Anda di halaman 1dari 3

Hukum Pidana Dalam Yurisprudensi

Fakultas Hukum
Universitas Pasundan Bandung

Fathurrahman Nursaid
191000378
Kelas H
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan :
a. Sumber hukum materil
Sumber hukum materil adalah tempat atau asal di mana hukum itu diambil.
b. Sumber hukum formil
Sumber hukum formil adalah dimana bentuk dan sebab terjadinya sebuah peraturan.

2. Jelaskan jenis-jenis sumber hukum formil :


a. Undang-undang :
Adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh DPR dengan persetujuan
Presiden. Undang-undang memiliki kedudukan sebagai aturan bagi rakyat untuk
konsolidasi dalam politik dan hukum dan mengatur kehidupan bersama dalam
mewujudkan kehidupan bersama dalam mewujudkan tujuan negara.

b. Kebiasaan
Kebiasaan dapat diartikan sebagai suatu perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang
berdasarkan tingkah laku yang tetap, lazim, dan normal. Kebiasaan dapat menjadi sumber
hukum menurut sister hukum di Indonesia.

c. Traktat
Traktat adalah perjanjian yang dibuat antar negara yang dituangkan dalam bentuk
tertentu. Sebagaimana disebutkan dalam UUD 1945 Pasal 11 “Presiden dengan
persetujuan DPR menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara
lain.”

d. Yurisprudensi
Yurisprudensi adalah keputusan-keputusan dari hakim terdahulu untuk menghadapi suatu
perkata yang tidak diatur dalam undang-undang. Keputusan ini dijadikan sebagai
pedoman bagi para hakim yang lain untuk menyelesaikan suatu perkara yang sama.

e. Doktrin
Doktrin hukum adalah suatu pernyataan yang dituangkan ke dalam bahasa oleh semua
ahli hukum. Hasil pernyataan tersebut disepakati oleh seluruh pihak. Umumnya,
penyelesaian perkara didasari oleh undang-undang, perjanjian international, dan
yurisprudensi.

3. Jelaskan kekuatan mengikat hukum yurisprudensi dari :


a. Sistem hukum eropa continental.
Eropa Kontinental (civil law system) yang dianut oleh Indonesia, dikenal istilah
yurisprudensi. Yurisprudensi dapat digolongkan sebagai ‘persuasive precedent’. Namun,
sifat persuasifnya hanya berlaku di negara Indonesia. Hal itu berbeda dengan preseden
persuasif yang terdapat di negara-negara Anglo-Saxon yang tetap disarankan untuk
mengikuti preseden di negara persemakmuran yang lain.

b. Sistem hukum anglo saxon.


Anglo-Saxon, pengadilan di negara Anglo-Saxon lain (yang memiliki sistem hukum yang
sama) bisa mengevaluasi dasar putusan itu tanpa harus terikat). Misalnya, preseden yang
dibuat oleh Mahkamah Agung di Inggris, bisa bersifat persuasif untuk diikuti oleh
pengadilan-pengadilan yang memiliki yurisdiksi ‘tetangga’ dengannya, seperti
pengadilan di Australia. Ini disebabkan karena konsep negara mereka yang masih
menganut negara persemakmuran.

c. Sistem hukum adat.


Hukum adat tersebut bisa dijadikan sebagai pedoman oleh hakim dalam menjatuhkan
sebuah putusan, agar nilai nilai serta norma norma yang ada di dalam masyarakat tetap
terjaga. Selain itu dengan menggunakan hukum adat sebagai pedoman dalam menangani
sebuah kasus yang belum diatur dalam peraturan perundang undangan maka putusan
yang dijatuhkan besar kemungkinan dapat diterima oleh semua pihak. Putusan tersebut
juga dapat dijadikan bahan rujukan oleh hakim hakim setelahnya jika menjumpai kasus
yang sama.

d. Sistem hukum islam


Dalam hukum islam dapat memberikan pemahaman bahwa hukum islam bersifat
adaptable dan fleksibel dimana hukum Islam dan masyarakat sekaligus merupakan
justifikasi, bahwa setiap perkembangan hukum senantiasa harus dilihat dari perspektif
sosialnya.

Anda mungkin juga menyukai