Anda di halaman 1dari 40

HUKUM YANG DICIPTAKAN MELALUI

PUTUSAN PENGADILAN

PENGANTAR HUKUM INDONESIA


LABORATORIUM HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BRAWIJAYA
PERADILAN DAN PENGADILAN

• PERADILAN:
• proses pemberian keadilan di suatu lembaga yang disebut
pengadilan
• PENGADILAN:
• Lembaga atau badan yang bertugas menerima,
memeriksa, mengadili dan menyelesaikan setiap perkara
yang diajukan kepadanya
• Sebagai pelaksana hukum dalam hal adanya tuntutan hak
yang konkrit akibat dilanggarnya hak, baik hukum pidana
maupun perdata
• Hakim berkewajiban memeriksa perkara dan memberikan
putusan
• Selama tidak ada tuntutan, maka hakim bersifat pasif. Hakim
tidak mencari-cari perkara yang akan diperiksanya
• Putusan hakim merupakan hukum bagi para pihak yang
berperkara. Jadi putusan hakim hanya mengikat dan harus
dilaksanakan oleh para pihak.
• Pasal 21 AB, “Hakim tidak dapat memberi putusan yang
akan berlaku sebagai peraturan umum”
• Pasal 1917 KUHPerdata, “kekuatan suatu putusan hakim
yang telah memperoleh kekuatan mutlak tidaklah lebih
luas daripada sekedar mengenai soalnya perkara”
(I).PUTUSAN HAKIM / PENGADILAN

Putusan hakim/pengadilan meliputi:


• Putusan pengadilan (vonis): terjadi sengketa, baik perkara
perdata atau pidana.
Perkara perdata: yang bersengketa adalah penggugat dan
tergugat. Contoh: wanprestasi dalam transaksi utang.
Perkara pidana: yang bersengketa adalah penuntut umum dan
terdakwa. Contoh: pembunuhan, pencurian
• Penetapan pengadilan: tidak terjadi sengketa
Contoh: penetapan pengangkatan anak
Kesimpulan:
perbedaan antara putusan hakim dengan jenis
hukum lain (peraturan perundangan dan kebiasaan) :
• Putusan pengadilan: hanya mengikat pihak yang
berperkara
• Peraturan perundangan dan kebiasaan: mengikat
umum
(2) PUTUSAN HAKIM/PENGADILAN

Putusan hakim/pengadilan:
1. Putusan hakim yang tidak diikuti oleh hakim yang lain
2. Putusan yang diikuti oleh hakim yang lain dalam
masalah yang sejenis ------ Yurisprudensi

AZAS THE BINDING OF PRECEDENT


Putusan hakim/pengadilan yang harus diikuti oleh
hakim yang lain dalam masalah yang sejenis
• AZAS THE BINDING OF PRECEDENT:
• Diikuti negara Common Law
• Amerika, Inggria, Australia
• AZAS KODIFIKASI:
• Diikuti negara continental
• Perancis, Belanda, Indonesia
Utrecht:
walau bukan menganut asas precedent, Putusan hakim
(PT, MA) pada umumnya diikuti oleh hakim berikutnya
karena:
1. Faktor Psikologis:
• Keputusan hakim memiliki kekuasaan. Khususnya apabila dibuat oleh
pengadilan yang lebih tinggi (PT atau MA), karena lebih
berpengalaman, lebih dihormati.
2. Faktor Praktis:
• apabila berbeda dengan putusan sebelumnya, cenderung akan dibawa
kepada hakim yang lebih tinggi
3. Kesesuaian pendapat.
• Hakim menyetujui isi putusan hakim terdahulu
ASPEK POSITIF

• Menghindari putusan pengadilan yang saling


bertentangan
• Menciptakan kepastian hukum

KANSIL:
Sumber hukum formal adalah:
1. UU (statute)
2. KEBIASAAN (castum)
3. KEPUTUSAN HAKIM (yurisprudensi)
4. TRAKTAT (treaty)
5. PENDAPAT SARJANA HUKUM
(doktrin)
YURISPRUDENSI

HUKUM YANG DICIPTAKAN MELALUI PUTUSAN PENGADILAN


L A B O R AT O R I U M H U K U M FA K U LTA S H U K U M U N I V E R S I TA S B R A W I J AYA
PENGERTIAN

• Yurisprudensi dalam arti ILMU HUKUM


• The skill or knowledge of law
• The science or philosophy of law; the science of
law, constitutions, and right of men, the legal
system of a particular country
• A system or body of law
• Yurisprudensi dalam arti PUTUSAN PENGADILAN /
HAKIM
PENGERTIAN YURISPRUDENSI KONVENSIONAL

• CST Kansil:
• Yurisprudensi adalah
• putusan hakim terdahulu
• yang sering diikuti dan dijadikan dasar putusan oleh hakim kemudian
• mengenai masalah yang sama atau sejenis.
• Jadi putusan hakim yang tidak diikuti atau dicontoh oleh hakim yang
kemudian, bukan yurisprudensi .
• Yurisprudensi dibagi 2:
• Yurisprudensi tetap: putusan hakim yang terjadi terjadi karena rangkaian
putusan serupa dan menjadi dasar bagi pengadilan untuk mengambil putusan
• Yurisprudensi tidak tetap: tidak diikuti oleh hakim berikutnya untuk masalah
yang sama
• E. Utrecht:
• Yurisprudensi adalah keputusan-keputusan hakim.
• Yurisprudensi dibagi 2:
• Yurisprudensi tetap:
• terjadi karena adanya suatu rangkaian atau rentetan keputusan yang tetap.
• Atau beberapa keputusan yang menjadi keputusan yang baku, yaitu keputusan
yang menjadi dasar bagi peradilan (standart arresten). Sehingga hakim
memberi suatu “prinsipiil”, yaitu penyelesaian akan sesuatu yang telah lama
membangkitkan keragu-raguan.
• Yurisprudensi tidak tetap:
• putusan pengadilan yang tidak diikuti hakim lainnya

• Perbedaan Kansil dengan Utrecht:


• Kansil: putusan hakim yang diikuti hakim kemudian
• Utrecht: Yurisprudensi adalah keputusan-keputusan hakim.
• Ahmad Kamil dan M. Fauzan
• Dalam sistem common law, yurisprudensi adalah
• “suatu pengetahuan hukum positif dan hubungannya
dengan hukum lain”
• Dalam sistem civil law dan statute law, yurisprudensi adalah
• “putusan hakim terdahulu yang telah berkekuatan hukum
tetap dan diikuti oleh para hakim atau badan peradilan
lainnya dalam memutus perkara yang sama”.
• Putusan hakim yang lebih tinggi tingkatannya dan diikuti
secara tetap sehingga merupakan bagian dari ilmu
pengetahuan, disebut case law atau judge made law
KESIMPULAN DARI PENGERTIAN SECARA
KONVENSIONAL
• Yurisprudensi adalah:
“Putusan-putusan hakim terdahulu yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap yang diikuti oleh para
hakim kemudian dalam memutus perkara yang sama”
• Kesimpulan secara a-contrario:
Putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap
yang TIDAK/BELUM diikuti oleh hakim yang kemudian
dalam memutus perkara yang sama, BUKAN
YURISPRUDENSI
(3). PUTUSAN HAKIM/PENGADILAN

• Putusan hakim/pengadilan
1. Putusan hakim yang menerapkan hukum, yaitu
putusan hakim terhadap hal-hal yang diatur oleh hukum
2. Putusan hakim yang mencipta hukum, yaitu putusan
hakim terhadap hal-hal yang tidak diatur oleh hukum
baik hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis

DEKONSTRUKSI MAKNA
YURISPRUDENSI KONVENSIONAL
YURISPRUDENSI SEBAGAI SALAH SATU SUMBER
HUKUM FORMIL
• Pengertian sumber hukum:
• tempat keluarnya atau diciptakannya hukum. Dari yang
semula TIDAK ADA menjadi ADA.
• Yurisprudensi adalah salah satu sumber hukum formil berupa
putusan hakim yang telah memiliki kekuatan hukum tetap yang
MENCIPTA HUKUM, tanpa memperhatikan apakah diikuti atau
tidak diikuti oleh hakim kemudian dalam perkara yang sama.
• Apabila yurisprudensi ini diikuti oleh hakim berikutnya, maka
disebut YURISPRUDENSI TETAP
• Putusan hakim terhadap suatu perkara yang sudah ada hukumnya
tanpa melakukan suatu modifikasi/perubahan apapun, tidak
mencipta hukum, BUKAN yurisprudensi
SISTEM HUKUM INDONESIA

Putusan hakim dalam penerapan


hukum berdasar hukum tertulis
dan kebiasaan HUKUM TERTULIS

YURISPRUDENSI

KEBIASAAN/ADAT

Putusan hakim dalam penciptaan


hukum
YURISPRUDENSI TERDIRI ATAS:
(PUTUSAN PENGADILAN YANG MEMPUNYAI KEKUATAN
HUKUM TETAP YANG MENCIPTA HUKUM)
A. Putusan pengadilan terhadap perkara yang tidak
ada/tidak jelas hukumnya
B. Putusan pengadilan yang berbeda dengan
putusan pengadilan sebelumnya
C. Putusan pengadilan yang menyimpang dari
peraturan perundang-undangan dan hukum adat
D. Putusan pengadilan yang menguatkan hukum
kebiasaan
A. PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP
PERKARA YANG TIDAK ADA/TIDAK
JELAS HUKUMNYA

HUKUM YANG DICIPTAKAN MELALUI PUTUSAN PENGADILAN


L A B O R AT O R I U M H U K U M FA K U LTA S H U K U M U N I V E R S I TA S B R A W I J AYA
AZAS :
HAKIM BERSIFAT PASIF
&
HAKIM DILARANG MENOLAK PERKARA

HUKUM YANG DICIPTAKAN MELALUI PUTUSAN PENGADILAN


L A B O R AT O R I U M H U K U M FA K U LTA S H U K U M U N I V E R S I TA S B R A W I J AYA
• Pengadilan / hakim Bersifat pasif:
• Apabila tidak ada tuntutan hak yang diajukan
kepada pengadilan, hakim akan bersifat pasif
(menunggu sampai perkara itu oleh yang
berkepentingan diajukan ke pengadilan)
• Hakim tidak mencari-cari perkara yang akan
diperiksa
HAKIM DILARANG MENOLAK MEMERIKSA
PERKARA:
• Pasal 22 AB: “bilamana seorang hakim menolak memeriksa suatu perkara dengan
alasan peraturan perundang-undangan yang bersangkutan tidak menyebutkan,
tidak jelas atau tidak lengkap, maka ia dapat dituntut karena menolak mengadili”
• Pasal 16 (1) UU 4 Tahun 2004: Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa,
mengadili, dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum
tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya.
• Pasal 10 UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
• Pengadilan dilarang menolak memeriksa, mengadili dan memutus
suatu perkara yang diajukan dengan alasan bahwa hukum tidak ada
atau kurang jelas
• Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menutup usaha
penyelesaian perkara perdata secara perdamaian
JUDGE MADE LAW

• Menggali dari doktrin/ajaran para ahli hukum yang merupakan


wadah atau tempat hakim menemukan ilmu
• Menciptakan hukum sendiri berdasar nilai-nilai keadilan
• Menciptakan hukum sendiri berdasar nilai-nilai yang hidup
dalam masyarakat
• Pasal 28 (1) UU 4Tahun 2004 Junto Pasal 5 UU No. 48 Tahun 2009:
Hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum
dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat
• Pasal 5 (2) UU No. 48 Tahun 2009: hakim harus memiliki integritas dan
kepribadian yang tidak tercela, jujur, adil, profesional dan
berpengalaman di bidang hukum
1). PUTUSAN PENGADILAN YANG MENCIPTA
HUKUM KARENA TIDAK ADA HUKUMNYA
• Terbatas pada lingkup hukum perdata
• Contoh: penetapan Pengadilan Negeri jakarta Barat-
Selatan, tanggal 19 nopember 1973, mengabulkan
permohonan WNI a.n. IWAN RUBIANTO ISKANDAR, yang
telah melakukan operasi penyesuaian menjadi perempuan,
dan mengubah namanya menjadi VIVIAN RUBIANTI
ISKANDAR
• Pertimbangan hakim:
• setiap orang berhak mengajukan perkara di pengadilan mengenai
hal yang diatur atau tidak diatur dalam UU, dan hakim mengambil
hukum yang selaras dengan hukum adat dan kenyataan sosial.
• Tidak berlaku pada lingkup hukum Pidana
• Pada hukum pidana terdapat azas legalitas
• nullum delictum nulla poena sine preavia lege poenali (Hakim
dilarang mencipta hukum apabila ketentuan pidana dalam
UU tidak mengaturnya)
• Pasal 1 ayat 1 KUHPidana: “Tiada suatu perbuatan dapat
dipidana kecuali ada ketentuan aturan pidana dalam
perundang-undangan yang telah ada, sebelum perbuatan
dilakukan”
• Hukum pidana tidak berlaku surut/mundur
• Hukum pidana tidak dapat ditafsir secara analogi
2). PUTUSAN PENGADILAN YANG MENCIPTA
HUKUM KARENA TIDAK JELAS HUKUMNYA
• Contoh: pasal 19 PP 10 tahun 1961 jt pasal 37 ayat (1) PP 24
Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah, “setiap perjanjian
yang dimaksud untuk memindahkan HAT harus dibuat dalam
bentuk akta PPAT.
• Apakah jual beli tanah dihadapan kepala desa SAH atau TIDAK
SAH?
• Putusan MA no. 123/K/sip/1970, hibah tanah di Bali TIDAK SAH karena
tidak dibuat di PPAT
• Putusan MA no. 598/K/sip/1971, jual beli sawah yang tidak di PPAT
TIDAK SAH sehingga pembelinya TIDAK mendapat perlindungan
hukum
• Put MA No. 1363/K/sip/1971: jual beli tanah yang tidak di depan PPAT
sah secara hukum karena sesuai dengan UU dan adat
B. PUTUSAN PENGADILAN YANG
BERBEDA DENGAN PUTUSAN
PENGADILAN SEBELUMNYA

HUKUM YANG DICIPTAKAN MELALUI PUTUSAN PENGADILAN


L A B O R AT O R I U M H U K U M FA K U LTA S H U K U M U N I V E R S I TA S B R A W I J AYA
PERBEDAAN PUTUSAN HAKIM BERBEDA DENGAN
PUTUSAN SEBELUMNYA
• Hakim menafsir pasal dalam UU berbeda dengan penafsiran
hakim sebelumnya
• Lapangan perdata dengan penafsiran analogi, ekstensif,
gramatikal dll
• Lapangan pidana dengan ekstensif
• Hakim menganggap putusan hakim yang sebelumnya tidak
memenuhi rasa keadilan
• Analogi: menyamakan perbuatan-perbuatan yang secara
tidak tegas diatur dalam UU dengan perbuatan yang diatur
oleh UU karena kedua perbuatan itu mempunyai hakikat
yang sama
• Contoh:
• Pasal 1576 KUHPerdata: Jual beli tidak memutuskan
hubungan sewa menyewa
• Qias (hukum Islam):
• Sebagai salah satu sumber hukum Islam
• Tidak terbatas pada hukum perdata
• Hukum pidana dapat ditafsir secara ekstensif:
• Adalah memperluas tafsir suku kata dalam UU
sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi
• Contoh:
• Tahun 1921 Hoge Raad memperluas pengertian
barang pada aliran listrik. Sebelum 1921 barang
hanya terbatas pada yang berwujud, sehingga
pencurian listrik tidak dapat dipidana.
PENAFSIRAN BERDASAR NILAI-NILAI YANG HIDUP
DALAM MASYARAKAT

1. Perbuatan melawan hukum (1365 KUHPerdata):


• “Tiap perbuatan pelanggar hukum, yang membawa
kerugian pada orang lain, mewajibkan orang yang
karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti
kerugian tersebut”.
• Pada awalnya, terbatas pada perbuatan melanggar UU
saja (aliran legisme: hukum dipandang terbatas pada
UU, dan di luar UU tidak ada hukum). Pada 31 Januari
1919 Hoge Raad menambahkan perbuatan yang
melawan kepatutan dan hak orang lain
2. Pada 26 mei 1939 Raad van Justitie Jakarta:
menetapkan janda bukan ahli waris dari suaminya.
• Perkembangan: Putusan Mahkamah Agung no.
110/K/Sip/1960 menetapkan janda sebagai ahli waris suami
yang meninggal dunia.
3. Jumlah utang yang harus dibayar oleh debitur sama
dengan jumlah uang yang dipinjam. Walaupun terjadi
inflasi.
• MA dalam putusan sekitar tahun 1955 membebankan risiko
kemerosotan nilai uang dengan ratio 50% : 50%, ditanggung
kedua belah pihak dengan berpedoman pada nilai emas atau
beras
C. PUTUSAN PENGADILAN YANG
MENYIMPANG DARI PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN DAN HUKUM ADAT

HUKUM YANG DICIPTAKAN MELALUI PUTUSAN PENGADILAN


L A B O R AT O R I U M H U K U M FA K U LTA S H U K U M U N I V E R S I TA S B R A W I J AYA
CONTOH PUTUSAN YANG BERTENTANGAN
DENGAN PER-UU-AN
• Alasan perceraian dalam UU adalah zina, meninggalkan
tempat dengan sengaja, hukuman penjara 5 tahun atau
lebih berat, melukai/menganiaya. Pengadilan pernah
memutuskan keretakan/percekcokan antara suami istri
yang tidak dapat dirukunkan kembali, sebagai alasan
perceraian.
CONTOH PUTUSAN YANG BERTENTANGAN
DENGAN HUKUM ADAT
• Putusan MA no. 179/K/sip/1961, menetapkan ahli waris
bagi anak laki-laki dan perempuan di tanah karo yang
bertentangan dengan adat Karo, karena menganggap
adat tanah karo bertentangan dengan rasa keadilan,
karena hanya memberikan hak waris bagi anak laki-laki.
D. PUTUSAN PENGADILAN YANG
MENGUATKAN HUKUM KEBIASAAN

HUKUM YANG DICIPTAKAN MELALUI PUTUSAN PENGADILAN


L A B O R AT O R I U M H U K U M FA K U LTA S H U K U M U N I V E R S I TA S B R A W I J AYA
CONTOH:

• 25 januari 1929 pengadilan mengeluarkan putusan


terkenal BIERBRONWERY AREST, menguatkan
lembaga FIDUCIARE EIGENDOMS, yang merupakan
kebiasaan di kalangan penguasaha
• 5 Februari 1956 Pengadilan Negeri Surabaya yang
dikuatkan Put MA 16 Desember 1957 untuk menguatkan
penjanjian SEWA BELI
KESIMPULAN:

• Yurisprudensi sebagai salah satu komponen dalam


sistem hukum adalah putusan hakim/pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan tetap dan bersifat
penciptaan hukum. Apabila yurisprudensi ini diikuti oleh
hakim lainnya, maka disebut yurisprudensi tetap.
SEKIAN

PENGANTAR HUKUM INDONESIA


L A B O R AT O R I U M H U K U M FA K U LTA S H U K U M U N I V E R S I TA S B R A W I J AYA

Anda mungkin juga menyukai