PERTEMUAN 10
MK 1
Hendri Affandi
RPS pert.minggu 10 & 11
Minggu ke-10
- Common stock valuation: zero growth, constant growth, non constant growth, two-stage
growth
- Fitur saham biasa & istimewa
- Pasar saham
Minggu ke-11
- Risiko bisnis& keuangan
- BEP, Leverage: DOL, DFL, DTL
01
SAHAM PREFEREN
&
SAHAM BIASA
A. SAHAM PREFEREN
Saham preferen mempunyai sifat gabungan (hybrid) antara obligasi (bond) dan saham biasa. Seperti bond yang
membayarkan bunga atas pinjaman, saham preferen juga memberikan hasil yang tetap berupa dividen preferen.
Seperti saham biasa, dalam hal likuidasi, klaim pemegang saham preferen di bawah klaim pemegang obligasi (bond).
Dibandingkan dengan saham biasa, saham preferen mempunyai beberapa hak, yaitu hak atas dividen tetap dan hak
pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi. Akan tetapi, saham preferen umumnya tidak mempunyai hak veto
seperti yang dimiliki olch saham biasa.
a) Saham Preferen, menjadi yang diutamakan dalam pembagian dividen apabila perusahaan mendapatkan omzet.
Mendapat penawaran dengan berbagai cara, diantaranya cumulative preference share (pembagian dividen sekaligus
pada akhir tahun dengan sistem akumulasi yang diberikan di tahun berikutnya).
b) Participating preference share (pemegang saham lebih diprioritaskan atas keuntungan perusahaan). Tidak hanya
memperoleh dividen namun pemegang saham juga berhak atas keuntungan perusahaan yang masih tersisa. Salin itu
saham preferen dapat memberi nilai dividen yang lebih besar daripada yang diterima pemegang saham biasa.
c) Terakhir, apabila perusahaan melakukan likuiditas, maka pihaknya akan lebih dahulu mendapat pencairan uang
hasil investasi daripada pengembalian modal kepada pemegang saham biasa.
02 Hak Preemptif
(Preemptive Right) merupakan hak untuk mendapatkan persentase pemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan
tambahan lembar saham. Jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham, maka jumlah saham yang beredar
akan lebih banyak dan akibatnya persentase kepemilikan pemegang saham yang lama akan turun. Hak Preemptif
memberi prioritas kepada pemegang saham lama untuk membeli tambahan saham yang baru.
Bila harga saham adalah nominal yang kita beli, maka nilai intrinsik adalah nominal yang investor dapat bila
perusahaan tersebut dijual. Jadi, melalui analisis valuasi saham, kita akan membandingkan nilai wajar (intrinsik)
dengan harga pasar saham saat itu. Untuk menghitung valuasi saham, kita dapat menggunakan beberapa macam rasio
seperti PER (Price Earning Ratio), PBV (Price to Book Value), ROE (Return on Equity), EPS (Earning per Share),
dan DER (Debt Equity Ratio).
Berdasarkan rasio keuangan tersebut kita dapat membandingkan emiten satu dengan emiten lainnya. Metode ini
dinamakan sebagai metode komparatif.
Indikator Analisis Valuasi Saham
Nilai Intrinsik Nilai Intrinsik Nilai Intrinsik
> Harga Pasar < Harga Pasar = Harga Pasar
Berarti saham tersebut dalam Berarti saham tersebut mulai Berarti saham tersebut
kondisi murah (undervalued), mahal (Overvalued), jadi menunjukkan nilai wajar
layak dibeli atau ditahan bila baiknya investor menjual (fair) dan kadang dianggap
saham sudah dimiliki. untuk mendapat keuntungan. kurang kurang menarik bagi
investor.
Rasio untuk Menghitung Valuasi Saham
1. Price to Earning Ratio (PER)
Price to Earning Ratio adalah rasio yang digunakan untuk menggambarkan harga saham suatu perusahaan dibandingkan
dengan keuntungan atau laba yang dihasilkan perusahaan tersebut. Jadi, kamu dapat menganalisis PER suatu
perusahaan dan membandingkannya dengan perusahaan dalam industri sejenis. Bila PER lebih kecil dari rata-rata
emiten dalam industri sejenis, artinya harga perusahaan dianggap relatif lebih murah.
Rumus Price to Earning Ratio (PER)
PER = Harga Saham / Laba per Saham (EPS)
2. Earning per Share (EPS)
Earning per Share adalah laba perusahaan yang dibagi per lembar saham. Bila EPS naik dari tahun ke tahun, maka dapat
diartikan bahwa perusahaan tersebut mengalami pertumbuhan karena labanya terus meningkat.
Rumus Earning per Share:
EPS = Laba Bersih / Jumlah Lembar Saham
3. Price to Book Value (PBV)
Price to Book Value (PBV) adalah rasio harga saham terhadap nilai buku perusahaan. Melalui PBV kita dapat melihat
besaran keliparan nilai pasar saham dengan kekayaan bersih suatu perusahaan. PBV sering digunakan untuk mencari
saham yang undervalued. Caranya dengan membandingkan PBV saham dari rata-rata PBV industri sejenis.
Rumus PBV:
PBV = Harga Saham / Nilai Buku per Saham
4. Return on Equity
Return on Equity (ROE) adalah rasio profitabilitas sebagai ukuran dari kemampuan sebuah perusahaan dalam
menghasilkan laba dari investasi pemegang saham perusahaan tersebut.
Secara sederhana ROE berfungsi untuk melihat seberapa besar keuntungan yang dihasilkan sebuah perusahaan dari tiap
satu Rupiah yang diinvestasikan pemegang saham perusahaan tersebut.
ROE dinyatakan dalam bentuk persentase (%).
Berikut rumus ROE:
ROE = Laba bersih setelah pajak / Ekuitas pemegang saham
Rumur PEG:
Price to Earnings / EPS Growth
Price to Earning Ratio = Harga Saham Saat ini / Laba per saham
EPS Growth = (EPS Tahun ini – EPS Tahun Sebelumnya) / EPS Tahun ini
Cara Melakukan
Analisis Valuasi Saham
dengan Metode
Komparatif
03
01 02 03
Tentukan sektor bisnis yang Kumpulkan emiten di sektor Cari data laporan keuangan
ingin dianalisis. bisnis tersebut. perusahaan yang dipilih.
04 05 06
Tentukan rasio keuangan Hitung rasio keuangan rata-
guna menghitung valuasi Buat tabel untuk
rata industri dengan
saham. membandingkan rasio tiap
menjumlah tiap-tiap rasio
emiten dengan rasio rata-rata
keuangan dari tiap
sektor industri tersebut.
emitennya.
CARA MENHITUNG NILAI WAJAR SAHAM (FAIR
VALUE IN STOCK)
Nilai wajar adalah harga suatu asset yang disepakati oleh pembeli dan penjual, dengan asumsi kedua belah pihak
memiliki pemgetahuan yang ideal terhadap nilai asset tersebut. Dalam konteks saham Fair value adalah harga pasar
saham yg berada pada titik tertentu yg dianggap sebanding dengan fundamental perusahaan (kondisi kinerja keuangan
perusahaan), adapun nilai pasar saham belum tentu menjadi harga wajarnya.
Contoh :
Nilai saham PT Golda Tbk. Per 04 Oktober 2021 ditutup pada level 3.980 per lembar, ini adalah nilai pasar yg
merupakan kesedian investor untuk membayar harga saham PT. Golda tbk. di pasar bursa. Padahal pada awal Januari
2021 nilai saham PTGolda Tbk. berada di level 7.475 per lembar. Artinya harga saham PT Golda tbk. terdepresiasi
hamper hampir 50%.
Nah dari hal tersebut diatas bagaimana pendapat anda, apakah harga saham perusahaan tersebut mahal ata murah,nah
untuk menentukan berapa harga saham yg wajar tentunya harus di nilai factor fundamental perusahaan (kinerja
keuangan).
Metode yg biasa digunakan adalah “Market Value Ratio”
1.Ratio Likuiditas
2. Ratio Leverage
3. Ratio Provitabilitas
4. Ratio Aktivitas
Ratio Nilai Pasar
1. Price to earning ratio (PER) = Harga saham / EPS, dimana, EPS = Laba bersih / jumlah saham yg beredar
Contoh:
Harga saham PT citra garda tbk Rp. 10.000/lembar dan memiiki EPS 500, maka “PER” nya = 10.000/500 = 20 kali,
artinya harga saham PT citra garda 20 kali lebih besar daripada EPS (harga per saham nya), info yg di dapat bahwa
rata rata industri sejenis PER nya 10 kali, berarti PER PT citra garda tbk.,di atas rata rata industri sejenis. Berarti
harga saham PT Citra Garda dianggap mahal (overvalued)., semestinya harga sahamnya Rp.5000, supaya bisa
mendekati rata rata PER industry. Namun di sisi lainnya nilai saham diatas PER industri mengindikasikan
bahwaprospeksaham tersebut dianggap sangat baik dan cerah, sehingga para investor berani beli dgn harga mahal.
2. Price to book value (PBV)
Membandingkan harga saham dengan niai bukunya.
PBV = Harga saham / BV PS (book value per share), BV PS = Saham Biasa / outstanding share
Contoh :
Harga Saham PT Golda tbk. tahun 2020 sebesar Rp.40.000,- per lembar, dengan nilai BVPS = Rp. 18.000,- , maka
PBV = 40000/18000 = 2,22 kali, hal ini menunjukan harga saham PT Golda lebih besar daripada nilai bukunya. Cara
inteprestasi harga saham wajar(fair Value) : bahwa jika Nilai PBV = 1, dengan kata lain harga saham harus setara
atau sama dengan nilai bukunya . Sehingga saham dengan PBV lebih besar dari 1 dianggap mahal (overvalued).
Sedangkan saham dengan PBV lebih kecil dari 1 dapat dianggap murah (undervalued). Untuk menganalisis PBV,
Anda juga bisa menggunakan pendekatan analisis perbandingan industri.
TERIMA
KASIH