Anda di halaman 1dari 28

PROTOZOA JARINGAN

Toxoplasma gondii
Protozoa jaringan

Protozoa jaringan adalah protozoa yang hidup


parasitic dalam sel-sel jaringan atau system
organ tertentu .

Protozoa yang bersifat parasit pada jaringan


hospes .

Protozoa yang hidup pada jaringan yang


menimbulkan penyakit pada manusia salah
satunya Toxoplasma gondii.
Toxoplasma gondii
• Hospes : kucing (famili FELIDAE).
• Hospes perantara : mammalia, dan
burung, juga manusia
Penyakit : - toksoplasmosis kongenital
- toksoplasmosis akuisita
• Distribusi geografis : kosmopolit
Morfologi dan Daur hidup
• T. gondii adalah suatu spesies dari coccidia yang
mirip dengan Isospora.

• Dalam sel epitel usus kucing muda berlangsung


daur aseksual (skozogoni) dan daur seksula
(gametogoni, sporogoni) yang menghasilkan
ookista yang dikeluarkan bersama tinja.

• Ookista yang bentuknya lonjong dengan ukuran


12.5 mikron menghasilkan dua sporokista yang
amsing-masing mengandung 4 sporozoit.
Morfologi dan Daur hidup
• Bila ookista tertelan oleh mamalia lain atau burung
(hospes perantara) , maka pada berbagai jaringan hospes
perantara ini dibentuk kelompok-kelompok trofozoit yang
membelah secara aktif dan disebut takizoit (bentuk yang
membelah cepat).

• Kecepatan trofozoit Toxoplasma membelah berkurang


secara berangsur dan terbentuklah kista yang
mengandung bradizoit (bentuk yang membelah perlahan) ;
masa ini adalah masa infeksi klinik menahun yang
biasanya merupakan infeksi laten.

• Pada hospes perantara tidak dibentuk stadium seksual


tetapi dibentuk stadium istirahat yaitu kista
Morfologi dan Daur hidup
• Bila kucing sebagai hospes defenitif makan hospes
perantara yang terinfeksi maka terbentuk lagi stadium
seksual didalam sel epitel usus mudanya.

• Bila hospes perantara mengandung kista toxoplasma,


maka masa prapaten (sampai dikeluarkan ookista) adalah
3-5 hari, sedangkan bila kucing memakan tikus yang
mengandung takizoit , masa prapaten biasanya 5-10 hari.

• Tetapi bila ookista langsung tertelan oleh kucing , maka


masa prapaten adalah 20-24 hari.

• Kucing lebih mudah terinfeksi oleh kista daripada oleh


ookista.
Morfologi dan Daur hidup
• Di berbagai jaringan tubuh kucing juga ditemukan trofozoit
dan kista.

• Pada manusia trofozoit ditemukan pada infeksi akut dan


dapat memasuki tipa sel yang berinti.

• Bentuk trofozoit menyerupai bulan sabit dengan satu


ujung yang runcing dan ujung lain yang agak membulat.
Panjangnya 4-8 mikron dan mempunyai satu inti yang
letaknya ditengah.

• Trofozoit berkembangbiak secara endodiogeni


(pembelahan aseksual dan terjadi di dalam sel dan terlepas
menghasilkan 2 anakan)
Morfologi dan Daur hidup
• Bila sel penuh dengan trofozoit maka sel akan
pecah dan trofozoit memasuki sel-sel disekitarnya
atau difagositosis oleh sel makrofag.

• Sel hospes yang mengandung sejumlah trofozoit


hasil endodiogeni disebut pseudokista dan dapat
ditemukan dalam waktu yang lama.

• Kista dibentuk di dalam sel hospes bila trofozoit


yang membelah telah beberapa organisme dan
ada berukuran 200 mikron berisi kira-kira 3000
organisme.
Morfologi dan Daur hidup

•Kista ini dapat ditemukan didalam hospes seumur


hidup terutama di otak, otot jantung dan otot
bergaris.

•Diotak kista berbentuk lonjong atau bulat,


sedangkan diotot kista mengikuti bentuk sel otot.
Morfologi T. gondii
Daur Hidup T. gondii
Cara infeksi
1. Toksoplasmosis kongenital, transmisi ke janin
in utero via plasenta dari ibu hamil dengan
infeksi primer.

2. Toksoplasmosis akuisita :
Infeksi dapat terjadi , bila makan daging mentah
atau kurang matang (misal sate) , kalau daging
tersebut mengandung kista atau trofozoit
toxoplasma. Pada orang yang tidak makan
daging dapat juga terinfeksi bila ookista yang
dikeluarkan dengan tinja kucing tertelan .
Cara infeksi
3. Infeksi yang dapat terjadi di laboratorium pada
orang yang bekerja dengan binatang
percobaan yang diinfeksi dengan T. gondii,
melalui jarum suntik dan alat laboratorium
lain yang terkontaminasi dengan T. gondii.
Wanita hamil tidak dianjurkan untuk bekerja
dengan T.gondii yang hidup. Infeksi dengan T.
gondii juga pernah terjadi waktu mengerjakan
autopsi.
Patologi dan gejala klinis
• Setelah invasi yang biasanya terjadi diusus,
maka parasit memasuki sel atau
difagositosis.

• Parasit berkembangbiak dalam sel hospes


pecah dan menyerang sel-sel lain.Dengan
adanya parasit didalam makrofag dan
limfosit , maka penyebaran secara
hematogen dan limfogen keseluruh tubuh
mudah terjadi.
Patologi dan gejala klinis
• T. gondii dapat menyerang semua organ dan
jaringan tubuh hospes , kecuali sel darah
merah (tidak berinti).

• Kista dibentuk bila sudah ada kekebalan dan


dapat ditemukan diberbagai alat dan jaringan ,
mungkin seumur hidup.
Patologi dan gejala klinis
• Kerusakan yang terjadi pada jaringan tubuh
tergantung :
1. Umur, pada bayi kerusakan lebih berat
daripada orang dewasa.
2. Virulensi strain toxoplasma
3. Jumlah parasit
4. Organ yang diserang
Patologi dan gejala klinis
• Lesi pada susunan saraf pusat dan mata biasanya
lebih berat dan permanen , oleh karena jaringan ini
tidak mempunyai kemampuan untuk
berregenerasi .

• Kelainan pada susunan saraf pusat berupa


nekrosis yang disertai dengan kalsifikasi
(pengapuran)

• Penyumbatan akuaduktus sylvii oleh karena


ependimitis mengakibatkan hidrosefalus pada
bayi.
Patologi dan gejala klinis
• Pada infeksi akut di retina ditemukan reaksi peradangan
fokal dengan edema dan infiltrasi leukosit yang dapat
menyebabkan kerusakan total dan pada proses
penyembuhan menjadi parut dengan atrofi retina dan
koroid disertai pigmentasi.

• Diotot jantung dan otot bergaris dapat ditemukan T.


gondii tanpa menimbulkan peradangan .

• Di alat tubuh lainnya seperti limpa dan hati , parasit ini


lebih jarang ditemukan.
Patologi dan Klinis Toksoplasmosis
Toksoplasmosis akuisita
• Biasanya asimtomatis( tidak menimbulkan
gejala)
• Ibu yang mendapat infeksi primer dapat
melahirkan anak dengan toksoplasmosis
kongenital.
• Manifestasi klinis tersering berupa
limfadenopati, rasa lelah, demam dan sakit
kepala, menyerupai mononukleosis infektiosa.
Toksoplasmosis kongenital
• Hamil muda  abortus
• Hamil trimester II  stillbirth (kelahiran mati.
• Bila lahir hidup :
– Eritroblastosis, hidrops fetalis dan
– Trias klasik (hidrosefalus, retinokoroiditis
dan perkapuran intra kranial) atau
– Tetrade Sabin (triad + kelainan
psikomotorik)
Toksoplasmosis kongenital
• Gambaran klinis toksoplasmosis kongenital dapat
bermacam-macam. Ada yang tampaknya normal
pada waktu lahir dan gejala klinisnya baru timbul
setelah beberapa minggu sampai beberapa tahun.

• Ada gambaran eritroblastosis fetalis (kelainan


darah yang berpotensi mengancam nyawa janin
atau bayi baru lahir), hidrops fetalis (kondisi
seirus pada janin yang ditandai masuknya cairan
ke dalam dua atau lebih rongga pada jaringan
tubuh janin) dan triad klasik
Diagnosis
1. Menemukan parasit T. gondii dalam sediaan
histologis.
2. Isolasi parasit dari bahan kel. limfe, kemudi-
an inokulasi pada mencit.
3. Tes serologi :
– Tes warna Sabin Feldman
– Tidak langsung : IHA, IFA, ELISA.
4. Test TORCH pada ibu hamil setiap bulan
selama kehamilan.
5. Deteksi DNA parasit dgn PCR.
Pengobatan
• Obat –obat yang dipakai sampai saat ini hanya membunuh
bentuk trofozoit T. gondii dan tidak membunuh bentuk
kistanya.

• Pirimetamin dan sulfonamid bekerja secara sinergistik.


Walaupun secara klinis diperoleh perbaikan atau
kesembuhan dengan pemberian dua obat ini, parasit di
dalam kista masih tetap ada dan menyebabkan infeksi
aktif kembali.

• Primetamin mempunyai efek teratogenik ; sebaiknya tidak


diberikan pada orang hamil.
• .
Pengobatan
• Spiramisin adalah antibiotik macrolide yang
kurang toksik dibandingkan pirimetamin dan
sulfonamid. Obat ini tidak dapat melalui
plasenta.

• Golongan macrolide : Spiramisin, klaritromisin


dan azitromisin, roxithromisin

• Hidroksinaftokuinon (avotaquone) dikombinasi


dengan sulfadiazin.
• .
Prognosis
• Toksoplasmosis akuisita biasanya tidak fatal.
• Bayi yang dilahirkan dengan toksoplasmosis
kongenital yang berat biasanya meninggal atau
tetap hidup dengan infeksi menahun dan gejala
sisa yang sewaktu-waktu dapat mengalami
eksaserbasi akut.
• Ibu yang melahirkan anak toksoplasmosis
kongenital, selanjutnya akan melahirkan anak
normal.
EPIDEMIOLOGI
• Di Indonesia prevalensi zat anti T. gondii
yang positif pada manusia 2 % – 63%.
• Prevalensi zat anti pada binatang :
– Kucing 35 % - 73%, - Anjing 75%
– Babi 11% -36%, - Ternak lain < 10%
– Kambing 11%-61%
EPIDEMIOLOGI
• Prevalensi zat anti yang (+) meningkat dengan
usia.
• Keadaan toksoplasmosis di suatu daerah
dipenga-ruhi banyak faktor, a.l.:
– Kebiasaan makan daging kurang matang,
– Memelihara kucing
– Adanya tikus dan burung
– Adanya vektor : lipas atau lalat.
– Cacing tanah.

Anda mungkin juga menyukai