Jika kita perhatikan perkembangan Obligasi sbb, dari keberadaan Obligasi Negara Ritel (ORI), data Pemerintah
menunjukkan bahwa adanya peningkatan pembelian obligasi oleh investor. ORI ini diterbitkan pertama kali tahun 2006,
jumlah investor yang membeli ORI mulanya berjumlah 16.561 orang. Kemudian, jumlahnya terus meningkat dari tahun ke
tahun.
Data terkini, pada tahun 2020-2021., ORI-017 mencatatkan rekor penerbitan surat berharga negara (SBN) ritel tertinggi
sejak dijual secara online pada 2018 yakni hampir mencapai Rp18,33 triliun. Terkait penjualannya sendiri berasal dari
42.733 investor, dengan porsi investor baru mencapai 23.949 orang atau 56% dari total investor. Pertambahan jumlah
investor ini tentunya menandakan minat masyarakat terhadap investasi obligasi meningkat hampir setiap tahunnya.
RPS Mk.1 , pert.minggu 9 & 10
Minggu ke-9
1. Bond value & yield
2. Interest rate risk of bond
3. YTM
4. Indenture: terms of bonds, security, seniority, call provision, covenant
5. Jenis bond & Bond market
6. Determinant of bond yields
Minggu ke-10
7. Common stock valuation: zero growth, constant growth, non constant growth, two-stage growth
8. Fitur saham biasa & istimewa
9. Pasar saham
OBLIGASI
Definisi obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh penerbit obligasi kepada para pemegang obligasi yang disertai
dengan perjanjian untuk membayar kembali pokok utang beserta kupon bunganya pada waktu yang telah ditentukan.
Sedangkan definisi obligasi menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 2002, Surat Utang Negara adalah surat berharga yang
berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan
pokoknya oleh Negara Republik Indonesia sesuai dengan masa berlakunya.
Umumnya, dalam cara kerja dan surat obligasi akan tertulis tanggal jatuh tempo pembayaran utang beserta bunganya
(kupon) yang menjadi kewajiban penerbit obligasi terhadap pemegang obligasi. Jangka waktu obligasi yang berlaku di
Indonesia sekitar 1 hingga 10 tahun.
Diterbitkannya obligasi disebabkan karena adanya upaya menghimpun dana dari masyarakat yang akan digunakan sebagai
sumber pendanaan. Bila ditinjau dari sudut pandang pengusaha, obligasi bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan kucuran
dana segar demi berjalannya usaha.
Sementara Negara sendiri memandang obligasi lebih sebagai sumber pendanaan untuk membiayai sebagian defisit
anggaran belanja dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Tak jauh beda dengan saham, obligasi juga dapat dijadikan produk yang diperjualbelikan. Jika ingin membeli saham cukup
mencari tahu di Bursa Efek Indonesia (BEI), sedangkan obligasi, transaksi jual belinya tak perlu dilakukan di BEI. Dalam
artian, obligasi didapatkan dari pihak penerbit yang sepakat melakukan jual beli dengan pembeli.
Jadi tak heran jika obligasi tidak lebih unggul dari saham. Misalnya, pemerintah memiliki peran sebagai salah satu
penerbit obligasi. Ketika Pemerintah menerbitkan obligasi, investor yang berminat membelinya bisa mendapatkannya
melalui agen penjual. Pembelian lewat agen penjual ini merupakan mekanisme pembelian yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Biasanya, pemerintah akan menunjuk bank, lembaga sekuritas, dan platform investasi tertentu sebagai agen
penjual obligasi.
KARAKTERISTIK
OBLIGASI
Dalam dunia investasi, istilah obligasi bukan sesuatu hal yang asing untuk didengar. Sebab, obligasi adalah surat
berharga tanda bukti utang. Hanya saja, untuk membedakan dengan surat utang yang berumur pendek atau menengah,
yakni jika surat utang dengan jangka waktu di bawah lima tahun, kalau cara kerja investasi obligasi memiliki jangka waktu
atau masa jatuh tempo yang panjang sekitar minimal lima tahun.
Berdasarkan penerbitnya, maka jenis-jenis obligasi dapat dibedakan menjadi dua yakni;
1. Obligasi korporasi dan
2. Obligasi negara.
Obligasi korporasi merupakan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan atau swasta, sedangkan jika obligasi negara
adalah obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah.
Berdasarkan tingkat suku bunga yang diberikan, maka Jenis Obligasi bisa dibedakan menjadi : 1.obligasi yang berbunga
tetap (fixed rate bond), 2.obligasi berbunga mengambang (floating rate bond), dan 3.Obligasi tanpa bunga (zero coupon
bond).
Sebagai informasi, obligasi sendiri memiliki beberapa karakteristik khusus.
Ada empat hal yang menjadi tolok ukur jenis-jenis surat utang obligasi yang beredar, yaitu dilihat dari sisi penerbit,
besaran nominalnya, sistem pembayaran bunga, dan perhitungan imbal hasil. Berikut jenis-jenis obligasi dan beserta
contohnya secara umum yang perlu diketahui.
Dalam hal ini, investor dapat menawarkan harga lebih tinggi dari kupon yang dijanjikan pada saat pembelian obligasi
tersebut. Kemudian, Dengan pembelian kembali ini, pihak penerbit dapat melaksanakan haknya untuk melunasi utang
lebih awal, seperti saat tingkat suku bunga menurun.
b. Obligasi Konversi (Convertible Bond)
Obligasi konversi adalah jenis surat utang obligasi yang memungkinkan atau dapat memberikan hak kepada pemiliknya
untuk mengubah menjadi saham. Dalam konversinya sebagai saham, perusahaan penerbit obligasi akan melakukan
pengonversian dengan rasio penukaran yang sudah disepakati sebelumnya.
Umumnya, Convertible Bond mempunyai tingkat kupon yang rendah karena investor dianggap telah memiliki privilege
untuk mengubah surat utangnya menjadi surat kepemilikan alias saham tersebut.
e. Putable Bond
Putable Bond adalah jenis obligasi yang lebih “tegas” dalam hal kewajiban untuk membeli kembali obligasi dari tangan
investor. Pada Putable Bond, investor memiliki hak untuk mewajibkan emiten atau penerbit obligasi untuk membeli
kembali surat utangnya.
2. JENIS-JENIS OBLIGASI BERDASARKAN SISI PENERBIT
Dari segi sisi penerbit, jenis-jenis obligasi terdiri atas tiga kelompok, yakni:
a. Obligasi Pemerintah atau Treasury Bond (TB)
Sesuai namanya, obligasi pemerintah adalah jenis obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah. Di Indonesia obligasi jenis ini
pertama kali diterbitkan pada Agustus 2006. Obligasi pemerintah Indonesia sendiri terbagi lagi menjadi beberapa jenis di
antaranya, Obligasi Negara Ritel Indonesia (ORI), Sukuk Ritel (SukRi), Saving Bond Ritel (SBR) dan Sukuk Negara Tabungan
(ST).
Obligasi Rekap adalah jenis obligasi pemerintah yang diterbitkan untuk sebuah tujuan khusus yakni dalam rangka Program
Rekapitalisasi Perbankan. Surat Utang Negara adalah jenis obligasi pemerintah yang biasa disingkat sebagai SUN yang
tujuan penerbitannya untuk membiayai defisit APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)
Obligasi Ritel Indonesia (ORI) adalah contoh jenis obligasi pemerintah yang serupa dengan SUN, yang tujuan diterbitkannya
adalah untuk membiayai defisit APBN, tetapi dengan nominal yang kecil sehingga dapat dibeli secara ritel
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) adalah jenis obligasi syariah atau obligasi sukuk yang juga sama dengan SUN
(penerbitannya untuk membiayai defisit APBN), tetapi dijalankan berdasarkan prinsip syariah sesuai syariat agama Islam
Sebagai informasi, nama lain dari jenis obligasi pemerintah adalah Treasury Bond. Obligasi pemerintah dinilai memiliki
risiko kecil karena dikeluarkan langsung oleh pemerintah atau negara.
Obligasi pemerintah dapat dibeli melalui bank, seperti untuk SUN dan SBSN. Contohnya adalah pembelian obligasi melalui
BCA. Untuk pilihan lainnya, kamu juga bisa membeli SR hingga ORI melalui BRI.
Obligasi Negara Ritel (ORI) dan Sukuk Negara Ritel (SR) yang merupakan surat berharga ini memiliki jaminan pembayaran
bunga, bagi hasil, serta pokoknya oleh pemerintah. Namun, perlu dicatat bahwa obligasi jenis ini adalah produk pasar
modal dan bukan merupakan produk dari bank itu sendiri. Sehingga, pihak bank tidak bertanggung jawab atas segala
tuntutan dan risiko yang timbul dari investasi pada produk obligasi tersebut. Akan tetapi, obligasi pemerintah tetap cocok
dan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi investor individu Warga Negara Indonesia.
Obligasi dengan kupon memiliki nama lain Interest Bearing Bond. Oleh karenanya, atas bunganya akan dikenakan Pajak
Penghasilan sebesar 20% dari jumlah bruto bunga sesuai dengan holding period atau masa kepemilikan.
Lalu, atas diskontonya akan dikenakan Pajak Penghasilan pula sebesar 20% dari selisih lebih harga jual ketika transaksi atau
nilai nominalnya pada saat jatuh tempo di atas harga perolehan (tidak termasuk accrued interest atau bunga berjalan).
b. Obligasi Tanpa Bunga (Zero Coupon Bond)
Obligasi Tanpa Bunga atau Zero Coupon Bond adalah jenis surat utang yang tidak ada bunga dan tidak memberikan kupon
secara berkala. Biasanya, investor akan mendapatkan keuntungan dari hasil selisih harga jual diskonto dan nilai awal saat
surat utang diperdagangkan. Jatuh tempo jenis obligasi zero coupon bond ini beragam, mulai dari di bawah satu tahun
hingga diatas 10 tahun.
Untuk jenis obligasi ini, Pajak Penghasilan hanya akan dikenakan pada diskontonya saja. Besarannya adalah 20% dari
selisih harga jual pada transaksi atau nilai nominal saat jatuh tempo obligasi di atas harga perolehan obligasi itu sendiri.
Obligasi ini juga tidak memberikan pembayaran bunga dan diperdagangkan dengan pemberian potongan harga dari par
value atau nilai pari. Sebagai catatan, pemengan obligasi jenis ini anak menerima pokok hutang secara penuh pada saat
jatuh tempo obligasi.
c. Obligasi Suku Bunga atau Kupon Tetap (Fixed Coupon Bond)
Obligasi Fixed Coupon adalah obligasi yang menawarkan tingkat suku bunga yang nilainya tetap sampai jatuh tempo surat
utang tiba. Obligasi suku bunga tetap ditawarkan dengan besaran tetap yang dibayar secara berkala selama masa berlaku
obligasi.
d. Obligasi Suku Bunga atau Kupon Mengambang (Floating Rate Note Coupon Bond)
Obligasi Suku Bunga Mengambang atau Floating Rate Note (FRN) adalah jenis obligasi yang memiliki kupon dengan
perhitungan besaran bunga yang mengacu pada suatu indeks pasar uang, seperti LIBOR atau Euribor.
Kupon yang ditawarkan oleh jenis obligasi ini bisa berubah nilainya tergantung dengan indeks pasar uang. Pada obligasi
ini, terdapat kupon batas minimal di dalamnya yang berarti kupon yang pertama ditetapkan akan menjadi besaran kupon
minimal yang berlaku sampai waktu jatuh tempo.
5. JENIS-JENIS OBLIGASI BERDASARKAN IMBAL HASIL
Umumnya, jenis obligasi berdasarkan imbal hasil terbagi menjadi dua. Ada obligasi konvensional dan obligasi syariah.
Namun, ada pula jenis obligasi lainnya berdasarkan imbal hasil. Berikut ini penjelasan lebih lengkapnya terkait kelompok
obligasi tersebut.
b. Obligasi Subordinasi
Obligasi Subordinasi adalah obligasi yang memiliki peringkat prioritas lebih rendah ketimbang obligasi lainnya yang
diterbitkan oleh penerbit dalam hal terjadinya likudisasi. Dengan risiko yang lebih tinggi, obligasi subordinasi ini biasanya
memiliki peringkat kredit lebih rendah ketimbang obligasi senior.
Contoh obligasi subordinasi adalah obligasi yang diterbitkan oleh perbankan serta pada Efek Beragun Aset.
c. Efek Beragun Aset
Efek Beragun Aset adalah obligasi yang pembayaran bunga serta pokok utangnya dijamin oleh arus kas yang diperoleh dari
penghasilan aset sebagai acuannya.
Contoh dari obligasi Efek Beragun Aset adalah Efek Beragun KPR (mortgage-backed security-MBS), Collateralized Mortgage
Obligation (CMOs), dan Collateralized Debt Obligation (CDOs).
e. Obligasi Abadi
Istilah untuk jenis obligasi yang tidak memiliki jatuh tempo adalah obligasi abadi. Terkadang, obligasi abadi ini juga dilihat
berdasarkan nilai tunai obligasi yang nilai pokoknya mendekati nol.
j. Eurobond
Eurobond adalah obligasi yang dikeluarkan dalam mata uang asing dan diterbitkan di luar negeri.
k. Yankee Bond
Yankee Bond adalah obligasi yang diterbitkan dengan mata uang setempat sesuai wilayah atau tempat obligasi itu
ditawarkan.
Perusahaan atau entitas lain sebagai penerbit kemudian menerbitkan obligasi. Persyaratan untuk menerbitkan surat utang
mencakup syarat pinjaman, pembayaran bunga, serta tanggal jatuh tempo atau waktu di mana dana pinjaman (pokok
obligasi) tersebut harus dibayar kembali.
6. DAPAT DIJAMINKAN
Bisa dijaminkan sebagai agunan, seperti halnya obligasi negara.
Risiko Obligasi
Hingga saat ini tak satu pun produk investasi yang hanya memiliki kelebihan tanpa memiliki kekurangan. Selain kelebihan
dan jenis-jenis obligasi tadi yang sudah kamu ketahui, obligasi juga memiliki kekurangan/Resiko yang perlu
diperhatikan, antara lain:
1. GAGAL BAYAR
Penerbit obligasi memiliki risiko gagal bayar dan konsekuensinya adalah investor tak hanya tidak memperoleh untung,
tetapi tak mendapatkan kembali seluruh pokok utang. Namun, tak perlu khawatir karena kekurangan ini tak berlaku pada
obligasi negara yang terlindungi oleh undang-undang.
2. MATURITAS
Untuk risiko obligasi dari segi maturitas, tingkat risikonya akan semakin tinggi apabila masa jatuh tempo semakin panjang.
Penyebabnya adalah pihak penerbit obligasi akan menambahkan kupon bunga yang cukup tinggi pada jenis obligasi dengan
durasi jatuh tempo lama.
3. SUKU BUNGA
Rentan terhadap perubahan suku bunga, ekonomi, dan kondisi politik yang tidak stabil. Biasanya, perubahan-perubahan
tersebut juga berdampak pada pasar keuangan. Nilai obligasi akan naik ketika BI Rate turun. Pada kasus lainnya, saat suku
bunga bank bertambah, nilai obligasi akan cenderung lebih rendah.
4. RUGI JUAL SEBELUM JATUH TEMPO
Menjual obligasi sebelum jatuh tempo di Pasar Sekunder akan menimbulkan kerugian bagi investor karena harga jualnya
lebih rendah dari harga belinya.
5. FLUKTUASI PERINGKAT
Pada risiko obligasi ini, investasi sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan pasar serta posisi peringkat di pasar saham.
Akibatnya, hal ini akan menurunkan permintaan atau nilai obligasi maupun sebaliknya secara fluktuatif.
6. LIKUIDITAS
Di pasar sekunder, terdapat risiko berupa sulitnya obligasi terjual. Jika permintaan obligasi di pasar cukup tinggi, obligasi
menjadi likuid. Kupon bunga, masa jatuh tempo obligasi, serta karakteristik penerbit menjadi faktor-faktor yang
berpengaruh pada risiko ini.