Acara Capacity Building-LQ
Acara Capacity Building-LQ
TECHNOPRENEURSHIP
DALAM INOVASI
PROGRAM
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
Angga Dwiartama, Ph.D
Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati
Institut Teknologi Bandung
dwiartama@sith.itb.ac.id
IG: @dwiartamaangga
Twitter: @ADwiartama
PERKENALAN
Dosen dan peneliti di Kelompok Keilmuan
Manajemen Sumber Daya Hayati, SITH ITB
Mendalami Sosiologi Pertanian, Pangan dan
Lingkungan
Penelitian seputar jejaring pangan alternatif,
pertanian dan rantai nilai berkelanjutan
Relawan di Rumah Belajar Mentari dan komunitas
PASSER di Sekepicung, Bandung
Relawan di Komunitas 1000 Kebun
OUTLINE
Berkontribusi terhadap kehidupan yang lebih baik
Technopreneurship dan konsep pemberdayaan
Refleksi tentang ‘keberhasilan’ pemberdayaan masyarakat
Memahami teori perubahan
Design thinking
1 & 8.
PERMASALAHA
N TERKAIT
KEMISKINAN,
LAPANGAN
KERJA &
PERTUMBUHAN
EKONOMI
2.
PERMASAL
AHAN DI
BIDANG
PERTANIAN
-PANGAN
Indonesia menempati
urutan ke-62 dalam indeks
ketahanan pangan (diukur
berdasarkan ketersediaan,
akses dan kualitas)
3.
PERMASAL
AHAN DI
BIDANG
KESEHATAN
6. PERMASALAHAN SEPUTAR
AIR BERSIH & SANITASI
7.
PERMASAL
AHAN DI
BIDANG
ENERGI
11.
PERMASAL
AHAN
TERKAIT
ISU
PERKOTAAN
12.
PERMASALAHAN
TERKAIT
PRODUKSI &
KONSUMSI YANG
SEIMBANG
(TERMASUK ISU
LIMBAH)
13.
PERMASALA
HAN
TERKAIT
PERUBAHAN
IKLIM
(TERMASUK
KEBENCANA
AN)
14. PERMASALAHAN
TERKAIT EKOSISTEM
LAUT DAN PERAIRAN
15. PERMASALAHAN TERKAIT
EKOSISTEM TERRESTRIAL (HUTAN,
LAHAN BASAH, GAMBUT, DSB)
BAGAIMANA INOVASI
DIBANGUN UNTUK MENJAWAB
PERMASALAHAN TSB?
Startup dari India yang
mengembangkan alat makan
yang dapat dimakan (edible
cutlery)!
Dikembangkan oleh peneliti
pertanian Narayana
Peesapaty
Mendapatkan pendanaan
USD 38,000 dari crowd-
funding
CONTOH #1:
BAKEYS
CONTOH
#2: SNACT
Startup dari Inggris yang
berupaya memerangi limbah
makanan dengan mengubah
buah menjadi penganan buah
Startup yang
mengembangkan alat dan
upaya pengumpulan sampah
di laut, menggerakkan
komunitas untuk terlibat
Sampah yang dikumpulkan
digunakan untuk
mengembangkan Seabins
Berhasil mengumpulkan
USD 250,000