bagi lanjut usia harus memperhatikan prinsip tepat guna
dan tepat sasaran.
 k. Pelayanan yang akuntabel.  harus dapat
dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.
PELAYANAN ADVOKASI SOSIAL
Advokasi sosial merupakan
tindakan yang secara
langsung mewakili,
mempertahankan,
mencampuri, mendukung,
atau merekomendasikan
tindakan tertentu untuk
kepentingan satu atau lebih
individu, kelompok, atau
masyarakat dengan tujuan
untuk menjamin atau
menopang keadilan sosial
TUJUAN ADVOKASI SOSIAL LANJUT
USIA
1. Membantu lanjut usia
menegakkan hak-hak mereka
dalam menerima pelayanan-
pelayanan kesejahteraan
sosial.
2. Memberikan dukungan aktif
terhadap perubahan-
perubahan kebijakan dan
program-program yang
memiliki efek negatif pada
lanjut usia.
BENTUK ADVOKASI SOSIAL LANJUT
USIA
 Bantuan Hukum
 Perawat/Pengasuh Lansia
 Mediasi
 Klaim Asuransi
PENGERTIAN DUKUNGAN SOSIAL
 Dukungan sosial  bantuan atau dukungan yang
diterima individu dari orang-orang tertentu dalam
kehidupannya dan berada dalam lingkungan sosial
 Dukungan sosial yang natural diterima seseorang
melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara
spontan dengan orang-orang yang berada di
sekitarnya,  mis. anggota keluarga (anak,istri, suami
dan kerabat), teman dekat atau relasi.
 Dukungan sosial artifisial adalah dukungan sosial yang
dirancang ke dalam kebutuhan primer seseorang, 
misalnya dukungan sosial akibat bencana alam melalui
berbagai sumbangan sosial
DUKUNGAN SOSIAL NATURAL
a. Keberadaan sumber dukungan sosial natural bersifat
apa adanya tanpa dibuat-buat sehingga lebih mudah
diperoleh dan bersifat spontan
b. Sumber dukungan sosial yang natural memiliki
kesesuaian dengan norma yang berlaku tentang kapan
sesuatu harus diberikan
c. Sumber dukungan sosial yang natural berakar dari
hubungan yang telah berakar lama
d. Sumber dukungan sosial yang natural memiliki
keragaman dalam penyampaian dukungan sosial, mulai
dari pemberian barang-barang nyata hingga sekedar
menemui seseorang dengan menyampaikan salam
e. Sumber dukungan sosial yang natural terbebas dari
beban dan label psikologis
KOMPONEN-KOMPONEN
DUKUNGAN SOSIAL
1.  Kerekatan Emosional (Emotional Attachment) 
memungkinkan seseorang memperoleh kerekatan (kedekatan)
emosional sehingga menimbulkan rasa aman bagi yang
menerima.
2.  Integrasi sosial (Social  memungkinkan lansia untuk
memperoleh perasaan memiliki suatu kelompok yang
memungkinkannya untuk membagi minat, perhatian serta
melakukan kegiatan yang sifatnya rekreatif secara bersama-
sama.
3.  Adanya Pengakuan (Reanssurance of Worth)  lansia mendapat
pengakuan atas kemampuan dan keahliannya serta mendapat
penghargaan dari orang lain atau lembaga. Sumber dukungan
sosial semacam ini dapat berasal dari keluarga atau lembaga
dll.
KOMPONEN-KOMPONEN
DUKUNGAN SOSIAL (Lanjutan)
4. Ketergantungan yang dapat diandalkan ( Reliable Reliance)
 lansia mendapat dukungan sosial berupa jaminan bahwa
ada orang yang dapat diandalkan bantuannya ketika lansia
membutuhkan bantuan tersebut.
5. Bimbingan (Guidance)  berupa adanya hubungan kerja
atau pun hubungan sosial yang memungkinkan lansia
mendapatkan informasi, saran, atau nasehat yang
diperlukan dalam memenuhi kebutuhan
6. Kesempatan untuk mengasuh (Opportunity for Nurturance)
 Suatu aspek penting dalam hubungan interpersonal akan
perasaan dibutuhkan oleh orang lain. Jenis dukungan sosial
ini memungkinkan lansia untuk memperoleh perasaan
bahwa orang lain tergantung padanya untuk memperoleh
kesejahteraan.
HOME CARE (HC)
Pelayanan kesehatan yang
berkesinambungan dan
komprehensif diberikan
kepada individu, keluarga,
ditempat tinggal mereka
yang bertujuan untuk
meningkatkan,
mempertahankan,
memulihkan
kesehatan/memaksimalkan
kemandirian dan
meminimalkan kecacatan
akibat dari penyakit.
TUJUAN HOME CARE
1. Terpenuhi kebutuhan dasar ( bio-
psiko- sosial- spiritual ) secara
mandiri.
2. Meningkatkan kemandirian
keluarga dalam pemeliharaan
kesehatan.
3. Meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan kesehatan di rumah
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI HOME CARE

1. Kesiapan tenaga dan partisipasi


masyarakat
2. Upaya promotif atau preventif
3. SDM perawat
4. Kebutuhan pasien
5. Kependudukan
6. Dana
PERAN DAN FUNGI PERAWAT HOME
CARE
Manajer kasus : mengelola dan
mengkolaborasikan pelayanan, dengan
fungsi :
a. Mengidentifikasi kebutuhan pasien dan
keluarga
b. Menyusun rencana pelayanan
c. Mengkoordinir akifitas tim
d. Memantau kualitas pelayanan
PERAN DAN FUNGI PERAWAT HOME
CARE (Lanjutan)
Pelaksana : memberi pelayanan langsung dan mengevaluasi
pelayanan dengan fungsi:
a. Melakukan pengkajian komprehensif
b. Menyusun rencana keperawatan
c. Melakukan tindakan keperawatan
d. Melakukan observasi terhadap kondisi pasien
e. Membantu pasien dalam mengembangkan perilaku koping yang
efektif
f. Melibatkan keluarga dalam pelayanan
g. Membimbing semua anggota keluarga dalam pemeliharaan
kesehatan
h. Melakukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan
i. Mendikumentasikan asuhan keperawatan.
TERIMAKASI
H

Anda mungkin juga menyukai