Anda di halaman 1dari 5

Nama : Olga Omala Alghani

NPM : 110110200051

Resume Perkuliahan
Perbandingan Hukum Perdata mengenai Sumber Hukum Common Law Sistem

Sistem hukum common law berdasarkan atas kebiasaan atau custom atau common,
preseden preseden, judge made law yang dipraktekan pada negara-negara penganut sistem
hukum anglo saxon seperti Amerika dan Inggris beserta negara bekas jajahannya. Sistem hukum
common law merupakan sistem hukum yang berkembang di Inggris dengan dasar dari sumber
hukum rakyat pribumi inggris (suku angel/anglika dan suku sakson/saksa). Maka munculah
nama common law berarti kebiasaan setempat.

Sumber hukum common law ini berkembang pada koloni Inggris yang menggunakan
keputusan pengadilan menjadi sumber hukumnya sedangkan kalau eropa kontinental itu
menggunakan keputusan legislatif yaitu perundang-undangan sebagai sumber hukumnya yang
utama. Pada umumnya, sumber hukum common law yaitu keputusan pengadilan ini tidak di
kodifikasi dan bergantung pada suatu preseden, yaitu keputusan hukum yang telah dibuat untuk
kasus serupa sebelumnya. Namun, walaupun tidak di kodifikasi, preseden ini di dokumentasikan
dalam catatan sejarah pengadilan dan koleksi hukum kasus-kasus yang terkenal dalam buku
tahunan dan laporan. Preseden ini diterapkan dalam keputusan setiap kasus baru yang ditentukan
oleh hakim ketua. Akibatnya, hakim memiliki peran yang besar dalam sistem hukum common
law seperti di Amerika dan Inggris.

Dalam Civil Law, keputusan hakim kurang penting dalam membentuk hukum perdata
dibanding dengan legislator dan juga pakar hukum atau sarjana hukum yang menafsirkan
undang-undang pada Common Law.

Karakteristik dari Sistem Common Law


Ciri atau karakteristik dari sistem Common Law adalah:

a. Yurisprudensi sebagai sumber hukum utama


Ada 2 (dua) alasan mengapa yurisprudensi dianut dalam sistem Common Law, yaitu:
a.    Alasan psikologis
Alasannya adalah karena setiap orang yang ditugasi untuk menyelesaikan perkara, ia
cenderung sedapat-dapatnya mencari alasan pembenar atas putusannya dengan merujuk
kepada putusan yang telah ada sebelumnya dari pada memikul tanggungjawab atas
putusan yang dibuatnya sendiri.
b.    Alasan praktis
Diharapkan adanya putusan yang seragam karena sering diungkapkan bahwa hukum
harus mempunyai kepastian daripada menonjolkan keadilan pada setiap kasus konkrit.

Selain itu menurut sistem Common Law, menempatkan undang-undang sebagai


acuan utama merupakan suatu perbuatan yang berbahaya karena aturan undang-undang
itu merupakan hasil karya kaum teoretisi yang bukan tidak mungkin berbeda dengan
kenyataan dan tidak sinkron dengan kebutuhan. Lagi  pula dengan berjalannya waktu,
undang-undang itu sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan yang ada, sehingga
memerlukan intrepretasi pengadilan.

b. Dianutnya Doktrin Stare Decicis/Preseden


Doktrin ini secara substansial mengandung makna bahwa hakim terikat untuk
mengikuti dan atau menerapkan putusan pengadilan terdahulu, baik yang ia buat sendiri
atau oleh pendahulunya untuk kasus serupa.

Meskipun dalam sistem Common Law, dikatakan berlaku doktrin Stare Decisis,


akan tetapi bukan berarti tidak dimungkinkan adanya penyimpangan oleh pengadlan,
dengan melakukan distinguishing, asalkan saja pengadilan dapat membuktikan bahwa
fakta yang dihadapi berlainan dengan fakta yang telah diputus oleh pengadilan terdahulu.
Artinya, fakta yang baru itu dinyatakan tidak serupa dengan fakta yang telah mempunyai
preseden.
c. Adversary System dalam Proses Peradilan
Dalam sistem ini kedua belah pihak yang bersengketa masing-
masing  menggunakan lawyernya berhadapan di depan hakim. Para pihak masing-masing
menyusun strategi sedemikian rupa dan mengemukakan dalil-dalil dan alat-alat bukti
sebanyak-banyaknya di pengadilan. Jadi yang berperkara merupakan lawan antar satu
dengan yang lainnya yang dipimpin oleh lawyernya masing-masing.

Dalam mata kuliah Perbandingan Hukum Perdata, perbandingannya lebih ditekankan kepada
perbedaan sistem hukum yang ada di dunia. Dalam common law system, sumber hukumnya
adalah:

a. Yurisprudensi

Doktrin Stare Decisis : Setiap putusan hakim merupakan precedent bagi hakim
yang akan datang. Ajaran tentang precedent yang mengikat adalah suatu ciri khusus
kekuasaan pengadilan berdasarkan Common Law. Yang harus diikuti adalah yang
berhubungan langsung dengan pokok perkara, sedangkan terhadap hal yang tidak
mempunyai hubungan langsung hakim bebas menilai.

b. Statute (Perundang-Undangan)

Peraturan perundang-undangan merupakan sumber hukum yang bersifat tertulis.


Pada prinsipnya peraturan perundang-undangan dibuat oleh parlemen/instansi yang
merupakan satu-satunya badan dengan kekuasaan yang melekat padanya membuat
undang-undang. Fungsinya merupakan pelengkap atau koreksi dari common law, jadi
tidak mengatur suatu bidang secara menyeluruh.

c. Custom (Hukum Kebiasaan)


Kebiasaaan yang sudah berlaku berabad-abad dan merupakan sumber hakim
memutuskan serta membentuk norma- norma hukumnya. Common law Inggris, asalnya
berdasarkan pada kebiasaan-kebiasaan lisan yang kemudian disatukan ke dalam hukum
formal. Custom terdiri dari :

a) Local custom : kebiasaan yang hanya secara berulang dan teratur ditaati oleh
penduduk daerah tertentu
b) Conventional custom/ usage : kebiasaan profesi yang diakui dan dilaksanakan karena
sudah lama terbentuknya, tertentu, dan diakui sebagai kewajiban oleh orang yang
menggunakan.
c) General custom : kebiasaan yang ditaati dan diikuti di seluruh negeri

d. Equity ( Reason/ Akal Sehat)

Equity adalah suatu kumpulan norma-norma hukum atau sejumlah prinsip yang
dikembangkan dan berkembang di Pengadilan Chancellor (Court of Chancery)
sumbernya dari moral dan natural justice. Lembaga Equity (Reason) ini muncul ketika
Common Law atau sumber hukum yang lain tidak mampu memberikan penyelesaian
terhadap suatu kasus. Equity berfungsi menyelesaikan perkara yang tidak dapat
diselesaikan oleh norma. Dalam praktik reason sangat menolong hakim, badan-badan
pengadilan dalam usaha menemukan hukum yang tepat dan adil, bila tidak ditemukan
pada sumber hukum yang lain dapat menemukan norma-norma pada sumber yang
berdasarkan reason.

Dalam common law system, walaupun sumber utamanya bukanlah dari kodifikasi hukum
yang tertulis seperti undang-undang melainkan dari yurisprudensi atau keputusan hakim, terdapat
undang-undang juga namun tidak bersifat general codification namun bersifat particular
codification contohnya adalah bill of rights, bill of quantity, dsb. Hakim dalam memutuskan
perkara bersumber dari acquity atau customary law. Sehingga dalam common law ada common
law court dan court acquity. Common law itu merupakan court yang menghasilkan hukum
kebiasaan yang dipakai di pengadilan yang diputuskan di pengadilan oleh hakim sehingga jadi
yurisprudensi.

Anda mungkin juga menyukai