Anda di halaman 1dari 34

KELAINAN REFRAKSI

Disusun Oleh
Eky adtya prastama, S.Ked
Noor Anisa, S.Ked

Pembimbing :
dr. Rosmaryati Manalu, Sp. M

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
2020
Pendahuluan
Anatomi Media Refraksi

Bagian mata yang termasuk


media refraksi:

 Kornea
 Aqueous humor
 Lensa
 Corpus vitreus
 Retina
LINTASAN PENGLIHATAN

Otak membalikkan lagi


bayangan yang
terinterpretasi dan
objek terlihat sesuai
aslinya
Kelainan Refraksi (Ametropia)

 Ametropia
Ametropia dalam bahasa yunani ametros berarti
tidak sebanding atau tidak seimbang sedangkan ops
berarti mata. adalah keadaan pembiasan mata
dengan panjang bola mata yang tidak seimbang.
Hal ini terjadi akibat kelainan kekuatan pembiasan
sinar media penglihatan atau kelainan bentuk bola
mata.
 Ametropia aksial : terjadi akibat sumbu bola mata
lebih panjang atau lebih pendek sehingga
bayangan benda difokuskan didepan atau
dibelakang retina

 Ametropia refraktif : terjadi akibat kelainan sistem


pembiasan sinar dalam mata. Bila daya bias kuat
maka bayangan benda terletak didepan retina
(miopia) atau bila daya bias kurang maka
bayangan benda akan terletak dibelakang retina
(hipermetropia refraktif)
Miopia

 Miopia terjadi jika kornea (terlalu cembung) dan


lensa (kecembungan kuat) berkekuatan lebih atau
bola mata terlalu panjang sehingga titik fokus sinar
yang dibiaskan akan terletak di depan retina.
Jenis Miopia
Klasifikasi Berdasarkan Onset

 Juvenile-Onset Myopia (JOM)


- onset antara 7-16 tahun yang disebabkan terutama oleh karena
pertumbuhan sumbu aksial dari bola mata yang fisiologis
 Adult-Onset Myopia (AOM)
- AOM dimulai pada usia 20 tahun. Miopia yang terjadi pada usia
20 sampai 40 tahun disebut sebagai early adult onset myopia,
sedangkan myopia yang terjadi setelah usia 40 tahun disebut
late adult onset myopia.
Klasifikasi Miopia
Manifestasi Klinik Miopia
Manifestasi klinik:
 Penglihatan kabur saat
melihat jauh, dan jelas
pada jarak tertentu/dekat
 Selalu ingin melihat dengan
mendekatkan benda yang
dilihat pada mata
 Gangguan dalam
pekerjaan
 Nyeri kepala akibat
akomodasi kuat untuk
melihat jelas
 Cenderung memicingkan
mata bila melihat jauh
 Astenopia konvergensi
(kelelahan mata)
Diagnosis Miopia
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
 Visus dasar utk melihat jauh
 Visus dengan pinhole untuk mengetahui apakah penglihatan yang buram
disebabkan kelainan refraksi atau kelainan anatomi
 Metode “trial and error”, snellen chart dan lensa sferis negatif sampai didapatkan
visus 6/6
3. Pemeriksaan penunjang
 Funduskopi
 Auto refraktometer
Tatalaksana Miopia
 Koreksi non bedah
 Kacamata sferis negatif terkecil
yang memberikan ketajaman
penglihatan maksimal agar
memberikan istirahat mata
dengan baik sesudah dikoreksi

 Koreksi bedah
 Laser in situ Keratomileusis
(LASIK)
 Laser Subepitelial
Keratomileusis (LASEK)
 Keratomi Radikal
Komplikasi Miopia
blasio retina

Ablasio Retina
Strabismus
Ambliopia
Hipermetropia

 Rabun dekat Keadaan gangguan kekuatan pembiasan dan memfokuskan


bayangan dibelakang retina Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya
panjang sumbu atau menurunnya indeks refraksi

 Hipermetropi berdasarkan etiologi:


 Hipermetropia aksial
 Hipermetropia refraktif
 Hipermetropia kurvatur
 Hipermetropia indeks
 Hipermetropia posisional
 Afakia
Klasifikasi

Klasifikasi hipermetropia Klasifikasi hipermetropia


berdasarkan gejala klinis berdasarkan derajat beratnya
 Hiperopia simpleks  Hiperopia ringan,
kesalahan refraksi +2.00
 Hiperopia patologik
D atau kurang
 Hiperopia fungsional  Hiperopia sedang,
kesalahan refraksi
antara +2.25 D hingga
+5.00 D
 Hiperopia berat,
kesalahan refraksi +5.25
D atau lebih tinggi
Bentuk Hipermetropia
Hipermetropia berdasarkan bentuk

 Hipermetropia manifes  hipermetropia yang dapat dikoreksi


dengan kacamata positif maksimal yang memberikan tajam
penglihatan normal
 Hipermetropia ini terdiri atas hipermetropia absolut ditambah
dengan hipermetropia fakultatif. Hipermetropia manifes didapatkan
tanpa siklopegik dan hipermetropia yang dapat dilihat dengan
koreksi kacamata maksimal

 Hipermetropia absolut  kelainan refraksi tidak diimbangi dengan


akomodasi dan memerlukan kacamata positif untuk melihat jauh.
Biasanya hipermetropia laten yang ada berakhir dengan
hipermetropia absolut ini. Hipermetropia manifes yang tidak
memakai tenaga akomodasi sama sekali disebut sebagai
hipermetropi absolut.
 Hipermetropia fakultatif  kelainan hipermetropia dapat
diimbangi dengan akomodasi ataupun dengan kacamata
positif. Pasien yang hanya mempunyai hipermetropia
fakultatif akan melihat normal tanpa kacamata. Bila
diberikan kacamata positif yang memberikan penglihatan
normal, maka otot akomodasinya akan mendapatkan
istirahat. Hipermetropia manifes yang masih memakai
tenaga akomodasi disebut sebagai hipermetropia fakultatif.

 Hipermetropia laten  kelainan hipermetropia tanpa


siklopegia (atau dengan otot yang melemahkan akomodasi)
diimbangi seluruhnya dengan akomodasi. Hipermetropia
laten hanya dapat diukur bila diberikan siklopegia. Makin
muda makin besar komponen hipermetropia laten
seseorang.

 Hipermetropia total  hipermetropia yang ukurannya


didapatkan sesudah diberikan siklopegia
Manifestasi Klinik
Hipermetropia
Manifestasi klinik:
 Gejala subyektif
 Penglihatan kabur bila
melihat dekat dan jauh
 Astenopia akomodativa :
sakit kepala, mata cepat
lelah, cepat mengantuk
sesudah membaca dan
menullis, mata sensitif
terhadap cahaya
 Gejala obyektif
 Terjadi strabismus
 COA dangkal, karena
hipertofi otot-otot siliaris
 Ambliopia pada mata yang
tanpa akomodasi; tidak
pernah melihat obyek
dengan baik
Diagnosis Hipermetropia

1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
 Visus dasar dengan snellen chart, visus
dengan pinhole
 Refraksi subyektif dengan cara trial and
error
3. Pemeriksaan penunjang
 Funduskopi
 Refraktometer
Tatalaksana Hipermetropia

 Non bedah
 Koreksi dengan lensa sferis
terbesar yang memberikan visus
terbaik dan dapat melihat dekat
yanpa kelelahan
 Tidak diperlukan lensa sferis
positif pada hipermetropia
ringan, tidak ada astenopia
akomodatif, tidak ada
strabismus

 Bedah
 LASIK (Laser in situ
keratomileusis)
 LASEK (Laser sebepithelial
keratomileusis)
Komplikasi Hipermetropia
 Strabismus
 Glaukoma sekunder
Astigmatisme
 Astigmatisme merupakan kondisi
dimana sinar cahaya tidak
direfraksikan dengan sama pada
semua meridian dan berkas
cahaya difokuskan pada 2 garis
titik yang seling tegak lurus
akibat kelainan kelengkungan
kornea
Klasifikasi Astigmatisma

Reguler Ireguler
 Astigmatisma yang memperlihatkan  Astigmatisma yg terjadi
kekuatan pembiasan bertambah atau memiliki 2 meridian saling
berkurang perlahan-lahan secara tegak lurus.
teratur dari satu meridian ke
meridian berikutnya.  Terjadi akibat kelengkungan
 Bayangan terjadi dgn bentuk yg kornea pada meridian yg
tertatur dapat berbentuk garis, sama berbeda sehungga
lonjing atau lingkaran
bayangan menjadi ireguler
 Terjadi akibat infeksi kornea,
trauma, distrofi, atau
kelaianan pembiasan
 Klasifikasi astigmatisme dilihat dari kondisi optik:
1. Simple hypermetropia astigmatism
2. Simple myopia astigmatism
3. Compound hypermetropia astigmatism
4. Compound miopic astigmatism
5. Mixed astigmatism
Manifestasi Klinik Astigmatisme
 Manifestasi klinik:
1. Distorsi bagian-
bagian lapang
pandang
2. Tampak garis
vertikal, horizontal
atau miring yang
tidak jelas
3. Memegang bahan
bacaan dari dekat
4. Sakit kepala, mata
berair dan cepat lelah
5. Memiringkan kepala
agar dapat melihat
jelas
Diagnosis Astigmatisme
• Anamnesa gejala-gejala dan tanda-tanda astigmatisme
• Pemeriksaan Oftalmologi
a. Visusdengan menggunakan Snellen Chart
b. RefraksiPasien diminta untuk memperhatikan kartu tes
astigmatisme dan menentukan garis yang mana yang tampak
lebih gelap dari yang lain. untuk pemeriksaan objektif, bisa
digunakan keratometer, keratoskop, dan videokeratoskop
c. Motilitas okular, penglihatan binokular, dan akomodasi
d. Penilaian kesehatan okular dan skrining kesehatan umum
termasuk reflek cahaya pupil, tes konfrontasi, 27 penglihatan
warna, tekanan intraokular, dan pemeriksaan menyeluruh
tentang kesehatan segmen anterior dan posterior dari mata dan
adnexanya. Biasanya pemeriksaan dengan ophthalmoskopi
indirect
Penatalaksanaan Astigmatisme

 Penatalaksanaan non bedah:


dapat dikoreksi dengan sferis
silindris sesuai aksis yang
didapatkan, untuk
astigmatisme yang kecil tidak
perlu dikoreksi. Untuk
astigmatisme miopi,
diperlukan lensa silinder
negatif, untuk astigma
hipermetropi diguunakan
lensa silinder positif.
 Astigma juga dapat dikoreksi
dengan keratektomi,
fotorefraktif, dan LASEK
Presbiopia
 Presbiopia merupakan gangguan akomodasi pada
usia lanjut yang dapat terjadi akibat kelemahan otot
akomodasi dan lensa mata tidak kenyal atau
berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa
Gejala Klinik Presbiopia
 Keluhan pasien berupa mata lelah,berair, dan sering panas
setelah membaca
Penatalaksanaan
Presbiopia
 Pada pasien presbiopi, kacamata atau addisi diperlukan
untuk membaca dekat yang berkekuatan tertentu,
biasanya:
o +1,0 D untuk usia 40 tahun
o +1,5 D untuk usia 45 tahun
o +2,0 D untuk usia 50 tahun
o +2,5 D untuk usia 55 tahun
o +3,0 D untuk usia 60 tahun
• Karena jarak baca biasanya 33cm maka addisi +3,0
dioptri adalah lensa positif terkuat yang dapat
diberikan pada seseorang, pada keadaan ini mata tidak
melakukan akomodasi bila membaca pada jarak 33 cm
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai