Dua kanalopaty yaitu sodium channel mutation (SCN4A) and calcium channel mutation (CACNA1S), sudah teridentifikasi
menyebabkan hypoPP yg salah satunya menyebabkan anomalous leakage current yang aktif pada potensial istirahat
02 sehingga menghasilkan kerentanan terhadap depolarisasi paradoks paralisis periodik.
Pada pasien dengan mutase SCN4A dan saluran CACNA1S, penurunan kecil serum K cukup untuk depolarisasi
paradoks.
Hipokalemia derajat ringan dipicu oleh aktivasi beta adrenoseptor (olahraga, stres, dll.) atau paparan insulin
mengaktifkan Na/K ATPase masuknya K ke dalam sel Otot menjadi terdepolarisasi.
Gejala UMUM
• Mulai muncul pada dekade pertama atau kedua
• Kelemahan otot secara intermiten baik fokal atau
general
• Myotonia
• Mual
• Penurunan energi (lemas) Gejala SPESIFIK
• Penurunan kemampuan dalam bersosial, • Usia 15 – 35 tahun dan >> usia pubertas
berkeluarga, bersekolah, dan aktivitas lainnya • Serangan dapat menyerang secara spontan dapat
dipicu oleh karena makanan kaya karbohidrat,
alkohol, konsumsi gentamicin, tetrasiklin, vitamin
B12, thiazid, loop diuretik
• Muncul saat bangun tidur atau setelah istirahat
Hipokalemi (<2,5 mEq/L)
• Paling banyak terjadi pada otot proksimal anggota
gerak bawah dan dapat memberat secara
progresif
• Serangan akut dapat menyerang berulang dalam
harian, mingguan, atau bulanan
kelumpuhan hiperkalemia (HyperPP)
• Merupakan paralisis yang diakibatkan karena mutasi gen kanal natrium (SCN4A) pada kromososm
17q23.
• Mutasi ini mengakibatkan perubahan fungsi pada kanal yaitu dapat berupa kerusakan dalam
menginaktivasi kanal maupun aktivasi yang terlalu berlebihan. Mutasi gen tersebut menyebabkan
influx natrium secara terus menerus dan menyebabkan depolarisasi secara terus-menerus pada otot
rangka sehingga terus menstimulus persarafannya. Natrium influx akan diikuti dengan adanya kalium
eflux sehingga akan meningkatkan kadar kalium di ekstraseluler.
Gambaran karakteristik HyperPP serangan kelemahan ekstremitas dan peningkatan kalium serum
selama serangan, tetapi ada beberapa pasien memiliki kadar kalium serum normal selama serangan.
Mutasi SCNA channel influx sodium & depolarisasi yang berkelanjutan yang karenanya menjadi tidak
sensitif terhadap rangsangan saraf myotonia ( kekakuan & kelemahan otot )
Gejala UMUM
• Mulai muncul pada dekade pertama atau
kedua
• Kelemahan otot secara intermiten baik fokal
atau general
• Myotonia
• Penurunan energi (lemas)
• Penurunan kemampuan dalam bersosial,
berkeluarga, bersekolah, dan aktivitas
lainnya
Gejala SPESIFIK
• Mulai muncul pada usia dekade pertama <20 tahun dan banyak terjadi pada usia anak-anak
• Dipicu karena mengkonsumsi kalium yang terlalu tinggi, istirahat setelah olahraga, puasa,
paparan dingin, stres emosional, kehamilan, setelah mengkonsumsi ACEi, suplementasi vitamin
K dengan diuretik hemat kalium atau pasien dengan kondisi gagal ginjal kronis
• Biasanya muncul pada 2 jam pada pagi hari bangun tidur atau setelah melakukan aktivitas
• Dapat disertai myotonia
• Hiperkalemi > 4,2 mEq/L
• Lebih dari 80% pasien > 40 tahun akan mengalami kelemahan anggota gerak secara permanen
dan sepertiga lainnya berkembang menjadi miopati progresif kronik
• Serangan pada HyperPP terjadi lebih sering dan durasinya lebih pendek daripada serangan
pada HypoPP
sindrom Andersen-Tawil
• paralisis yang diakibatkan karena mutasi gen KCNJ2 yang mengkode influx kanal kalium,
stabilisasi resting potential otot lurik dan cardiac myotomes.
• berefek pada jaringan multipel dan memiliki fenotip yang lebih bervariasi.
• Muncul biasanya setelah bangun tidur • serangan dapat terjadi secara ringan • tanyakan kepada pasien apakah
atau terjadi pada istirahat setelah dan berat. baru-baru ini mengkonumsi obat
olahraga • Selama serangan ringan, pasien diuretik, ACE-inhibitor, ARB,
mengeluhkan lelah dan lemah otot carbenoloxon-sodium, gentamicin
yang dapat hilang dalam hitungan carbenicilin.
jam. • apakah ada riwayat gastroenteritis,
• Pada serangan berat, pasien secara oliguria, anuria, perdarahan post
penuh tidak dapat bergerak. partum berat, atau abortus sepsis.
PENEGAKAN DIAGNOSA
anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, ECG, dan EMG. Pada beberapa pasien juga
membutuhkan biopsi otot
PEMERIKSAAN FISIK
PRIMER SEKUNDER
Kadar serum kalium Urinalisa, gula darah, urea darah, T3 dan T4 Bebas
serum kreatinin
• Biasanya ditemukan normal pada Pada Thyrotoxic periodic paralysis dapat
paralisis periodik primer dan abnormal ditemukan meningkat
Untuk menyingkirkan adanya nefropati
pada paralisis periodik sekunder.
diabetikum, gagal ginjal akut atau kronis, dan
• Pada saat serangan kadar kalium dalam
tirotoksikosis
serum dapat ditemukan meningkat,
menurun, atau diatas hingga dibawah
rata-rata ambang normal.
• Pengecekan kadar serum kalium dapat
menunjukkan fluktuasi pada paralisis
periodik normokalium
PENEGAKAN DIAGNOSA
anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, ECG, dan EMG. Pada beberapa pasien juga
membutuhkan biopsi otot
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
• Tes Glukosa 5 mg/kg PO atau glukosa 3 mg/kg IV • Tes kalium klorida 1-2 mEq/kg PO. Jika
diberikan per jam serangan paralisis periodik terprovokasi dalam
• Dilakukan monitor EKG dan evaluasi selama 15-30 1,5 – 3 jam maka di diagnosis paralisis
menit dan di follow up 12 jam setelah pemberian periodik hiperkalemi atau normokalemi.
glukosa. Jika serangan tipikal, dapat • Tes kalium secara loading IV (kalium klorida
dikonfirmasikan sebagai hipokalemi paralisis 0,005 - 0,15 mg/kg) dapat menginduksi
periodik. Lebih direkomendasikan menggunakan kelemahan pada beberapa kasus. Lebih
oral. direkomendasikan menggunakan oral.
PENEGAKAN DIAGNOSA
anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, ECG, dan EMG. Pada beberapa pasien juga
membutuhkan biopsi otot
TES PROVOKATIF
Tes Terapeutik
• Jika pemberian
furosemid PO/IV atau
normal salin IV atau
kalsium glukonas IV 20% 10 ml atau
salbutamol IM/SC
dapat menimbulkan serangan dan kadar serum kalium
normal atau diatas/dibawah ambang batas, diagnosis
paralisis periodik normokalemi dapat
dipertimbangkan.
Tabel 2. Kriteria diagnostik suportif untuk HypoPP
1. Dua atau lebih serangan kelemahan otot dengan serum K <3,5 mEq/L
2. Satu serangan kelemahan otot pada proband, dan 1 serangan kelemahan pada 1 kerabat
dengan serum K < 3,5 mEq/L pada setidaknya 1 serangan
3. Tiga dari 6 klinis atau laboratorium:
a. Onset pada dekade pertama atau kedua
b. Durasi serangan (kelemahan otot yang melibatkan 1 atau lebih anggota badan)>2 jam
c. Pemicu positif (makan tinggi karbohidrat, istirahat setelah olahraga, stres)
d. Perbaikan dengan asupan kalium
e. Riwayat keluarga positif atau mutasi saluran kalsium atau natrium tulang yang
dikonfirmasi secara genetik
f. Tes latihan panjang McManis positif
4. Pengecualian penyebab lain hipokalemia (disfungsi ginjal, adrenal, tiroid; asidosis tubulus
ginjal; penyalahgunaan diuretik dan pencahar)
5. Tidak adanya miotonia (secara klinis atau laten terdeteksi oleh jarum EMG), kecuali kelopak
mata
Tabel 3 Kriteria diagnostik yang mendukung untuk HyperPP
1. Dua atau lebih serangan kelemahan otot dengan serum K >4,5 mEq/L yang terdokumentasi
2. Satu serangan kelemahan otot pada proband, dan 1 serangan kelemahan pada 1 kerabat dengan
serum K >4,5 mEq yang terdokumentasi /L dalam sedikitnya 1 serangan
3. Tiga dari 6 klinis atau laboratorium:
a. Onset sebelum dekade ketiga
b. Durasi serangan (kelemahan otot yang melibatkan 1 atau lebih anggota badan)<2 jam
c. Pemicu positif (olahraga, stres)
d. Miotonia
e. Riwayat keluarga positif atau mutasi saluran natrium kerangka yang dikonfirmasi secara
genetik
f. Tes latihan panjang McManis positif
4. Pengecualian penyebab lain hiperkalemia (disfungsi ginjal, adrenal, tiroid; penggunaan diuretik
hemat kalium)
Tabel 4. Kriteria diagnostik yang mendukung untuk sindrom Andersen-Tawil.