Anda di halaman 1dari 15

PERADILAN DALAM PEMBINAAAN HUKUM NASIONAL

Kelompok 11 :
Imam Almusbiqi(C04218011)
Lalu Ardiansyah(C04218016)
Ade Rima Miranti(C74218036)
PENGERTIAN YURISPRUDENSI
Dalam salah satu penelitian hukum tentang peningkatan yurisprudensi sebagai
sumber hukum yang dilakukan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN)
tahun 1991/1992, telah dikumpulkan beberapa definisi yurisprudensi, yaitu antara
lain:
1. Yurisprudensi yaitu peradilan yang tetap atau hukum peradilan (Purnadi
Purbacaraka dan Soerjono Soekanto);
2. Yurisprudensi adalah ajaran hukum yang dibentuk dan dipertahankan oleh
pengadilan (Kamus Pockema Andrea); .
3. Yurisprudensi adalah pengumpulan yang sistematis dari keputusan MA dan
keputusan Pengadilan Tinggi yang diikuti oleh hakim lain dalam memberi
keputusan dalam soal yang sama (Kamus Pockema Andrea);
4. Yurisprudensi diartikan sebagai ajaran hukum yang dibentuk dan dipertahankan
oleh Peradilan (Kamus Koenen endepols);
5. Yurisprudensi diartikan sebagai pengumpulan yang sistematis dari putusan MA
dan putusan Pengadilan Tinggi (yang tercatat) yang diikuti oleh hakim-hakim
dalam memberikan putusannya dalam soal yang serupa (Kamus Van Dale);
6. Pendapat R. Subekti, Yurisprudensi adalah putusan-putusan hakim atau
pengadilan yang tetap dan dibenarkan oleh MA sebagai pengadilan kasasi, atau
putusan-putusan MA sendiri yang tetap (constant).
PENGERTIAN YURISPRUDENSI...lanjutan

M.Yahya Harahap sebagaimana dikutip oleh Edward Simarmata menguraikan adanya


beberapa fungsi yurisprudensi, yaitu:
1. menciptakan standar hukum (to settle law standard);
2. menciptakan kesatuan landasan hukum yang sama (unified legal framework) dan
kesatuan persepsi hukum yang sama (unified legal opinion);
3. menciptakan kepastian hukum;
4. mencegah terjadinya disparitas putusan pengadilan.
PENGERTIAN
PENGERTIAN
YURISPRUDENSI...lanjutan
YURISPRUDENSI
Jazim Hamidi dan Winahyu Erwiningsih menyatakan secara lebih spesifik bahwa
yurisprudensi selain sebagai sumber hukum, dalam dunia peradilan mempunyai
beberapa fungsi, diantaranya:
1. Menegakkan adanya standar hukum yang sama dalam kasus/perkara yang
sama atau serupa, dimana undang-undang tidak mengatur hal itu;
2. Menciptakan rasa kepastian hukum di masyarakat dengan adanya standar
hukum yang sama;
3. Menciptakan adanya kesamaan hukum serta sifat dapat diperkirakan
(predictable) pemecahan hukumnya;
4. Mencegah kemungkinan terjadinya disparitas perbedaan dalam berbagai
putusan hakim pada kasus yang sama, sehingga kalaulah terjadi perbedaan
putusan antara hakim yang satu dengan yang lain dalam kasus yang sama,
maka jangan sampai menimbulkan disparitas tetapi hanya bercorak sebagai
variabel secara kasuistik.
5. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa yurisprudensi adalah
manifestasi penemuan hukum.
KRITERIA YURISPRUDENSI

Dalam bidang ilmu hukum tata negara, secara umum, Jimly Asshiddiqie merumuskan ada
tujuh macam sumber hukum tata negara yaitu:
1. Nilai-nilai konstitusi yang tidak tertulis;
2. Undang-undang dasar, baik pembukaannya maupun pasal-pasalnya;
3. Peraturan perundang-undangan tertulis;
4. Yurisprudensi peradilan;
5. Konvensi ketatanegaraan atau constitusional conventions;
6. Doktrin ilmu hukum yang telah menjadi ius commisionis opinio doctorum;
7. Hukum internasional yang telah diratifikasi atau telah berlaku sebagai hukum
kebiasaan internasional.
KRITERIA YURISPRUDENSI...Lanjutan

Dalam sebuah penelitian, Yurisprudensi diterima sebagai suatu sumber hukum


dikarenakan hal-hal berikut:
1. Adanya kewajiban hakim untuk menetapkan dan memutus perkara yang diajukan
kepadanya meskipun belum ada peraturan yang mengaturnya;
2. Salah satu fungsi Pengadilan dalam pembaharuan dan pembangunan hukum ialah
menciptakan sumber hukum baru;
3. Hal yang baik dalam mencari dan menegakkan keadilan.
KRITERIA YURISPRUDENSI...Lanjutan

Menurut Utrecht ada 3 (tiga) sebab seorang hakim mengikuti keputusan hakim lain,
yaitu:
1. karena putusan hakim mempunyai kekuasaan terutama keputusan Pengadilan
Tinggi dan MA. Keputusan seorang hakim lebih tinggi diurut karena hakim ini
adalah pengawas atas pekerjaan hakim di bawahnya pula karena jasa-jasanya
dihormati oleh hakim-hakim bawahannya;
2. karena pertimbangan praktis. Seorang hakim yang memberi keputusan yang
menyimpang dari putusan hakim yang lebih tinggi yang pernah dijatuhkan atas
perkara yang sama, akan tidak dibenarkan pengadilannya apabila pihak yang
tidak menerima keputusan itu minta banding;
3. karena sependapat dengan apa yang diputuskan oleh hakim terdahulu.
KRITERIA YURISPRUDENSI...Lanjutan

Sedangkan bagi hakim, meski telah dijamin independensinya dengan asas


kebebasan hakim, namun secara faktual ditemukan ada tiga alasan bagi hakim
untuk mengikuti putusan hakim lain/sebelumnya, yaitu:
1. karena putusan hakim sebelumnya mempunyai kekuasaan (gezag), terutama
putusan yang dibuat oleh pengadilan tinggi atau MA. Hal ini juga berkaitan
dengan sisi psikologis hakim, dimana hakim akan menurut putusan hakim yang
kedudukannya lebih tinggi;
2. karena alasan praktis, yaitu bila ada putusan hakim yang bertentangan dengan
putusan hakim yang lebih tinggi atau tertinggi, maka pencari keadilan dapat
mengajukan upaya hukum untuk membatalkan putusan tersebut;
3. karena persesuaian pendapat, dimana seorang hakim menyetujui putusan
hakim lainnya tersebut.
KRITERIA YURISPRUDENSI...Lanjutan

Menurut beberapa hakim agung sebagaimana dikutip oleh Teguh Satya Bhakti, suatu
putusan untuk sampai kepada tahapan menjadi yurisprudensi melalui mekanisme yang
ditempuh atau tahapan-tahapan prosesnya adalah sebagai berikut:
1. Adanya putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap;
2. Atas perkara atau kasus yang diputus belum ada aturan hukumnya atau hukumnya
kurang jelas,
3. Memiliki muatan kebenaran, dan keadilan;
4. Telah berulangkali diikuti oleh hakim berikutnya dalam memutus kasus yang sama;
5.Telah melalui uji eksaminasi atau notasi oleh tim yurisprudensi hakim agung MA;
6. Dan telah direkomendasikan sebagai putusan yang berkualifikasi yurisprudensi tetap.
KRITERIA YURISPRUDENSI...Lanjutan

Untuk mempermudah dalam memahami kriteria yurisprudensi yang dapat dijadikan


sebagai petunjuk hakim selanjutnya dalam memutus sengketa, kami membagi
Yurisprudensi kedalam dua jenis yaitu:
1. Yurisprudensi Tetap
Yurisprudensi tetap adalah keputusan keputusan hakim yang berulangkali dipergunakan
pada kasus-kasus yang sama, putusan mana merupakan Standaardaaresten, yaitu
keputusan MA yang menjadi dasar bagi pengadilan untuk mengambil keputusan.
2. Yurisprudensi Tidak Tetap
Artinya adalah yurisprudensi yang belum menjadi yurisprudensi tetap, karena tidak selalu
diikuti oleh hakim.
Menurut Sudikno Mertokusumo yurisprudensi tetap, yaitu: pertama, bahwa dalam putusan
hakim ditemukan adanya kaedah hukum yang dapat dianggap sebagai landmark decision
karena kaidah hukum itu diterima masyarakat luas sebagai terobosan yang nyata atas suatu
konflik hukum yang sudah lama berlangsung; kedua, kaidah hukum atau ketentuan dalam
suatu keputusan kemudian diikuti secara konstan atau tetap oleh para hakim dalam
putusannya dan dapat dianggap menjadi bagian dari keyakinan hukum yang umum.
KRITERIA YURISPRUDENSI...Lanjutan

Secara substansial suatu putusan yang berkarakter yurisprudensi, sehingga diikuti oleh
hakim-hakim lain, adalah putusan yang mengandung nilai terobosan hukum. Putusan
pengadilan yang mengandung nilai terobosan menurut M. Yahya Harahap:
1. Bisa berupa penyimpangan dari putusan-putusan Pengadilan sebelumnya;
2. Putusan mengandung nilai penafsiran baru atas rumusan undang-undang yang berlaku;
3. Putusan mengandung asas-asas baru: dari asas sebelumnya, atas penemuan asas baru;
4. Bisa pula berupa Putusan contra legem.
5. Sedangkan yang dimaksud dengan putusan diikuti secara konstan:
6. Bisa dalam bentuk secara murni mengikutinya;
7. Atau dipedomani dan diikuti case by case atau secara kasuistik,
8. Maupun dipedomani yang dibarengi dengan modifikasi.
KRITERIA YURISPRUDENSI...Lanjutan

Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) merumuskan bahwa sebuah putusan dikatakan
sebagai yurisprudensi tetap apabila sekurang-kurangnya memiliki 5 (lima) unsur pokok
yaitu:
1. Keputusan atas suatu peristiwa yang belum jelas pengaturan perundang-undangannya;
2. Keputusan itu merupakan keputusan tetap;
3. Telah berulang kali diputus dengan keputusan yang sama dan dalam kasus yang sama;
4. Memiliki rasa keadilan;
5. Keputusan itu dibenarkan oleh MA
Sedangkan menurut Paulus Effendie Lotulung menyatakan bahwa: “ukuran yang dipakai
untuk menentukan apakah yurisprudensi itu merupakan yurisprudensi tetap atau tidak
tetap, tidaklah didasarkan pada hitungan matematis yaitu berapa kali sudah diputuskan
yang sama mengenai kasus yang sama, tetapi ukurannya lebih ditekankan kepada
muatannya yang secara prinsipil berbeda”.
Peranan dan Fungsi Yurisprudensi di Indonesia Dalam
Pembinaan Hukum

1. Dengan adanya putusan-putusan yang sama dalam kasus yang serupa, maka dapat
ditegakkan adanya standard hukum yang sama, dalam hal undang-undang tidak
mengatur atau belum mengatur pemecahan kasus yang bersangkutan.
2. Dengan adanya standard hukum yang sama itu, maka dapat diciptakan rasa kepastian
hukum di masyarakat.
3. Dengan diciptakannya rasa kepastian hukum dan kesamaan hukum terhadap kasus
yang sama, maka putusan hakim akan bersifat dapat diperkirakan (predictable) dan ada
transparansi.
4. Dengan adanya standard hukum, maka dapat dicegah kemungkinan-kemungkinan
timbulnya disparitas dalam berbagai putusan hakim yang berbeda dalam perkara yang
sama. Andaikata-pun timbul perbedaan putusan antara Hakim yang satu dengan yang
lainnya dalam kasus yang sama, maka hal itu jangan sampai menimbulkan disparitas
tetapi hanya bercorak sebagai variabel secara kasuistik (kasus demi kasus).
5.
Peranan dan Fungsi Yurisprudensi di Indonesia Dalam
Pembinaan Hukum

Di dalam perkembangan hukum di Indonesia pada waktu ini dan dimasa depan menjelang
abad ke-21, dimana ekonomi globalisasi akan sangat mempengaruhi dunia hukum di
Indonesia, maka fungsi yurisprudensi akan sangat berperan sebagai sumber hukum yang
menjadi pegangan bagi putusan-putusan peradilan, terutama sepanjang yang menyangkut
hal-hal yang belum diatur dalam peraturan perundang-undangan. Misalnya antara lain:
1. Di bidang perdagangan atas dasar perjanjian/kontrak “franchise”, “leasing”, dan
sebagainya;
2. Di bidang penegakan hukum terhadap pelanggaran-pelanggaran ketentuan dan isi
perjanjian internasional yang menyangkut masalah HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual).

Hal ini juga akan dirasakan di bidang lain yang bukan semata-mata-mata perdagangan saja,
seperti:
1. Masalah lingkungan hidup;
2. Masalah kejahatan perbankan, komputer, dan sebagainya.
TERIMA KASIH🙏

Anda mungkin juga menyukai