Anda di halaman 1dari 32

Sexual Transmission

Disease & HIV - AIDS

Endang Sulistyaningsih
STD / PMS / IMS
Definisi
Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Penyakit Menular
Sexual (PMS) atau Sexual Transmission Disease
(STD) adalah penyakit yang dapat menular melalui hubungan seksual
dengan seseorang yang terinfeksi atau dapat juga penularan tersebut
terjadi melalui
transfusi darah dan berbagi jarum suntik dengan
penderita atau Infeksi dapat juga ditularkan dari
ibu hamil ke janin baik selama kehamilan atau
proses persalinanpenderita. Infeksi juga dapat ditularkan dari ibu
hamil ke janin, baik selama kehamilan atau saat persalinan.
nyakit Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah Sexualpenyakit dapat menular melalui hubungan seksual dengan seseorang yang terinfeksi. Dapat ditularkan oleh pasangan Anda lewat aktivitas seksual yang melibatkan vagina, penis, anus, atau mulut.
Mengacu pada penyakit yang beragam, dengan gejala-gejala yang berbeda tiap penyakit, dan beberapa lebih serius daripada penyakit yang lain. Namun, semuanya membutuhkan pengobatan untuk mencegah komplikasi dan membahayakan
hidup pasien.
Penyebab
Infeksi Penyakit menular seksual
dapat disebabkan oleh infeksi
bakteri, virus, jamur dan parasit
Penyakit menular seksual dapat
disebabkan oleh infeksi bakteri, virus,
jamur, dan parasit. Penyakit menular
seksual dapat disebabkan oleh infeksi
bakteri, virus, jamur, dan parasit.
Jenis PMS
1.Infeksi HIV : disebabkan oleh human immunodeficiency virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh.
2.Sifilis : disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum dikenal juga
dengan penyakit “ raja singa”
3.Gonore : dikenal juga dengan kencing nanah, disebabkan oleh bakteri
Neisseria gonorrhoeae
4.Human papillomavirus (HPV) : disebabkan oleh virus dengan nama
yang sama yaitu HPV
5.Chlamydia : disebabkan oleh bakteri clamydia trachomatis
6.Trikomoniasis : disebabkan oleh parasit Trikomonas vaginalis
7.Granuloma Inguinale : disebut juga donovanosis , disebabkan oleh
infeksi bakteri Klebsiella granulomatisyang ebabkan oleh
sistem kekebalan tubuh. Penyebaran virus ini dapat terjadi melalui hubungan seks tanpa kondom, berbagi penggunaan alat suntik, transfusi darah, atau saat persalinan.  HIV
 human immunodeficiency virus yang menyerang

• oleh human imunodeficiency virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Penyebaran virus ini dapat terjadi melalui hubungan seks tanpa kondom, berbagi penggunaan alat suntik, transfusi darah, atau saat persalinan.
Gejala
Gejala PMS berbeda tergantung jenis penyakit yang diderita. Gejala utama dapat membantu
mendiagnosa PMS jenis tertentu yang diderita dan menentukan bentuk pengobatan
yang dibutuhkan. Gejala umum yang dialami penderita PMS adalah :
1. Benjolan atau luka di dekat vagina, penis, anus atau mulut
2. Kutil
3. Pembengkakan
4. Kemerahan
5. Sakit saat buang air kecil
6. BAB cair
7. Turunnya Berat Badan
8. Ngilu dan Nyeri
9. Demam
10. Panas Dingin
11. Penyakit kuning
12. Keputihan, berbeda dan lebih parah dari biasanya dan umumnya berbau busuk
13. Pendarahan vagina, di luar masa menstruasi
14. Sakit saat berhubungan seksual
15. Rasa Gatal yang luar biasa
Faktor Resiko
1. Berhubungan seksual tanpa pengaman
2. Berhubungan seksual dengan lebih dari satu
pasangan
3. Riwayat terkena penyakit kelamin
4. Penyalahgunaan alkohol dan narkoba
5. Berbagi jarum suntik
6. Berusia muda
Diagnosis
1. Tes Darah : dapat memastikan diagnosis HIV
atau tahap akhir sifilis
2. Sampel Urine : beberapa PMS dapat
dipastikan dengan sampel urine
3. Sampel Cairan : bila terdapat luka di daerah
kelamin, tes cairan dan sampel dari luka
dapat dilakukan untuk mendiagnosis jenis
infeksi menular seksual
Pengobatan Farmakologi
1. PMS yang disebabkan oleh infeksi Bakteri seperti
Gonore, Clamydia, Sifilis dan Trikomoniasis,
pengobatan dapat dengan pemberian Antibiotik
Penisilin, Amoksisilin, Erytromisin dan Doksisiklin
2. PMS yang disebabkan oleh Virus seperti Herpes,
pengobatan dapat dengan pemberian antivirus
Acyclovir, Flamicovir dan Valacyclovir sedangkan
untuk HIV dapat diberikan pengobatan
Antiretroviral (ARV) yaitu Ritonavir, Lopinavir,
Lamivudine,Zidovudine dan Emtricitabine
Pengobatan Non Farmakologi
1. Makan makanan bernutrisi dengan pola makan
teratur
2. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi
alkohol
3. Berhenti menggunakan Narkoba
4. Berolahraga secara rutin
5. Melakukan seks yang lebih aman dengan kondom
6. Melakukan tes PMS rutin dan memperoleh vaksin
untuk penyakit kelamin
HIV - AIDS
Diagnosis HIV
Indikasi tes HIV, yaitu: Jenis Tes
• Setiap orang dewasa, anak, dan remaja dengan kondisi medis
• Uji serologi
yang diduga terjadi infeksi HIV terutama dengan
riwayat tuberkulosis dan IMS • PCR
• Asuhan antenatal pada ibu hamil dan ibu bersalin
• CD4
• Laki-laki dewasa yang meminta sirkumsisi sebagai
tindakan pencegahan HIV.
• Populasi Kunci (Pekerja seks, Penasun, Waria)
• Pasangan ODHA
• Ibu hamil di wilayah epidemi meluas dan epidemi
terkonsentrasi
• Pasien TB, Pasien IMS, Pasien Hepatitis
• Semua orang yang berkunjung ke fasyankes di daerah
epidemi HIV meluas
• Warga Binaan Pemasyarakatan
• Lelaki Beresiko Tinggi (LBT)
Gejala dan Tanda Klinis (1)
Gejala dan Tanda Klinis (2)
Pengkajian setelah diagnosis HIV
1. Melakukan penyaringan terhadap infeksi
oportunistik dan komorbid yang mungkin
timbul
2. Menentukan stadium klinis, termasuk
definisi penyakit HIV lanjut dan AIDS
3. Paket layanan Perawatan Dukungan
Pengobatan
Pemantauan ODHA yang belum
mendapat ARV
•Monitor perjalanan klinis penyakit dan jumlah CD4-
nya setiap 6 bulan sekali, atau lebih sering pada anak
dan bayi yang lebih muda.
•CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang
dihancurkan oleh HIV, semakin kecil jumlahnya artinya
semakin besar kemungkinan seseorang menderita AIDS
• Pada kondisi normal, jumlah CD4 adalah 500 – 1400
sel /M3, infeksi HIV berkembang menjadi AIDS bila CD4
< 200 sel / M3
Tujuan Terapi ARV
• Mengurangi risiko penularan HIV,
• Menghambat perburukan infeksi
oportunistik
• Meningkatkan kualitas hidup
penderita HIV,
• Menurunkan jumlah virus (viral load)
dalam darah sampai tidak terdeteksi
Rekomendasi Inisiasi ARV
• Penderita HIV dewasa dan anak usia ≥5 (lima) tahun stadium
klinis 3 atau 4 atau jumlah sel Limfosit T CD4 ≤ 350 sel/mm3
• Ibu hamil dengan HIV;
• Bayi lahir dari ibu dengan HIV;
• Penderita HIV bayi atau anak usia kurang dari 5 (lima) tahun;
• Penderita HIV dengan tuberkulosis; hepatitis B dan hepatitis C;
• Penderita HIV pada populasi kunci: (Pekerja Seksual, Penasun,
waria)
• Penderita HIV yang pasangannya negatif (serodiskordan);
• Penderita Pengobatan
HIV pada antiretroviral
populasi umum yang
diberikan tinggal
setelah di daerah
mendapatkan
epidemi HIV meluas.
konseling, memiliki orang terdekat sebagai pengingat atau
Pemantau Meminum Obat (PMO) dan patuh meminum obat seumur
hidup.
Prinsip Pemberian ARV
Highly
Active
Anti
Retroviral
Therapy

Harus gunakan tiga obat antiretroviral yang


ketiganya harus terserap dan berada dalam dosis
terapeutik dalam darah
Klasifikasi ARV
• Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI)
• Non nucleoside reverse transcriptase inhibitor
(NNRTI)
• Protease inhibitor (PI)
• Entry inhibitor
 CCR5 inhibitor
 CXCR4 inhibitor
 Fusion inhibitor (FI)
• Integrase inhibitor
• Maturation inhibitor
• CD4 binding inhibitor (ibalizumab)
ARV yang tersedia
NRTI NNRTI PI
Zidovudine (AZT) Efavirenz (EFV) Indinavir (IDV)
Stavudine (d4T) Delavirdine (DLV)  Nelfinavir (NFV)
Lamivudine (3TC) Nevirapine (NVP) Saquinavir (SQV)
Didanosine (ddl) Etravirine (ETV) Amprenavir (APV) 
Abacavir (ABC) Rilpivirine (RPV)) Ritonavir (RTV)
Zalcitabine (ddC)  Doravirine (DOR) Lopinavir (LPV)
Emtricitabine (FTC) Atazanavir (ATV)
Fosamprenavir (FPV)
Tipranavir (TPV)
Darunavir (DRV)
Integrase inh
Raltegravir (RAL)
Dolutegravir (DTG)
Elvitegravir (EVG)
Bictegravir (BTG)

NtRTI CCR5 antagonis FI


Tenofovir (TDF) Maraviroc (MRV) Enfuvirtide (ENF)
Tenofovir Alafenamid (TAF)
Panduan ART Lini 1
Pemantauan Penggunaan ARV

• Pemantauan klinis
pengawasan dokter dilakukan rutin minimal
sebulan sekali dalam 6 bulan pertama setelah
inisiasi ART. Pemantauan oleh dokter selanjutnya
dapat dilakukan minimal 3 bulan sekali atau lebih
sering
• Pemantauan efek samping obat
• Pemantauan sindrom pulih imun
• Diagnosa kegagalan terapi
Diagnosa Kegagalan Terapi
1. Kegagalan klinis
Munculnya Infeksi Oportunistik (IO) dari kelompok
stadium 4 setelah minimal 6 bulan dalam terapi ARV.
Beberapa penyakit yang termasuk dalam stadium klinis
3 (TB paru, infeksi bakteri berat) dapat merupakan
petunjuk kegagalan terapi.

2. Kegagalan Imunologis
Gagal mencapai dan mempertahankan jumlah CD4
yang adekuat, walaupun telah terjadi penurunan/
penekanan jumlah virus.
Diagnosa Kegagalan Terapi
3. Kegagalan Virologis
Disebut gagal virologis jika:
Pada ODHA dengan kepatuhan yang baik, viral
load di atas 1000 kopi/mL berdasarkan 2x
pemeriksaan HIV RNA dengan jarak 3-6 bulan
Panduan ART Lini 2
Panduan ARV Lini ke 2 Pada Remaja dan
Dewasa
Panduan ARV Lini ke 2 Pada Anak
Paduan ART Lini 3

ETR + RAL + DRV/r

ETR = Etravirinie, gol NNRTI; dosis 2 x 200mg


RAL = Raltegravir, gol Integrase Inhibitor; dosis 2 x 400mg
DRV = Darunavir, gol PI; dosis 2 x 600mg
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai