Anda di halaman 1dari 8

NAMA : ACHMAD HAEKAL AMMAR

NIM : 02011281924107

MATA KULIAH : TERMINOLOGI HUKUM ASING

YU

YURISPRUDENSI

Pengertian
1. Sudikno Mertokusumo (1991: 92): menurut Sudikno Mertokusumo yurisprudensi
adalah pelaksanan hukum dalam hal konkrit terjadi tuntutan hak yang dijalan oleh
suatu badan yang berdiri sendiri dan diadakan oleh negara serta bebas dari pengaruh
apapun dan siapapun dengan cara memberikan putusan yang bersifat mengikat dan
berwibawa.1
2. Kansil : Pengertian yurisprudensi menurut Kansil adalah keputusan hakim terdahulu
yang sering diikuti dan dijadikan dasar keputusan oleh hakim kemudia mengenai
masalah yang sama.

3.  KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) : Pengertian yurisprudensi menurut KBBI


adalah ajaran hukum melalui pengadilan; himpunan putusan hakim.
4. Mahkamah Agung :  putusan majelis Hakim Agung di Mahkamah Agung Indonesia
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap berisi kaidah hukum yang diberlakukan
dalam memeriksa dan memutus perkara dalam lingkup Peradilan Pidana, Perdaya,
Tata Usaha Negara, Agama dan Niaga yang dikualifikasi.

Fungsi Yurisprudensi

1. Ditegakkannya kepastian hukum


2. Untuk mewujudkan keseragaman pandangan hukum yang sama
3. Dijadikan landasan hukum
4. Terciptanya standar hokum
Unsur Yuriprudensi
1. Terpenuhinya kriteria adil
2. Keputusan terhadap sesuatu yang tidak jelas pengaturannya
3. Kasus yang sama berulangkali terjadi
4. Mahkamah Agung sudah membenarkan
5. Keputusan tetap
Proses Yuriprudensi
1. Eksaminasi
Proses ini merupakan proses dimana meneliti dan memeriksa suatu keputusan
2. Notasi
Adalah proses penjelasan yang bersifat sementara atau permanen yang dicatat
berdasarkan suatu perkara

Sejarah
Yurisprudensi berkaitan dengan perkembangan ilmu hukum dan dipandang sebagai salah
satu intrumen untuk melihat konsistensi putusan hakim atau kepastian hukum. Sebagai
negara yang mewarisi tradisi Eropa Kontinental, keberadaan yurisprudensi di Indonesia
tidak semengikat dibanding negara dengan sistem hukum Anglo Saxon. Bukan berarti
Indonesia tak mengenal penggunaan putusan hakim terdahulu. Tetapi jika dihubungkan
dengan prinsip dasar kemandirian hakim, maka penerapan yurisprudensi akan menjadi
tantangan. Terutama berkaitan dengan pertanyaan apakah yurisprudensi itu memiliki
kekuatan mengikat, atau sebenarnya lebih memiliki kekuatan persuasif.2

Yurisprudensi berasal dari kata Latin ‘iuris’ ‘prudentia’ yang berarti pengetahuan hukum
(rechtsgeleerheid). Secara leksikal, Kamus Besar Bahasa Indonesia Balai Pustaka (2015:
1568), mendefinisikan yurisprudensi sebagai (i) ajaran hukum melalui peradilan; dan (ii)
himpunan putusan hakim.
 
Rachmat Trijono dalam buku Kamus Hukum (2016: 269) menyebutkan yurisprudensi
sebagai putusan hakim yang diikuti oleh hakim-hakim dalam memberikan putusannya
dalam kasus yang serupa. Dalam kamus hukum lain karya M. Marwan dan Jimmy P
(2009: 651), yurisprudensi diartikan sebagai (a) ajaran hukum yang tersusun dari dan
dalam peradilan, yang kemudian digunakan sebagai landasan negara; dan (b) suatu
putusan haki terdahulu yang diikuti oleh hakim-hakim lainnya dalam perkara yang sama;
atau kumpulan putusan Mahkamah Agung tentang berbagai vonis dari beberapa macam
jenis kasus perkara berdasarkan pemutusan kebijakan para hakim sendiri yang diikuti
hakim lainnya dalam perkara yang sama.
 
Dalam Black’s Law Dictionary (1999: 871) lema jurisprudence diterjemahkan ke dalam
beberapa pengertian. Pada awalnya, di abad ke-18, jurisprudensi dimaknai sebagai studi
tentang prinsip pertama alam, hukum sipil dan hukum bangsa-bangsa, yang lazim dikenal
dengan istilah jurisprudentio natularis. Pada era yang lebih modern, dimaknai sebagai
studi tentang elemen-elemen dasar sistem hukum. Ia juga bisa dimaknai sebagai studi
tentang sistem hukum secara umum; preseden peradilan yang diikuti secara kolektif;
studi tentang pengetahuan hukum (dalam literatur Jerman); suatu sistem, badan, atau
bagian dari hukum; dan case law.

Dalam ilmu pengetahuan hukum, yurisprudensi dianggap sebagai salah satu sumber
hukum formal, selain perundang-undangan, kebiasaan, traktat, dan doktrin. Ada banyak
contoh yurisprudensi, sebagian di antaranya sangat dikenal para praktisi dan akademisi
hukum. Salah satunya, yurisprudensi mengenai perbuatan melawan hukum
(onrechtsmatigedaad). Sebelum tahun 1919, Hoge Raad di Belanda menganut pandangan
bahwa perbuatan melawan hukum adalah perbuatan yang melanggar undang-undang atau
berhubungan dengan hak orang lain. Setelah putusan Hoge Raad Belanda tanggal 31
Januari 1919, pandangan pengadilan itu berubah. Kini, perbuatan hukum termasuk pula
perbuatan-perbuatan yang berkaitan dengan sikap hati-hati yang pantas dalam lingkup
kehidupan bermasyarakat. Contoh yurisprudensi lain yang terkenal adalah pencurian
listrik. Meskipun bendanya tidak terlihat, pencurian arus listrik bisa dikualifikasi sebagai
pencurian.
Hasil penelitian BPHN pada 1995 menyimpulkan bahwa suatu putusan hakim dapat
disebut sebagai yurisprudensi, apabila putusan hakim itu memenuhi unsur-unsur berikut:
(a) Putusan atas suatu peristiwa hukum yang belum jelas pengaturan perundang-
undangannya; (b) Putusan tersebut telah berkekuatan hukum tetap; (c) Telah berulang
kali dijadikan dasar untuk memutus perkara yang sama; (d) Putusan tersebut telah
memenuhi rasa keadilan; dan (e) Putusan tersebut dibenarkan oleh Mahkamah Agung.

Pengertian Yurisprudensi di berbagai negara


1. Belanda
Jurisprudentie (Bahasa Belanda) yang mempunyai arti ilmu hukum. Dalam sistem
pengetahuan hukum, Yurisprudensi yaitu tentang pengetahuan hukum yang positif
dan berkaitan dengan hukum yang lain.3
2. Jerman
“Jurisprudenz” dalam bahasa Jerman berarti ilmu hukum dalam arti yang sempit
(aliran Ajaran Hukum), misalnya Begriff-jurisprudenz, Interressen jurisprudenz dan
lain sebagainya. Istilah teknis bahasa Jerman untuk pengertian yurisprudensi, adalah
kata “Ueberlieferung”.4
3. Prancis
“Jurisprudence” dalam bahasa Perancis, yaitu yang berarti hukum peradilan atau
peradilan tetap.
4. Inggris
Dalam bahasa Inggris maka terminologi “Jurisprudence” diartikan sebagai teori ilmu
hukum.

Perbandingan menurut civil law dan common law


“Di negara yang menganut tradisi hukum kontinental, umumnya istilah yurisprudensi
mengacu kepada putusan pengadilan tingkat tinggi (biasanya pengadilan tertinggi) tentang
suatu hal. Meskipun tidak mengikat secara formal, putusan ini secara praktek mempunyai
pengaruh kuat dan sering diterapkan hakim di pengadilan lebih rendah di kemudian hari
apabila fakta-fakta dalam perkara yang dia adili mirip dengan fakta dalam kasus di mana
yurisprudensi ditetapkan.
 
Di negara common law, istilah ini biasanya mengacu kepada filsafat hukum.”
 
Jadi, jika uraian di atas dikaitkan dengan pertanyaan Anda, kami asumsikan yang Anda
maksudkan dengan yurisprudensi dalam sistem Anglo-Saxon adalah preseden. Hal ini sesuai
dengan penjelasan Prof. Dr. Satjipto Rahardjo dalam buku “Ilmu Hukum” berikut ini (hal.
113):
 
“Preseden ini merupakan satu lembaga yang lebih dikenal dalam sistem hukum Anglo-
Saxon atau common law system. Sejumlah besar jus non scriptum yang membentuk
sistem  common law itu hampir seluruhnya terdiri dari hasil-hasil keputusan pengadilan.
Hasil-hasil ini dihimpun ke dalam sejumlah sangat besar law reports yang sudah dimulai
sejak akhir abad ketigabelas...

Sifat preseden dalam sistem peradilan Anglo-Saxon (common law system) bisa bersifat ‘the
binding force of precedent’ (preseden yang mengikat) dan ‘persuasive precedent’ (preseden
yang persuasif). Dua sifat preseden ini sangat bergantung dengan yurisdiksi yang berada di
negara bersangkutan. 
 
Untuk menjelaskannya, mari kita simak pengertian kedua istilah di atas dalam Black Law’s
Dictionary: 
 
“Binding Precedent: A precedent that a court must follow. For example, a lower court as
bound by an applicable holding of a higher court in the same jurisdiction.”
(Terjemahan bebasnya adalah preseden yang harus diikuti oleh pengadilan. Misalnya,
pengadilan di tingkat bawah terikat pada putusan pengadilan di atasnya dalam satu
yurisdiksi yang sama).
 
Contohnya, preseden yang dibuat oleh Mahkamah Agung (Supreme Court) di Australia
mengikat pengadilan-pengadilan negeri atau tinggi di Australia.
 
Persuasive precedent: A precedent that a court may either follow or reject, but that is
entitled to respect and careful consideration. For example, if the case was decided in a
neighboring jurisdiction, the court might evaluate the earlier court’s reasoning without
being bound to decide the same way.”
(Terjemahan bebasnya adalah preseden yang boleh diikuti atau ditolak oleh pengadilan,
tetapi bisa dihormati dan digunakan secara hati-hati sebagai pertimbangan).
 
Contohnya, jika ada kasus yang diputus di sebuah negara Anglo-Saxon, pengadilan di
negara Anglo-Saxon lain (yang memiliki sistem hukum yang sama) bisa mengevaluasi dasar
putusan itu tanpa harus terikat). Misalnya, preseden yang dibuat oleh Mahkamah Agung di
Inggris, bisa bersifat persuasif untuk diikuti oleh pengadilan-pengadilan yang memiliki
yurisdiksi ‘tetangga’ dengannya, seperti pengadilan di Australia. Ini disebabkan karena
konsep negara mereka yang masih menganut negara persemakmuran.
 
Sementara, di sistem Eropa Kontinental (civil law system) yang dianut oleh Indonesia,
dikenal istilah yurisprudensi. Yurisprudensi dapat digolongkan sebagai ‘persuasive
precedent’. Namun, sifat persuasifnya hanya berlaku di negara Indonesia. Hal itu berbeda
dengan preseden persuasif yang terdapat di negara-negara Anglo-Saxon yang tetap
disarankan untuk mengikuti preseden di negara persemakmuran yang lain.

Sumber asing yang menyebutkan Yurisprudensi


Yurisprudensi adalah istilah yang tidak tepat. Kadang-kadang mengacu pada badan aturan
hukum substantif, doktrin, interpretasi dan penjelasan yang membentuk hukum suatu
negara: dengan demikian, yurisprudensi bahasa Inggris, Prancis atau Jerman mengacu pada
hukum Inggris, Prancis dan Jerman. Yurisprudensi juga dapat merujuk pada interpretasi
hukum yang diberikan oleh pengadilan. Kami berbicara dalam pengertian ini tentang
yurisprudensi konstitusional Mahkamah Agung AS dan Pengadilan Tinggi Australia, dan
yurisprudensi Mahkamah Eropa untuk Hak Asasi Manusia. Yurisprudensi dalam pengertian
ini tidak identik dengan hukum, tetapi menandakan pendekatan dan doktrin yuristik yang
terkait dengan pengadilan tertentu. Subjek buku ini adalah yurisprudensi dalam arti berbeda.
Yurisprudensi ini terdiri dari penyelidikan ilmiah dan filosofis tentang fenomena sosial
hukum dan keadilan secara umum. Ini mencakup studi, teori dan spekulasi tentang hukum
dan keadilan yang dilakukan dengan pengetahuan dan alat teoritis dari berbagai disiplin
ilmu - seperti hukum, sejarah, sosiologi, ekonomi, ilmu politik, filsafat, logika, psikologi,
ekonomi, dan bahkan fisika dan matematika. Tidak ada disiplin yang tidak disukai yang
menjelaskan sifat hukum dan hubungannya dengan masyarakat.5

Link Pengucapan : https://translate.google.com/?


rlz=1C1CHBD_idID816ID816&um=1&ie=UTF-8&hl=id&client=tw-
ob#en/nl/jurisprudence
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.seputarpengetahuan.co.id/2017/08/13-pengertian-yurisprudensi-menurut-para-
ahli.html
2. https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5a7ad95871d1a/bahasa-hukum--sumber-hukum-
formal-bernama-yurisprudensi/
3. https://www.seputarpengetahuan.co.id/2020/03/yurisprudensi-adalah.html
4. http://arifindbkosmik.blogspot.com/2017/03/mengenal-yurisprudensi-catatan1-o.html
5. Ratnapala, Suri, 2009, jurisprudence, Cambridge: Cambridge University Press, hal
3

Anda mungkin juga menyukai