Anda di halaman 1dari 4

NAMA : MUHAMMAD AFRI RAMADHAN

KELAS : B
NPM : 5619220027

1. Apa beda orang Eropa Kontinental, Amerika dan Indoneisa dalam menciptakan realitas,
dari mana sumber pengetahuan menurut ketiga kelompok tersebut ?

Penjelasan :

Suatu realitas bahwa sistem hukum di dunia dihadapkan kepada sebuah keberbedaan.

Keberbedaan ini disebabkan faktor sejarah negara penjajah terhadap daerah-daerah bekas

jajahannya. Di dalam garis besarnya terdapat dua sistem hukum. Pertama, sistem

Common Law (Anglo Saxon) adalah sistem yang berlaku di Inggris dan negara-negara

bekas daerah jajahannya. Di dalam sistem hukum ini terdapat tiga karakteristik yaitu

yurisprudensi sebagai sumber hukum utama, dianutnya sistem preseden (doktrin stare

decicis) dan terdapatnya adversary systemdalam peradilannya. Dengan sistem ini, maka

hukum yang berlaku adalah hukum tidak tertulisatau hukum kebiasaan yang berkembang

melalui putusan-putusan pengadilan. Hakim menggunakanstaredecicisatau keputusan

hakim terdahulu untuk perkara yang sejenis sebagai dasar pembenaran keputusan.

Kedudukan hakim terbatas memeriksa dan memutuskan hukumnya, sementara juri yang

memeriksa kasus untuk dapat menentukan dan memutuskan bersalah dan tidaknya

terdakwa atau pihak yang berpekara. Keterlibatan juri menunjukkan bahwa keadilan tidak

bergantung sepenuhnya kepada lembaga peradilan tetapi menjadi bagian integral

kehadiran masyarakat dalam proses penegakannya.


Kedua, sistem hukum Civil Law (Eropa Kontinental)adalah sistem hukum yang berlaku

di negara-negara bekas daerah jajahan Belanda. Indonesia sebagai negara jajahannya,

maka berdasar asas konkordansi berlakulah Civil Law. Di dalam sistem ini terdapat tiga

ciri khas sistem hukum yaitu hukum itu adalah yang dikofikasikan, hakim tidak

terikatsistem preseden (doktrin stare decicis) dan hakim berpengaruh besar mengarahkan

dan memutuskan perkara (inkuisitorial). Dalam sistem inilah, hakim terikat undang-

undang dalam memutuskan perkara yang ditanganinya. Hal ini berarti kepastian hukum

hanya ada itu bentuk dan sifatnya tertulis.Kedudukan hakim sangatlah sentral, karena

hakim memeriksa langsungmateri kasus yang ditangani, menentukan bersalah dan

tidaknya terdakwa atau pihak yang sedang berperkara, sekaligus menerapakan

hukumannya. Untuk itu, maka tidak dikenal juri di dalam sistem ini. Hal ini menjadikan

tanggung jawab hakim lebih berat, karena hakim harus memeriksa fakta-fakta hukum,

menentukan kesalahan serta menerapakan hukuman dan sekaligus menjatuhkan

putusannya yang di duga bersalah dan harus dihukum.

Berbedanya kedua sistem hukum itu menjelaskan keberbedaan. Di Common Law

kelenturan penerapan hukum terjadi, karena hakim tidak harus selalu berpegang teguh

kepada hukum tertulis, tetapi dapat menggunakan hukum yang berkembang di

masyarakat (hukum kebiasaan) sebagai bagian dari proses menjatuhkan putusanya.

Berpegang yurisprudensi hakim, maka terbentuk aturan yang tidaklah harus bergantung

eksekutif dan legisilatif (sebagaimana di Indonesia) tetapi melalui keputusan dapat

dijadikan sumbernya hukum. Yurisprudensinya keputusan itu tidak berdiri sendiri, tetapi

dengan mendengarkan rasa keadilan menurut juri. Hakim tetap berpegang kepada
ketentuan dan menilai apa yang dilanggarnya, tetapi keputusan salah dan tidak tetap

berada di tangan para juri, sehingga yang terjadi adalah kombinasi hakim dan juri yang

berbeda latar belakangnya membuat keputusannya. Hakim tidak lagi menjadi tunggal

menjadikan hitam dan putihnya dalam menjatuhkan putusan di dalam sisten hukum ini.

Doktrin stare decicismengandung arti bahwa dalam memutuskan suatu perkara, seorang

hakim harus mendasarkan putusannya kepada prinsip hukum yang sudah ada dalam

putusan hakim lain dari perkara sejenis yang sebelumnya (preseden). Selain itu, prinsip

ini dapat menciptakan hukum baru yang dapat menjadi pegangan bagi hakim-hakim lain

untuk menyelesaikan perkara sejenis. Artinya, dalam hal ini hakim berfungsi tidak hanya

sebagai yang menetapkan dan menafsirkan peraturan-peraturan hukum saja. Dalam hal

ini, hakim sangat berperan besar membentuk seluruh tata kehidupan masyarakat. Hakim

mempunyai wewenang yang sangat luas untuk dapat menafsirkan peraturan hukum yang

berlaku. Hakim dapat menjatuhkan putusan sesuai kebiasaan atau melaksanakan asas ini

dengan sepenuhnya. Dengan kekuasaan hakim yang luas, maka hakim dapat membentuk

hukum baru melalui penafsirannya. Hakim dapat membuat norma atau aturan

berdasarkan detak keadilan masyarakat dengan yurisprudensinya.

Kedudukan juri dalam sistem ini menjadi sentral di dalam menegakan keadilan. Hal ini,

karena keadilan yang sesungguhnya ada dan hidup itu berada di masyarakat. Sistem juri

mempunyai kelebihan dibanding dengan sistem peradilan di Indonesia, dimana sistem ini

lebih mengutamakan keterlibatan masyarakat sebagai unsur sosial yang berdaulat, serta

membatasi kekuasaan dan ketergantungan pemerintahan yang dijalankan melalui hakim


dan penuntut umum. Penggunaan juri berlaku dalam sistem berlaku baik perkara pidana

maupun perdata. Juri dipilih dari komunitas warga masyarakat (tokoh-tokoh masyarakat

setempat) dan bukan ahli hukum diharapkan originalitas dalam menjatuhkan putusan

menjadi berlaku obyektif. Untuk itu, juri akan mempertimbangkan bukti dan kesaksian

dalam menentukan pertanyaan-pertanyaan tentang kejadian sementara hakim biasanya

aturan untuk menggali pertanyaan-pertanyaan hukum.

Anda mungkin juga menyukai