Anda di halaman 1dari 28

Periodic paralisis

Here is where your presentation begins


Latar Belakang

Periodik paralisis merupakan kelainan neuromuskular


genetik autosomal yang langka, adanya gangguan dengan
mutasi pada natrium, kalsium Channels dan kalium otot
rangka.

Umumnya PP yaitu serangan kelumpuhan otot yang


Mutasi saluran ion yang diwariskan dalam pola
menyebabkan morbiditas dan gangguan kualitas hidup.
dominan autosomal adalah penyebab sindrom PP
Serangan sering dipicu oleh perilaku atau diet, dan sering
dikaitkan dengan perubahan kadar serum kalium.
primer. Mereka terkait dengan perubahan serum kalium
dan bermanifestasi pada masa kanak-kanak hingga usia
dewasa muda.
Paralisis periodik primer

kelumpuhan hipokalemia (HypoPP)

01 Paralisis periodik hipokalemia dapat terjadi dalam tiga keadaan.


1. Kanalopati yang diwariskan (genetik)  hipokalemia dan kelumpuhan.
2. tirotoksikosis memicu hipokalemia dan kelumpuhan
3. Mekanisme lain  kondisi hypoK menyebabkan kelumpuhan (secondary hypoPP)

Dua kanalopaty yaitu sodium channel mutation (SCN4A) and calcium channel mutation (CACNA1S), sudah teridentifikasi
menyebabkan hypoPP yg salah satunya menyebabkan anomalous leakage current yang aktif pada potensial istirahat
02 sehingga menghasilkan kerentanan terhadap depolarisasi paradoks paralisis periodik.

Pada pasien dengan mutase SCN4A dan saluran CACNA1S, penurunan kecil serum K cukup untuk  depolarisasi
paradoks.
Hipokalemia derajat ringan dipicu oleh aktivasi beta adrenoseptor (olahraga, stres, dll.) atau paparan insulin
mengaktifkan Na/K ATPase masuknya K ke dalam sel Otot menjadi terdepolarisasi.
Gejala UMUM
• Mulai muncul pada dekade pertama atau kedua
• Kelemahan otot secara intermiten baik fokal atau
general
• Myotonia
• Mual
• Penurunan energi (lemas) Gejala SPESIFIK
• Penurunan kemampuan dalam bersosial, • Usia 15 – 35 tahun dan >> usia pubertas
berkeluarga, bersekolah, dan aktivitas lainnya • Serangan dapat menyerang secara spontan dapat
dipicu oleh karena makanan kaya karbohidrat,
alkohol, konsumsi gentamicin, tetrasiklin, vitamin
B12, thiazid, loop diuretik
• Muncul saat bangun tidur atau setelah istirahat
Hipokalemi (<2,5 mEq/L)
• Paling banyak terjadi pada otot proksimal anggota
gerak bawah dan dapat memberat secara
progresif
• Serangan akut dapat menyerang berulang dalam
harian, mingguan, atau bulanan
kelumpuhan hiperkalemia (HyperPP)

• Merupakan paralisis yang diakibatkan karena mutasi gen kanal natrium (SCN4A) pada kromososm
17q23.
• Mutasi ini mengakibatkan perubahan fungsi pada kanal yaitu dapat berupa kerusakan dalam
menginaktivasi kanal maupun aktivasi yang terlalu berlebihan. Mutasi gen tersebut menyebabkan
influx natrium secara terus menerus dan menyebabkan depolarisasi secara terus-menerus pada otot
rangka sehingga terus menstimulus persarafannya. Natrium influx akan diikuti dengan adanya kalium
eflux sehingga akan meningkatkan kadar kalium di ekstraseluler.

Gambaran karakteristik HyperPP  serangan kelemahan ekstremitas dan peningkatan kalium serum
selama serangan, tetapi ada beberapa pasien memiliki kadar kalium serum normal selama serangan.
Mutasi SCNA channel  influx sodium & depolarisasi yang berkelanjutan  yang karenanya menjadi tidak
sensitif terhadap rangsangan saraf  myotonia ( kekakuan & kelemahan otot )
Gejala UMUM
• Mulai muncul pada dekade pertama atau
kedua
• Kelemahan otot secara intermiten baik fokal
atau general
• Myotonia
• Penurunan energi (lemas)
• Penurunan kemampuan dalam bersosial,
berkeluarga, bersekolah, dan aktivitas
lainnya
Gejala SPESIFIK
• Mulai muncul pada usia dekade pertama <20 tahun dan banyak terjadi pada usia anak-anak
• Dipicu karena mengkonsumsi kalium yang terlalu tinggi, istirahat setelah olahraga, puasa,
paparan dingin, stres emosional, kehamilan, setelah mengkonsumsi ACEi, suplementasi vitamin
K dengan diuretik hemat kalium atau pasien dengan kondisi gagal ginjal kronis
• Biasanya muncul pada 2 jam pada pagi hari bangun tidur atau setelah melakukan aktivitas
• Dapat disertai myotonia
• Hiperkalemi > 4,2 mEq/L
• Lebih dari 80% pasien > 40 tahun akan mengalami kelemahan anggota gerak secara permanen
dan sepertiga lainnya berkembang menjadi miopati progresif kronik
• Serangan pada HyperPP terjadi lebih sering dan durasinya lebih pendek daripada serangan
pada HypoPP
sindrom Andersen-Tawil

• paralisis yang diakibatkan karena mutasi gen KCNJ2 yang mengkode influx kanal kalium,
stabilisasi resting potential otot lurik dan cardiac myotomes.
• berefek pada jaringan multipel dan memiliki fenotip yang lebih bervariasi.

Sindrom Andersen-Tawil ditandai dengan trias


• kelemahan otot flaccid episodik
• kelainan jantung (aritmia ventrikel, interval QT yang memanjang, dan gelombang U yang
menonjol), dan
• ciri-ciri tulang yang khas (telinga rendah, hipertelorisme okular, mandibula kecil, sindaktili (jari
nyambung), perawakan pendek, skoliosis, dan dahi lebar).
PENEGAKAN DIAGNOSA
anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, ECG, dan EMG. Pada beberapa pasien juga
membutuhkan biopsi otot
ANAMNESA

Riwayat kelemahan pada otot Usia Riwayat Penyakit Keluarga


• Kelemahan akan muncul mulai bagian • Pada anak-anak banyak terjadi riwayat penyakit keluarga dapat
proksimal ke distal
• Kelemahan dapat di lokalisasi paralisisnya
hypercalemic primary periodic mempengaruhi dengan kuat
pada satu atau dua anggota gerak pralysis dan paramyotonia terjadinya paralisis periodik primer
• Paralisis dapat terjadi 1- 24 jam atau congenita. 33%.
beberapa hari dan dapat terjadi bisa • Pada usia pubertas tapi kurang
harian atau tahunan.
• Pada beberapa pasien terjadi kelemahan dari 25-30 tahun terjadi
yang progresif dan permanen tanpa hypercalemic primary periodic
riwayat sebelumnya mengalami paralisis pralysis.
pada waktu muda. • Usia diatas 25 tahun banyak
• Pada kasus berat, otot respirasi dan otot
yang dipersarafi oleh saraf kranial dapat terjadi paralisis periodik
terkena. sekunder.
PENEGAKAN DIAGNOSA
anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, ECG, dan EMG. Pada beberapa pasien juga
membutuhkan biopsi otot
ANAMNESA

Waktu Intensitas Riwayat Konsumsi Obat

• Muncul biasanya setelah bangun tidur • serangan dapat terjadi secara ringan • tanyakan kepada pasien apakah
atau terjadi pada istirahat setelah dan berat. baru-baru ini mengkonumsi obat
olahraga • Selama serangan ringan, pasien diuretik, ACE-inhibitor, ARB,
mengeluhkan lelah dan lemah otot carbenoloxon-sodium, gentamicin
yang dapat hilang dalam hitungan carbenicilin.
jam. • apakah ada riwayat gastroenteritis,
• Pada serangan berat, pasien secara oliguria, anuria, perdarahan post
penuh tidak dapat bergerak. partum berat, atau abortus sepsis.
PENEGAKAN DIAGNOSA
anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, ECG, dan EMG. Pada beberapa pasien juga
membutuhkan biopsi otot
PEMERIKSAAN FISIK

PRIMER SEKUNDER

Biasanya tidak ditemukan kelainan Pada pasien paralisis periodik


pada pemeriksaan fisik pasien sekunder, gejala underlying
paralisis periodik primer. disease yang akan tampak pada
pemeriksaan fisik. Misalkan pada,
gagal ginjal kronis, nefropati
diabetikum, glomerulonefritis akut,
nekrosis tubular akut. Serangan
awal paralisis periodik dapat terjadi
sebelum, bersamaan, atau segera
setalah keluhan underlying disease
muncul.
PENEGAKAN DIAGNOSA
anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, ECG, dan EMG. Pada beberapa pasien juga
membutuhkan biopsi otot
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

Kadar serum kalium Urinalisa, gula darah, urea darah, T3 dan T4 Bebas
serum kreatinin
• Biasanya ditemukan normal pada Pada Thyrotoxic periodic paralysis dapat
paralisis periodik primer dan abnormal ditemukan meningkat
Untuk menyingkirkan adanya nefropati
pada paralisis periodik sekunder.
diabetikum, gagal ginjal akut atau kronis, dan
• Pada saat serangan kadar kalium dalam
tirotoksikosis
serum dapat ditemukan meningkat,
menurun, atau diatas hingga dibawah
rata-rata ambang normal.
• Pengecekan kadar serum kalium dapat
menunjukkan fluktuasi pada paralisis
periodik normokalium
PENEGAKAN DIAGNOSA
anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, ECG, dan EMG. Pada beberapa pasien juga
membutuhkan biopsi otot
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

TSH CPK (Creatine Phospokinase) dan EKG


serum myoglobin
• Pada Thyrotoxic periodic paralysis Ditemukan tinggi pada paralisis periodik Pada paralisis periodik Andersen’s
kadar TSH dapat ditemukan menurun primer selama atau setelah serangan. cardio-dysrhythmic pemeriksaan EKG
dan monitor holter akan menunjukkan
disritmia jantung
PENEGAKAN DIAGNOSA
anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, ECG, dan EMG. Pada beberapa pasien juga
membutuhkan biopsi otot
PEMERIKSAAN
PENUNJANG DNA Test

Pengujian genetik mengidentifikasi mutasi


EMG Biopsi otot patogen heterozigot pada 60% hingga 70%
pasien yang memenuhi kriteria klinis.
• HypoPP : gennya CACNA1S (CaV.1) atau
• hipokalemi paralisis periodik : Pada paralisis periodik primer dapat SCN4A dan kromosomnya adalah 1q31-
Selama serangan, akan tampak ditemukan single atau multipel vakuola 32 atau 17q23-25
gambaran fibrilasi dan kompleks yang terletak di sentral pada hipokalemi • HyperPP : gennya adalah SCN4A (NaV
secara repetitif, yang ditingkatkan paralisis periodik. Pada hiperkalemi 1.4) dan kromosomnya 17q23-25
oleh suhu dingin dan dapat paralisis periodik ditemukan vakuola dan • Sindrom Andersen-Tawil : gennya
diturunkan karena olahraga. tubular teragregrasi. adalah KCNJ2 (Kir2.1) dan kromosomnya
• hiperkalemi dan hipokalemi adalah 17q23.
paralisis periodik : Selama
serangan EMG dapat menunjukkan
electrical silence
• Hiperkalemi paralisis periodik :
gambaran myotonic pada beberapa
gelombang
PENEGAKAN DIAGNOSA
anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, ECG, dan EMG. Pada beberapa pasien juga
membutuhkan biopsi otot
TES PROVOKATIF

Tes Glukosa Tes Kalium Klorida

• Tes Glukosa 5 mg/kg PO atau glukosa 3 mg/kg IV • Tes kalium klorida 1-2 mEq/kg PO. Jika
diberikan per jam serangan paralisis periodik terprovokasi dalam
• Dilakukan monitor EKG dan evaluasi selama 15-30 1,5 – 3 jam maka di diagnosis paralisis
menit dan di follow up 12 jam setelah pemberian periodik hiperkalemi atau normokalemi.
glukosa. Jika serangan tipikal, dapat • Tes kalium secara loading IV (kalium klorida
dikonfirmasikan sebagai hipokalemi paralisis 0,005 - 0,15 mg/kg) dapat menginduksi
periodik. Lebih direkomendasikan menggunakan kelemahan pada beberapa kasus. Lebih
oral. direkomendasikan menggunakan oral.
PENEGAKAN DIAGNOSA
anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, ECG, dan EMG. Pada beberapa pasien juga
membutuhkan biopsi otot
TES PROVOKATIF

Tes Air Dingin Epinefrin, nor-epinefrin, kortikosteroid


• handuk yang sudah diberikan air dingin diletakkan Pemberian secara parenteral dapat memprovokasi
pada mata pasien yang tertutup dalam satu menit. serangan serangan hipokalemi paralisis
• Lalu minta pasien untuk membuka mata dan melirik periodik.
keatas untuk 2 detik lalu kebawah. Sklera akan
terlihat diatas kornea (lig lag) merupakan
hiperkalemia atau normokalemia paralisis
periodik.
PENEGAKAN DIAGNOSA
anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, ECG, dan EMG. Pada beberapa pasien juga
membutuhkan biopsi otot
TES PROVOKATIF

Tes Terapeutik

• Jika pemberian
furosemid PO/IV atau
normal salin IV atau
kalsium glukonas IV 20% 10 ml atau
salbutamol IM/SC
dapat menimbulkan serangan dan kadar serum kalium
normal atau diatas/dibawah ambang batas, diagnosis
paralisis periodik normokalemi dapat
dipertimbangkan.
Tabel 2. Kriteria diagnostik suportif untuk HypoPP
1. Dua atau lebih serangan kelemahan otot dengan serum K <3,5 mEq/L 
2. Satu serangan kelemahan otot pada proband, dan 1 serangan kelemahan pada 1 kerabat
dengan serum K < 3,5 mEq/L pada setidaknya 1 serangan 
3. Tiga dari 6 klinis atau laboratorium: 
a. Onset pada dekade pertama atau kedua 
b. Durasi serangan (kelemahan otot yang melibatkan 1 atau lebih anggota badan)>2 jam 
c. Pemicu positif (makan tinggi karbohidrat, istirahat setelah olahraga, stres) 
d. Perbaikan dengan asupan kalium 
e. Riwayat keluarga positif atau mutasi saluran kalsium atau natrium tulang yang
dikonfirmasi secara genetik 
f. Tes latihan panjang McManis positif 
4. Pengecualian penyebab lain hipokalemia (disfungsi ginjal, adrenal, tiroid; asidosis tubulus
ginjal; penyalahgunaan diuretik dan pencahar)
5. Tidak adanya miotonia (secara klinis atau laten terdeteksi oleh jarum EMG), kecuali kelopak
mata
Tabel 3 Kriteria diagnostik yang mendukung untuk HyperPP
1. Dua atau lebih serangan kelemahan otot dengan serum K >4,5 mEq/L yang terdokumentasi 
2. Satu serangan kelemahan otot pada proband, dan 1 serangan kelemahan pada 1 kerabat dengan
serum K >4,5 mEq yang terdokumentasi /L dalam sedikitnya 1 serangan 
3. Tiga dari 6 klinis atau laboratorium: 
a. Onset sebelum dekade ketiga 
b. Durasi serangan (kelemahan otot yang melibatkan 1 atau lebih anggota badan)<2 jam 
c. Pemicu positif (olahraga, stres) 
d. Miotonia 
e. Riwayat keluarga positif atau mutasi saluran natrium kerangka yang dikonfirmasi secara
genetik 
f. Tes latihan panjang McManis positif 
4. Pengecualian penyebab lain hiperkalemia (disfungsi ginjal, adrenal, tiroid; penggunaan diuretik
hemat kalium)
Tabel 4. Kriteria diagnostik yang mendukung untuk sindrom Andersen-Tawil.

A. Adanya 2 dari 3 kriteria berikut : 


- Paralisis periodik 
- Aritmia jantung simtomatik atau bukti EKG dari gelombang U yang membesar, ektopi ventrikel atau
interval QTc atau QUc yang memanjang
- Fasies yang khas, anomali gigi, tangan dan kaki kecil, dan setidaknya 2 dari berikut ini: 
- Low-set telinga lebar 
- hipertelorisme /peningkatan jarak 2 organ yang berlebihan ex .Jarak mata,puting
- Mandibula kecil 
- clinodactyly / jari bengkok digit kelima 
- Syndactyly / jari nyambung jari kaki 2 dan 3 
B. Salah satu dari 3 di atas selain setidaknya 1 anggota keluarga lain yang memenuhi 2 dari 3 kriteria.
PARALISIS PERIODIK HIPOKALEMI
TATA LAKSANA
Non Farmakologi Tatalaksana selama serangan
• Melakukan aktivitas ringan (jalan kaki • Kalium klorida PO 0,2-0,4 mmol/kg tiap 30 menit hingga
mengelilingi ruangan, menggerak-gerakkan paralisis membaik max 200-250 mEq/hari ( 1 mmol = 75
mg Kcl) atau 5-10 mg PO kalium klorida diberikan dan
tangan) diulang dalam 1 jam dengan fungsi renal normal.
• Hindari konsumsi tinggi garam dan karbohidrat, • Jika kalium kloride PO tidak efektif, berikan secara IV
alkohol, stres infus 0,1 mmol/kg dalam 10% manitol (500 ml). 1 ampul
Profilaksis kalium klorida mengandung 150 mg atau 2 mmol.
• Acetazolamide (Diamox tablet 250 mg) ½ -4 Pemberian IV kontraindikasi untuk renal failure. Kalium
tablet/hari PO selama 2 minggu klorida tidak boleh diberikan dengan glukosa 5% atau
normal salin.
• Diuretik hemat kalium
• Karbonik anhidrase inhibitor Tatalaksana Kronis
Dichlorphenamide (DCP) • Dichlorphenamide 50 mg x 2 max 200 mg/hari
• Acetazolamide 125 mg x 3 selama 2 minggu
PARALISIS PERIODIK HIPERKALEMI
TATA LAKSANA
Non Farmakologi Tatalaksana selama serangan
• Melakukan aktivitas ringan (jalan kaki • Pada kasus ringan tidak membutuhkan terapi selama
konsumsi minuman manis atau permen manis dapat
mengelilingi ruangan, menggerak-gerakkan
meredakan serangan.
tangan) • Thiazid dan loop diuretik (furosemid, bumetanide) dapat
• Konsumsi snack karbohidrat, hindari makanan digunakan pada dosis tinggi untuk menurunkan kadara
kaya kalsium kalium serum hingga menjadi normal.
• Jika kadara serum kalium sangat tinggi, IV 20 ml dari
Profilaksis kalsium glukonas 20% atau IV drip normal salin, atau IV
• Acetazolamid 10% glukosa + insulin dapat diberikan
• Thiazid • Beta agonis + salbutamol 1-2 puff (0,1 mg)
• Pada kasus intoleransi diuretik, salbutamol dapat
Tatalaksana Kronis diberikan IV untuk menghentikan serangan
• Dichlorphenamide 50 mg x 2 max 200 mg/hari
• Acetazolamid 125 – 1000 mg/hari
• Thiazid HCT 25-75 mg/hari
PARALISIS PERIODIK SEKUNDER
TATA LAKSANA
• Penyebab primer harus teratasi
• Obat yang memicu terjadinya gejala harus • Sindrom Andersen : pasien harus dirawat diruang ICU
dihentikan untuk monitor jantung dan diterapi untuk disaritmia jantung.
Kadar serum kalium dapat rendah, meningkat, atau normal.
Terapi nya disesuaikan dengan kadar kaliumnya.
• Periodik paralisis hipokalemi : diberikan
suplementasi kalium

• Paralisis periodik hiperkalemi : loop diuretik,


IV glukosa + insulin atau kalsium glukonas
PROGNOSIS
Ad vitam = ad bonam
Ad sanational = ad malam
Ad fungsionam = ad bonam
KESIMPULAN
Paralisis Periodik (PP) merupakan kumpulan dari penyakit dengan etiologi yang berbeda,
berlangsung secara episodik, shord-lived, kelemahan otot rangka secara ­hypo-reflexic
dengan atau tanpa miotonia tapi tanpa defisit sensoris dan penurunan kesadaran). Paralisis
periodik dibagi menjadi dua yaitu primer dan sekunder. Paralisis periodik perimer
diturunkan secara autosomal dominan. Paralisis periodik sekunder diakibatkan dari
penyakit mendasar lainnya seperti toksisitas barium dan lain-lain.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai