Anda di halaman 1dari 17

BENTUKLAHAN

DENUDASIONAL
WINANDA NATHANIA
2110115220001
GEOMORFOLOGI DAN LINGKUNGAN
Denudasi berasal dari kata dasar nude yang berarti telanjang, sehingga
denudasi berarti proses penelanjangan permukaan bumi. Bentuk lahan asal
denudasional dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk lahan yang terjadi
akibat proses-proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating)
dan proses pengendapan yang terjadi karena agradasi atau degradasi
(Herlambang, Sudarno. 2004:42). Proses degradasi cenderung
menyebabkan penurunan permukaan bumi, sedangkan agradasi
menyebabkan kenaikan permukaan bumi.(Wirawan, 2014)

Pengertian
 Ciri-ciri dari bentuk lahan yang asal terjadi secara denudasioanal, yaitu:
Bentulahan  1. Relief sangat jelas: lembah, lereng, pola aliran sungai.
Denudasional  2. Tidak ada gejala struktural, batuan massif, dep/strike tertutup.
 3. Dapat dibedakan dengan jelas terhadap bentuk lain
 4. Relief lokal, pola aliran dan kerapatan aliran menjadi dasar utama
untuk merinci satuan bentuk lahan
 5. Litologi menjadi dasar pembeda kedua untuk merinci satuan bentuk
lahan. Litologi terasosiasi dengan bukit, kerapatan aliran,dan tipe proses.
Proses denudasional sangat dipengaruhi oleh tipe material (mudah lapuk),
kemiringan lereng, curah hujan dan suhu udara serta sinar matahari, dan aliran-
aliran yang relatif tidak kontinyu. Karakteristik yang terlihat di foto udara,
umumnya topografi agak kasar sampai kasar tergantung tingkat dedudasinya,
relief agak miring sampai miring, pola tidak teratur, banyak lembah-lembah
kering dan erosi lereng/back erosion, penggunaan lahan tegalan atau kebun
campuran dan proses geomorfologi selalu meninggalkan bekas di lereng-lereng
bukit dan terjadi akumulasi di kaki lereng, serta kenampakan longsor lahan lebih
sering dijumpai. Umumnya bentuk lahan ini terdapat pada daerah dengan
Proses Terjadinya topografi perbukitan atau gunung dengan batuan yang lunak (akibat proses
pelapikan) dan beriklim basah, sehingga bentuk strukturnya tidak nampak lagi
Bentuklahan karena adanya gerakan massa batuan. Pembagian bentuk lahan denudasional
dapat dilakukan dengan lebih rinci dengan mempertimbangkan : batuan, proses
Denudasional gerak massa yang terjadi dan morfometri.

Proses denudasi merupakan proses yang cenderung mengubah bentuk


permukaan bumi yang disebut dengan proses penelanjangan. Proses yang utama
adalah degradasi berupa pelapukan yang memproduksi regolit dan saprolit serta
proses erosi, pengangkutan dan gerakan massa. Proses ini lebih sering terjadi
pada satuan perbukitan dengan material mudah lapuk dan tak berstruktur. Proses
degradasi menyebabkan agradasi pada lerengkaki perbukitan menghasilkan
endapan koluvial dengan material tercampur. Kadang proses denudasional terjadi
pula pada perbukitan struktur dengan tingkat pelapukan tinggi, sehingga disebut
satuan struktural denudasional.
1. Pelapukan

Pelapukan (weathering) dari perkataan weather dalam bahasa Inggris yang


berarti cuaca, sehingga pelapukan batuan adalah proses yang berhubungan
dengan perubahan sifat (fisis dan kimia) batuan di permukaan bumi oleh
Proses Terjadinya pengaruh cuaca. Secara umum, pelapukan diartikan sebagai proses hancurnya

Bentuklahan massa batuan oleh tenaga Eksogen, menurut Olliver(1963) pelapukan adalah

Denudasional proses penyesaian kimia, mineral dan sifat fisik batuan terhadap kondisi
lingkungan di sekitarnya. Akibat dari proses ini pada batuan terjadi perubahan
warna, misalnya kuning-coklat pada bagian luar dari suatu bongkah batuan.
Meskipun proses pelapukan ini berlangsung lambat, karena telah berjalan dalam
jangka waktu yang sangat lama maka di beberapa tempat telah terjadi
pelapukan sangat tebal. Ada juga daerah-daerah yang hasil pelapukannya
sangat tipis, bahkan tidak tampak sama sekali, hal ini terjadi sebagai akibat dari
pemindahan hasil pelapukan pada tempat yang bersangkutan ke tempat lain.
2. Gerakan massa batuan (mass wasting)
Proses Terjadinya Yaitu perpindahan atau gerakan massa batuan atau tanah yang ada di
Bentuklahan lereng oleh pengaruh gaya berat atau gravitasi atau kejenuhan massa air.
Denudasional Ada yang menganggap masswasting itu sebagai bagian dari pada erosi
dan ada pula yang memisahkannya. Hal ini mudah difahami karena
memang sukar untuk dipisahkan secara tegas, karena dalam erosi juga
gaya berat batuan itu turut bekerja. Pada batuan yang mengandung air,
gerakan massa batuan itu lebih lancar dari pada batuan yang kering.
Perbedaannya ialah bahwa pada masswasting, air hanya berjumlah sedikit
dan fungsinya bukan sebagai pengangkut, melalinkan hanya sekedar
membantu memperlancar gerakan saja. Sedang dalam erosi diperlukan
adanya tenaga pengangkut. Gerakan massa batuan pada dasarnya
disebabkan oleh adanya gayaberat/gravitasi atau gaya tarik bumi
3. Erosi
Erosi adalah suatu proses geomorfologi, yaitu proses pelepasan dan
terangkutnya material bumi oleh tenaga geomorfologis baik kekuatan air,
angin, gletser atau gravitasi. Faktor yang mempengaruhi erosi tanah antara
lain sifat hujan, kemiringan lereng dari jaringan aliran air, tanaman penutup
tanah, dan kemampuan tanah untuk menahan dispersi dan untuk menghisap
Proses kemudian merembeskan air kelapisan yang lebih dalam.
Terjadinya  
Bentuklahan 4. Sedimentasi atau Pengendapan
Denudasional Sedimentasi adalah proses penimbunan tempat-tempat yang lekuk dengan
bahan-bahan hasil erosi yang terbawa oleh aliran air, angin, maupun gletser
(Suhadi Purwantara, 2005:74). Sedimentasi tidak hanya terjadi dari
pengendapan material hasil erosi saja, tetapi juga dari proses mass wasting.
Namun kebanyakan terjadi dari proses erosi. Sedimentasi terjadi karena
kecepatan tenaga media pengangkutnya berkurang (melambat). Berdasarkan
tenaga alam yang mengangkutnya sedimentasi dibagi atas : Sedimentasi air
sungai (floodplain dan delta), air laut, angin, dan geltsyer.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan adalah:

1. Jenis batuan (kandungan mineral, retakan, bidang pelapisan, patahan dan


retakan). Batuan yang resisten lebih lambat terkena proses eksternal
sehingga tidak mudah lapuk, sedangkan batuan yang tidak resisten
Faktor-Faktor sebaliknya. Contoh :

Yang - Limestone, resisten pada iklim kering tetapi tidak resisten pada iklim basah.

Berpengaruh - Granit, resisten pada iklim basah tetapi tidak resisten pada iklim kering.

Pada Bentuk  

Lahan 2. Iklim, terutama tenperatur dan curah hujan sangat mempengaruhi

Denudasional pelapukan.Contoh:

- Iklim kering, jenis pelapukannya fisis

- Iklim basah, jenis pelapukannya kimia

- Iklim dingin, jenis pelapukannya mekanik

 
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan adalah:
3. Vegetasi, atau tumbuh-tumbuhan mempunyai peran yang cukup besar
terhadap proses pelapukan batuan. Hal ini dapat terjadi karena:
- Secara mekanis akar tumbuh-tumbuhan itu menembus batuan, bertambah
Faktor-Faktor panjang dan membesar menyebabkan batuan pecah.

Yang - Secara kimiawi tumbuh-tumbuhan melalui akarnya mengeluarkan zat-zat


kimia yang dapat mempercepat proses pelapukan batuan. Akar, batang,
Berpengaruh daun yang membusuk dapat pula membantu proses pelapukan, karena
pada bagian tumbuhan yang membusuk akan mengeluarkan zat kimia yang
Pada Bentuk mungkin dapat membantu menguraikan susunan kimia pada batuan. Oleh
Lahan karena itu, jenis dan jumlah tumbuhan yang ada di suatu daerah sangat
besar pengaruhnya terhadap pelapukan. Sebenarnya antara tumbuh-
Denudasional tumbuh

4. Topografi
Topografi yang kemiringannya besar dan menghadap arah datangnya sinar
matahari atau arah hujan, maka akan mempercepat proses pelapukan.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi erosi tanah adalah:
1. Iklim: Faktor iklim yang berpengaruh adalah curah hujan, angin,
temperatur, kelembapan, penyinaran matahari. Banyaknya curah hujan,
intensitas dan distribusi hujan menentukan dispersi hujan terhadap tanah,
Faktor-Faktor jumlah dan kecepatan aliran permukaan, serta besarnya kerusakan erosi.
Angin selain sebagai agen transport dalam erosi beberapa kawasan juga
Yang bersama-sama dengan temperatur, kelembaban dan penyinaran matahari
terhadap evapotranspirasi, sehingga mengurangi kandungan air dalam
Berpengaruh tanah yang berarti memperbesar investasi tanah yang secara tidak langsung
Pada Bentuk berpengaruh terhadap kepekaan erosi tanah.

Lahan
Denudasional 2. Topografi: kemiringan lereng, panjang lereng, konfigurasi, keseragaman,
dan arah lereng mempengaruhi erosi. Kemiringan lereng dinyatakan dalam
derajad atau persen. Kecuraman lereng memperbesar jumlah aliran
permukaan, dan memperbesar kecepatan aliran permukaan, sehingga
dengan demikian memperbesar daya angkut air. Semakin besar erosi terjadi
dengan makin curamnya lereng.
.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi erosi tanah adalah:
3.  Vegetasi, berperan untuk mengurangi kecepatan erosi.

Faktor-Faktor
4. Tanah. Kepekaan tanah terhadap erosi tergantung pada sifat-sifat tanah
Yang yang mempengaruhi laju infiltrasi, permeabilitas, kapasitas menahan air dan
Berpengaruh struktur tanah.

Pada Bentuk
5. Manusia dapat mencegah dan mempercepat terjadinya erosi tergantung
Lahan bagaimana manusia mengelolanya. Setiap proses erosi merupakan
Denudasional gabungan dari beberapa subproses, yaitu dimulai dengan pengambilan hasil
pelapukan yang terangkut juga sebagai alat pengikis. Butir-butiran batuan
secara bersama-sama dalam pengangkutan, saling bersinggungan dan
saling bergesekan satu sama lain. Cara pengangkutan terhadap bahan
terjadi berbeda-beda: ada yang terapung di permukaan, digulingkan,
digeser dan sebagainya.
Pegunungan Denudasional Perbukitan Denudasional

Karakteristik umum unit mempunyai Mempunyai topografi berbukit dan


bergelombang dengan lereng berkisar antara 15
topografi bergunung dengan lereng > 55%, perbedaan tinggi (relief lokal) antara 50 ->
sangat curam (55>140%), perbedaan 500 m.Terkikis sedang hingga kecil tergantung
tinggi antara tempat terendah dan pada kondisi litologi, iklim, vegetasi penutup daik
Klasifikasi tertinggi (relief) > 500 m. Mempunyai
alami maupun tata guna lahan. Salah satu contoh

Bentuklahan
adalah pulau Berhala, hamper 72,54 persen pulau
lembah yang dalam, berdinding terjal tersebut merupakan perbukitan dengan luas

Denudesional berbentuk V karena proses yng 38,19 ha. Perbukitan yang berada di pulau
tersebut adalah perbukitan denudasional terkikis
dominan adalah proses pendalaman
Berdasarkan lembah (valley deepening).
sedang yang disebabkan oleh gelombang air laut
serta erosi sehingga terbentuk lereng-lereng

Kelompoknya yang sangat curam.

Gambar. Bukit yang terbentuk dari proses


Gambar. Pegunungan Denudasional denudasional di P. Berhala
di Daerah Wonogiri
Dataran Nyaris (Peneplain)

Akibat proses denudasional yang bekerja pada pegunungan secara terus menerus, maka
permukaan lahan pada daerah tersebut menurun ketinggiannya dan membentuk permukaan

Klasifikasi yang hamper datar yang disebut dataran nyaris (peneplain). Dataran nyaris dikontrol oleh
batuan penyusunan yang mempunyai struktur berlapis (layer). Apabila batuan penyusun
Bentuklahan tersebut masih dan mempunyai permukaan yang datar akibat erosi, maka disebut permukaan
planasi. Gambar.
Denudesional
Berdasarkan
Kelompoknya

Dataran Nyaris Terjadi karena letusan gunung Merbabu pada tahun 1968 yang menyebabkan
erosi sehingga membentuk dataran tinggi yang lebar dan terpisah pada puncak-puncaknya yang
kemudian membentuk kaldera-kaldera yang telah mati seperti Kawah Condrodimuko, Kawah
Dataran Nyaris (Peneplain)

Klasifikasi
Bentuklahan
Denudesional
Berdasarkan
Kelompoknya

Gambar. Dataran nyaris yang terjadi akibat proses


denudasional yang bekerja pada pegunungan atau perbukitan
 
Perbukitan Sisa Terpisah (inselberg)

Apabila bagian depan (dinding) pegunungan/perbukitan mundur akibat proses


denudasi dan lereng kaki bertambah lebar secara terus menerus akan meninggalkan
Klasifikasi bentuk sisa dengan lereng dinding yang curam. Bukit sisah terpisah atau inselberg
Bentuklahan tersebut berbatu tanpa penutup lahan (barerock) dan banyak singkapan batuan

Denudesional (outcrop). Kenampakan ini dapat terjadi pada pegunungan/perbukitan terpisah

Berdasarkan maupun pada sekelompok pegunungan/perbukitan, dan mempunyai bentuk


membulat. Apabila bentuknya relative memanjang dengan dinding curam tersebut
Kelompoknya monadnock.

Gambar. Inselberg di skotlandia


Kerucut Talus (Talus cones) atau kipas koluvial (coluvial van)

Mempunyai topografi berbentuk kerucut/kipas dengan lereng curam (35 0). Secara
individu fragmen batuan bervariasi dari ukuran pasir hingga blok, tergantung pada
besarnya cliff dan batuan yang hancur. Fragmen berukuran kecil terendapkan pada
bagian atas kerucut (apex) sedangkan fragmen yang kasar meluncur ke bawah dan
Klasifikasi terendapkan di bagian bawah kerucut talus.

Bentuklahan
Denudesional
Berdasarkan
Kelompoknya

Gambar. Kerucut talus sebagai akibat


Gambar. Talus Cones in Banff National
pelapukan pada lereng pegunungan
yang sangat curam Park, Alberta.

 
 
Lereng Kaki (Foot slope)

Mempunyai daerah memanjang dan relatif sermpit terletak di suatu


pegunungan/perbukitan dengan topografi landai hingga sedikit terkikis.
Lereng kaki terjadi pada kaki pegunungan dan lembah atau dasar
Klasifikasi cekungan (basin). Permukaan lereng kaki langsung berada pada batuan
induk (bed rok). Dipermukaan lereng kaki terdapat fragmen batuan hasil
Bentuklahan pelapukan daerah di atasnya yang diangkut oleh tenaga air ke daerah
yang lebih rendah.
Denudesional
Berdasarkan Lahan Rusak (Bad land)
Merupakan daerah yang mempunyai
Kelompoknya topografi dengan lereng curam hingga
sangat curam dan terkikis sangat kuat
sehingga mempunyai bentuk lembah-
lembah yang dalam dan berdinding curam
serta berigir tajam (knife-like) dan
membulat. Proses erosi parit (gully
erosion) sangat aktif sehingga banyak
singkapan batuan muncul ke permukaan
(rock outcrops). Gambar. Badland di Bahia Brazil
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai