Anda di halaman 1dari 31

STANDAR REGISTRASI DAN KLASSIFIKASI

NARAPIDANA DAN TAHANAN

Kepditjenpas Nomor PAS-


170.PK.01.01.02 Tahun 2015
Definis global dan Penjelasan Terminologi

• Standar adalah serangkain instruksi tertulis


yang diberlakukan mengenai berbagai proses
penyelenggaraan kegiatan, bagaimana dan
kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa
dilakukan. Selain itu dalam standar juga
terdapat instrumen monitoring dan evaluasi
yang bisa digunakan sebagai dasar
pengukuran keberhasilan pelaksanaan standar.
• Rumah Tahanan Negara yang selanjutnya disebut RUTAN
adalah tempat tersangka atau terdakwa ditahan selama proses
penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan.
• Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut LAPAS
adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana
dan Anak Didik Pemasyarakatan.
• Lembaga Pembinaan Khusus Anak yang selanjutnya [LPKA]
adalah lembaga atau tempat Anak menjalani masa pidananya.
• Lembaga Penempatan Anak Sementara yang selanjutnya
[LPAS] adalah tempat sementara bagi Anak selama proses
peradilan berlangsung.
• Tahanan adalah tersangka atau terdakwa yang ditahan
di Rumah Tahanan Negara selama proses penyidikan,
penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan.
• Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana
hilang kemerdekaan di LAPAS dan telah memiliki
nomor register narapidana.
• Terpidana adalah seseorang yang dipidana
berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
• Anak (Pidana) yaitu anak yang berdasarkan putusan
pengadilan menjalani pidana di LAPAS Anak paling
lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun.
• Registrasi adalah kegiatan pencatatan ke dalam buku register
yang memiliki akibat hukum dan sangat penting dalam
menunjang organisasi Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)
maupun Rumah Tahanan Negara (Rutan).
• Buku register adalah buku tempat mencatat data (jati diri dan
identitas) baik berupa data informasi berdasarkan surat surat
serta pemberian nomor register berdasarkan jenis bukunya.
• Klasifikasi adalah pengelompokan atau penggolongan
berdasarkan kriteria tertentu sesuai dengan kepentingannya.
Hal ini sebagai upaya untuk memudahkan pencatatan
data/dokumen dari masing-masing penggolongan atau
klasifikasinya. Klasifikasi dalam hal ini dilakukan berdasarkan;
umur, jenis kelamin, lama pidana, jenis kejahatan dan kreteria
lainnya sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
pembinaan.
• Pendaftaran adalah kegiatan pencatatan
narapidana/tahanan dan barang-barang
bawaannya, penyiapan administrasi, statistik
dan dokumentasi.
• Telraam adalah alat yang digunakan untuk
menghitung expirasi.
• Standar Operasional Prosedur (SOP) proses
kerja yang harus dilaadalah panduan hasil
kerja yang diinginkan serta ksanakan.
JENIS – JENIS PENAHANAN
• Jenis penahanan tercantum dalam pasal 22 ayat
(1) KUHAP adalah:
• 1. Penahanan Rumah
Penahanan rumah adalah penahanan yang
dilaksanakan di rumah tempat tinggal/kediaman
tersangka atau terdakwa di mana perbandingan
penghitungan pengurangannya adalah jumlah
seluruh penahanan yang dijalankan oleh
terdakwa di rumah dikalikan 1/3 ( satu per tiga).
2. Penahanan Kota
Penahanan kota adalah penahanan yang
dilaksanakan di dalam kota tempat
tinggal/kediaman tersangka atau terdakwa di
mana perbandingan penghitungan
pengurangannya adalah jumlah seluruh
penahanan yang dijalankan oleh terdakwa di
dalam kota dikalikan 1/5 (satu per lima).
3. Penahanan Rumah Tahanan Negara
(RUTAN)
• Penahanan untuk Anak
a. Tahanan Penyidik (kepolisian / PPNS) (Pasal 33 UU SPPA)
Pasal 33 ayat 1 : 7 hari
Pasal 33 ayat 2 : 8 hari
b. Tahanan Penuntut Umum / Kejaksaan (Pasal 34 UU SPPA)
Pasal 34 ayat 1 : 5 hari
Pasal 34 ayat 2 : 5 hari
c. Tahanan Hakim Pengadilan Negeri (Pasal 35 UU SPPA)
Pasal 35 ayat 1 : 10 hari
Pasal 35 ayat 2 : 15 hari
d. Tahanan Hakim Pengadilan Tinggi / Banding (Pasal 37 UU SPPA)
Pasal 37 ayat 1 : 10 hari
Pasal 37 ayat 2 : 15 hari
e. Tahanan Hakim MARI / Kasasi (Pasal 38 UU SPPA)
Pasal 38 ayat 1 : 15 hari
Pasal 38 ayat 2 : 20 hari
Jumlah 110 hari
• Dalam tiap jenjang penahanan, apabila hal jangka waktu sebagaimana yang dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) telah berakhir, sedangkan penanganannya belum selesai disetiap proses
maka anak wajib dikeluarkan demi hukum.
• Penahanan menurut KUHAP
a. Tahanan Penyidik (Kepolisian/PPNS) (Pasal 24 KUHAP)
Pasal 24 ayat 1 : 20 hari
Pasal 24 ayat 2 : 40 hari
b. Tahanan Penuntut Umum /Kejaksaann (Pasal 25 KUHAP)
Pasal 25 ayat 1 : 20 hari
Pasal 25 ayat 2 : 30 hari
c. Tahanan Hakim Pengadilan Negeri (Pasal 26 KUHAP)
Pasal 26 ayat 1 : 30 hari
Pasal 26 ayat 2 : 60 hari
d. Tahanan Hakim Pengadilan Tinggi / Banding (Pasal 27 KUHAP)
Pasal 27 ayat 1 : 30 hari
Pasal 27 ayat 2 : 60 hari
e. Tahanan Hakim MARI / Kasasi (Pasal 28 KUHAP)
Pasal 28 ayat 1 : 50 hari
Pasal 28 ayat 2 : 60 har
Jumlah 400 hari
• Dikecualikan jangka waktu penahanan sebagaimana tersebut pada pasal 24, pasal 25, pasal 26, pasal
27 dan pasal 28 : tersangka atau terdakwa menderita ganguan fisik atau mental yang berat, yang
dibuktikan dengan surat keterangan dokter atau perkara yang diperiksa diancam dengan pidana
penjara 9 tahun atau lebih. Masa penahanan ditambah di setiap tingkat penahanan (Pasal 29 KUHAP) :
Pasal 29 ayat 1 : 30 hari Pasal 29 ayat 2 : 30 hari
Tata Cara dan Dasar Hukum Penerimaan
Tahanan
• Unit Registrasi terdiri dari petugas bagian
pendaftaran yang menerima daftar tahanan
baru dari komandan jaga. Petugas bagian
pendaftaran mencatat nama dan jumlah
tahanan baru secara lengkap dalam suatu
register pendaftaran dan kemudian melakukan
peng-roll-an. Untuk ini, setiap petugas harus
berpedoman pada Prosedur Prinsip dalam
Tata Usaha Pemasyarakatan yaitu:
1. PP Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Wewenang,
Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan, pasal 5 dan 6.
• Pasal 5 ayat [1] yang berbunyi bahwa setiap penerimaan Tahanan di Rutan/Cabang
Rutan/Lapas atau tempat tertentu wajib:
a. didaftar,
b. dilengkapi surat penahanan yang sah yang dikeluarkan oleh Pejabat yang
bertanggungjawab secara yuridis atas tahanan yang bersangkutan sesuai dengan
tingkat pemeriksaan.
• Pasal 6 mengenai Pendaftaran yang meliputi:
a. Pencatatan
1) Surat Perintah atau Surat Penetapan Penahanan.
2) Jati diri (identitas)
3) Barang dan uang yang dibawa
b. Pemeriksaan kesehatan.
c. Pembuatan pas photo.
d. Pengambilan sidik jari
e. Pembuatan Berita Acara Serah Terima Tahanan.
2. Prinsip menurut Standar Minimum Rules for
the Treatment Prinsons (SMR) Resolusi PBB
Nomor 663 C (XXIV) tanggal 31 Juli 1957 dan
Nomor 2076 (LXII) tanggal 31 Mei 1977. Setiap
orang yang ditahan harus dicatat mengenai :
a. Identitas
b. Alasan pertanggung jawaban otoritas
c. Tanggal masuk serta tanggal bebas
d. Tak seorangpun boleh diterima dalam
Lapas/Rutan kecuali dengan surat yang syah
dan telah dicatat di dalam buku register.
3. Pemeriksaan Surat Perintah Penahanan atau
penetapan penahanan. Dasar Hukumnya Psl.
555 KUHP, PerMenkeh RI No.M.04-UM.01.06
Thn. 1983 Memeriksa SPP (Surat Perintah
Penahanan) yang dikeluarkan oleh pejabat
yang bertanggung jawab secara yuridis atas
tahanan tersebut sesuai tingkat penahanan
(Penyidik ditingkat penyidikan POLRI/PPNS,
dst).
• (SPP Penyidik/Polisi S-17, SPP Tingkat Penuntutan atau T-7, Berita Acara Pelaksanaan Perintah Penahanan/Penahanan Lanjutan atau BA-10)
1) Memeriksa dan meneliti isi surat perintah/penetapan penahanan.
2) Memeriksa nomor dan tanggal surat perintah/penetapan penahanan serta cap instansi yang ditandatangani pejabat yang berwewenang.
3) Memeriksa dan mencocokkan identitas terdakwa/tersangka.
4) Memeriksa lama penahanan dan tanggal mulai ditahan serta menjalani penahanan dan menghitung masa berakhir masa penahanan.
5) Memeriksa pasal yang dijadikan dasar penahanan dan apakah pasal-pasal tersebut tidak bertentangan dengan KUHAP.
6) Memeriksa tanggal mulai perpanjangan penahanan apakah berkesinambungan dengan tanggal habis penahanan sebelumnya.
7) Apabila terdapat ketidakcocokan antara pengakuan tahanan dengan suratsurat atau ada ketidaklengkapan surat-surat yang menyertainya maka meminta
kejelasan kepada pejabat yang berwewenang asal tahanan.
8) Melakukan pencatatan identitas jati diri tahanan sesuai dalam surat-surat dan pengakuannya kedalam buku register A serta buku-buku pendaftaran lainnya.
9) Atas nama Karutan/Kalapas, yaitu Kepala Seksi/Kepala Sub Seksi (pejabat yang didelegasikan) sesuai dengan Struktur Organisasi Tata Kerja bersama-sama
petugas pengawal instansi asal tahanan menanda tangani Berita Acara Penerimaan Tahanan.
10) Mengambil sidik jari tahanan (manual maupun digital) meliputi :
a) Tiga jari tengah tangan kiri dibalik lembaran surat perintah penahanan/penetapan penahanan.
b) Sepuluh jari pada kartu Daktiloskopi/finger print.
11) Mengambil pas photo tampak muka, tampak samping kiri dan tampak samping kanan, masing-masing 1 lembar dengan ukuran 4 x 6 dengan latar
belakang alat ukur tinggi badan untuk ditempelkan pada :
a) Buku Register A yang bersangkutan (tampak muka dengan menggunakan baju)
b) Daftar Identitas (depan, belakang, tampak samping kiri dan tampak samping kanan tidak menggunakan baju, khusus Tahanan Pria Dewasa).
Untuk menghindari adanya ketebalan pada buku register, maka pas photo dicetak dengan menggunakan kertas tipis.
12) Melakukan penghitungan tanggal habis masa penahanan dan mencatatnya kedalam buku register dengan menggunakan telraam. Prinsip-prinsipnya adalah
a) Hitungan menambah satu bulan menggeser satu kolom ke kanan.
b) Hitungan mengurangi satu bulan menggeser satu kolom ke kiri
c) Hitungan Menambah satu hari menggeser satu baris ke bawah
d) Hitungan Mengurangi satu hari menggeser satu baris ke atas
e) Apabila penghitungan berakhir pada kolom terakhir pada kolom tahun ke empat pada telraam, maka cara penghitungannya adalah dengan berpindah ke tahun
pertama pada tanggal yang sama diakhir kolom tahun ke empat, kemudian disesuaikan dengan penghitungan hari, bulan dan tahun selanjutnya. atau dengan
berpindah ke tahun pertama dan dikurangi 1 (satu) tanggal di bulan selanjutnya.
13) Membuat kartu nama tahanan/narapidana (kartu sterk) meliputi :
a) Nama
b) Nomor Register
c) Pasal
d) Tanggal ekspirasi penahanan
4. Setelah peng-roll-an terhadap tahanan selesai, tahanan yang bersangkutan
ditempatkan dalam suatu ruangan untuk dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Mencatat barang-barang pribadi penghuni baru dalam suatu buku catatan
dan dibuatkan berita acara serah terima barang. (Pasal 4 huruf 6
Permenkumham Nomor 6 Tahun 2013 tentang Tata Tertib Lembaga
Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan)
b. Memberi seperangkat pakaian seragam dan alat-alat kebersihan kepada
setiap penghuni baru.
c. Memeriksa kembali berita acara pemeriksaan kesehatan yang telah dibuat
sebelumnya, untuk diketahui penyakit-penyakit apa saja yang diderita oleh
penghuni baru. Jika diketahui mengidap penyakit menular, maka kepada
yang bersangkutan haruslah diberikan perawatan khusus dan ditempatkan
terpisah dari narapidana lainnya.
d. Petugas registrasi membacakan hak dan kewajiban serta larangan bagi
penghuni.
e. Setelah itu petugas pendaftaran membawa tahanan baru tersebut ke
bagian admisi-orientasi untuk ditempatkan ke dalam blok-blok hunian.
Tata cara Perhitungan Ekspirasi Tahanan
• Sesuai dengan KUHP, Surat Edaran Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Nomor: E2.PS.01.01/1528 tanggal 12
juli 1982 perihal istilah ”sampai (=sp) dan sampai dengan (=s/d)” pada perhitungan ekspirasi narapidana, dan
Permen 21 th 2013 pasal 91 dan 92 tentang Tata cara perhitungan Remisi dan Assimilasi, sebagai berikut:
1. Bahwa perlu diperhatikan bilamana dalam vonis, masa tahanan diperhitungkan sebagai masa menjalani
pidana(dipotongkan), maka:
a. Bagi masa tahanan yang terputus bila ditulis dengan kata ”sampai dengan”, misalnya ditahan dari
tanggal.... s/d tanggal..... ini berarti dapat ditafsirkan bahwa tanggal terakhir ditahan juga dihitung
sebagai penahanan;
b. Untuk penahanan yang tertera kata ”sampai”, misalnya ditahan dari tanggal.... sampai tanggal..... ini
berarti hari tanggal terakhir ditahan tidak dihitung lagi sebagai bagian dari masa tahanan. Ini berarti
apabila ditulis dengan ....”sampai dengan”.... akan berakibat berlebih satu hari masa tahanan
dibandingkan jika ditulis dengan “sampai”.
2. Perhitungan tanggal habisnya pidana dengan tepat harus mempergunakan jadwal perhitungan (telraam)
yang telah tersedia.
3. Jika pidananya dipotong tahanan. masa tahanan ini harus dihitung menurut jumlah bulanan dan harian
saja karena akan menyebabkan adanya perbedaan sebanyak 1 (satu) hari satu bulan dihitung 30 hari (pasal 1
butir 32 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1982 tentang KUHAP)
4. Pembulatan pembagian tahanan kota atau tahanan rumah jika lebih dari sama dengan 0,5 maka dibulatkan
menjadi 1, dan jika kurang dari 0,5 maka dianggap hilang.
Pengeluaran Tahanan
• Pengeluaran tahanan adalah kegiatan mengeluarkan tahanan baik untuk sementara waktu maupun yang bersifat tetap yang didasarkan pada surat
perintah/penetapan penahanan yang sah. Masa penahanan berakhir apabila :
1. Penghentian penahanan oleh pihak yang berwenang menahan.
2. Lama kewenangan yang menahan sudah berakhir sesuai dengan tingkat penahanan.
3. Perkara telah diputus dan tidak ada upaya hukum lagi.
• Pengeluaran harus melalui prosedur sebagai berikut.
1. Harus diteliti terlebih dahulu keabsahan dari surat penggilan tersebut.
2. Menyiapkan tahanan yang dimaksud seperti dalam surat panggilan
3. Mencocokan identitas tahanan
• Jenis-jenis Pengeluaran Tahanan
1. Rekonstruksi
2. Proses peradilan
3. Pengalihan Tingkat penahanan
4. Penangguhan penahanan
5. Pembebasan dari tuntutan
6. Pengeluaran Demi Hukum
a. Dikeluarkan dari Tahanan berdasarkan pasal 24 s/d pasal 29 KUHAP.
b. Dibebaskan berdasarkan penjelasan pasal 238 ayat 2 KUHAP.
c. Dibebaskan berdasarkan penjelasan pasal 253 ayat 4 KUHAP.
7. Pengalihan jenis penahanan
8. Pembantaran
9. Pemindahan
10. Keperluan lain yang sah
a. Perawatan Kesehatan
b. Mengunjungi keluarga dikarenakan keluarga (anak, isteri, orang tua kandung) sakit keras atau meninggal dunia dan atau sebagai wali
nikah bagi anak kandungnya
11. Meninggal Dunia
Pengeluaran Demi Hukum
• Dasar Hukum: Pasal 333 (1) KUHAP, Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Pasal 19 ayat 7, Peraturan
Menteri Kehakiman RI Nomor : M.04-UM.01.06 Tahun 1983 Tentang Tata Cara Penempatan, Perawatan Tahanan
dan Tata Tertib Rumah Tahanan negara pasal 28 ayat (1), Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Nomor M.HH-24.PK.01.01.01 Tahun 2011 Tentang Pengeluaran Tahanan Demi Hukum Pasal 6 Ayat 3, 4 dan 5,
Surat Edaran Bersama Ketua Muda Mahkamah Agung RI dan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Departemen
Kehakiman RI Nomor : MA/PAN/368/I/1983 / E1.UM.04.11-22 tanggal 19 Nopember 1983.
1. Surat pemberitahuan 10 dan 3 hari akan berakhirnya masa penahanan yang bersangkutan (pemberitahuan
hendaknya dengan memakai sarana):
a. Sarana Komunikasi yang tercepat.
b. SMS.
2. Tenggang waktu masa penahanan telah habis dan tidak dapat diperpanjang lagi sesuai kewewenangan pada
semua tingkat penahanannya.
3. Dalam hal perpanjangan penahanan yang menurut KUHAP mengeluarkan terdakwa dari tahanan demi hukum
kecuali dalam perkara tindak pidana subversi, narkotika, perkosaan, penyelundupan, pembunuhan dan perkara-
perkara lainnya yang menarik perhatian masyarakat perlu berkonsultasi dahulu dengan Ketua PT.
4. Membuat surat kepada pihak yang berwewenang menahan bahwa tahanan tersebut akan dikeluarkan dari
tahanan.
a. Dalam hal lamanya tahanan yang dijalani oleh terdakwa sudah sama dengan lamanya pidana
penjara yang dijatuhkan oleh Pengadilan Negeri sedangkan perkara masih dalam taraf pemeriksaan
tingkat kasasi, maka Kalapas/Karutan tidak dibenarkan untuk mengeluarkan terdakwa demi hukum
akan tetapi harus menanyakan terlebih dahulu masalahnya ke MA.
b. Dalam hal lamanya hukuman dalam putusan PN/PT/MA sama dengan lamanya tahanan yang telah
dijalani terdakwa, Karutan/ Kalapas wajib segera mungkin minta extract vonis kepada Ketua/ Panitera PN/PT/MA
yang terkait.
5. Kepala Rumah Tahanan Negara atau Kepala Lembaga Pemasyarakatan wajib
mengeluarkan Tahanan demi hukum yang telah habis masa penahanannya atau habis
masa perpanjangan penahanannya.
6. Dalam hal Kepala Rumah Tahanan Negara atau Kepala Lembaga Pemasyarakatan
mengeluarkan Tahanan demi hukum sebagaimana dimaksud pada point 5 (Lima)
terhadap Tahanan yang ditahan karena melakukan tindak pidana Narkotika dan
Psikotropika, Terorisme, Korupsi, Kejahatan Terhadap Keamanan Negara, dan Kejahatan
Hak Asasi Manusia yang berat serta perkara lainnya yang menarik perhatian masyarakat
harus dikordinasikan terlebih dahulu dengan Ketua Pengadilan Tinggi.
7. Dalam hal Ketua Pengadilan Tinggi tidak menindak lanjuti hasil koordinasi
sebagaimana dimaksud pada point 6 (Enam), Kepala Rumah Tahanan Negara atau
Kepala Lembaga Pemasyarakatan wajib mengeluarkan Tahanan demi hukum.
8. Mengeluarkan dari Buku Register yang bersangkutan dengan cara sebagai berikut:
a. Mencoret dengan pensil warna merah pada register yang bersangkutan yang
ditanda tangani oleh Karutan/Kalapas.
b. Mencatat dalam kolom keterangan pada register yang bersangkutan yang
menerangkan tentang tanggal pelepasan demi h ukum dan membubuhkan teraan
sidik jari kiri pada register yang bersangkutan.
9. Membuat Berita Acara Pelaksanaan Pengeluaran Tahanan Bebas Demi Hukum dan
membubuhan teraan 3 sidik jari tengah kiri pada Berita Acara pelaksanaan tersebut.
Perhitungan Ekspirasi Narapidana
Dasar hukum perhitungan ekspirasi narapidana :
1. KUHAP Pasal 1 butir (31): ”Satu hari adalah dua puluh empat jam dan satu bulan adalah waktu tiga puluh hari.”
2. Pasal 22 ayat 4 KUHAP, ”masa penangkapan dan atau penahanan dikurangkan seluruhnya dari pidana yang
dijatuhkan”.
3. Permen No. 21 Tahun 2013 tentang syarat dan tata pemberian remisi, asimilasi, cuti mengunjungi keluarga,
pembebasan bersyarat, cuti menjelang bebas dan cuti bersyarat pasal 91,
a. ayat (1) :”Perhitungan menjalani masa pidana dilakukan sejak narapidana dan anak didik pemasyarakatan
ditahan”.
b. ayat (2) :”Apabila masa penahanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terputus, penetapan lamanya masa
menjalani pidana dihitung sejak penahanan terakhir dengan tetap memperhitungkan masa penahanan yang
pernah dijalani”.
c. ayat (3) :”Jika ada penahanan rumah dan/atau penahanan kota, masa penahanan tersebut dihitung sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan”.
4. Peraturan Menteri Nomor 21 tahun 2012 Pasal 92 ayat (2):”Perhitungan masa menjalani pidana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan Telraam”.
5. Perhitungan satu tahun adalah 365 hari dan satu tahun kabisat adalah 366 hari berdasarkan kalender Masehi.
6. Lama/masa pidana. Jika dalam menghitung ½ (satu per dua) atau 2/3 (dua per tiga) masa pidana, perlu
mengubah masa pidana 1 (satu) tahun menjadi 12 (dua belas) bulan. Maka setelah proses perhitungan
perhitungan selesai, hasil perhitungan dalam bilangan bulan dikonversikan kembali dalam bilangan tahun (setiap
12 bulan menjadi 1 tahun).
REMISI
• Remisi adalah pengurangan masa pidana yang
diberikan kepada narapidana dan anak pidana
yang telah berkelakuan baik selama menjalani
pidana.
• Pemberian remisi diberikan sebanyak 2 kali dalam setahun. Pemberian remisi dua kali ini
tidak dimaksudkan sebagai kemudahan dalam kebijakan menjalani pidana sehingga
mengurangi arti pemidanaan, akan tetapi hal itu bertujuan untuk
1) Lebih memotivasi serta menjadikan alat pengingat narapidana dan anak pidana untuk
berkelakuan baik secara terus menerus dalam rangka mempercepat proses reintegrasi
yang bersangkutan.
2) Mengurangi dampak terhadap psikis anak dan sub-kultur tempat pelaksanaan pidana,
disparitas pidana dan akibat perampasan kemerdekaan. Hal ini sejalan dengan fungsi
pemasyarakatan sebagi bagian integral dari pemidanaan dalam tata peradilan pidana.
3) Secara psikologis, menekan tingkat frustrasi (terutama bagi narapidana resedivis)
sehingga dapat mereduksi atau meminimalisasi gangguan keamanan dan ketertiban di
Rutan dan Lapas/Cabrutan berupa pelarian, perkelahian, dan kerusuhan lainnya.
4) Remisi khusus yang diberikan pada hari besar keagamaan, diharapkan dapatsebagai
katalisator bagi Warga Binaan Pemasyarakatan untuk mencapai penyadaran diri sendiri
(self awarennes) yang tercermin dari sikap dan prilaku yang baik sesuai dengan tuntutan
agama dalam kehidupan kesehariannya.
5) Mengubah pidana penjara seumur hidup menjadi pidana sementara yang diberikan
dalam rangka pelaksanaan hak-hak narapidana dengan memberikan kesempatan kepada
narapidana yang dijatuhi pidana seumur hidup untuk memperbaiki diri dan mempunyai
harapan untuk kembali ketengah-tengah masyarakat melalui proses pemasyarakatan
sebagaimana narapidana lainnya.
• Konsekuensi Hukum Pemberian Remisi
• Berdasar pada Keputusan Presiden Nomor 174 Tahun 1999 tentang Remisi,
akibatakibat dari pemberian remisi, antara lain:
1) Pengurangan masa pidana yang dijalani narapidana dan anak pidana dan
masih harus menjalani sisa pidananya (RU I/RK I).
2) Pengurangan masa pidana yang menyebabkan langsung bebas (RU II/RK
II);
3) Masa Pembebasan Bersyarat (PB) menjadi lebih singkat. Pembebasan
Bersyarat (PB) diberikan kepada narapidana yang telah menjalani masa
pidananya 2/3 atau sekurang-kurangnya telah menjalani pidananya selama 9
(sembilan) bulan.
Dengan pemberian remisi berarti akan mengurangi masa pidana narapidana
sehingga mengakibatkan masa Pembebasan Bersyarat menjadi lebih singkat.
4) Terhadap narapidana penjara seumur hidup dapat berubah menjadi pidana
penjara sementara waktu 15 (lima belas) tahun dengan syarat bahwa
narapidana yang bersangkutan telah menjalani pidananya minimal 5 (lima)
tahun berturut-turut dan berkelakuan baik. (Lihat Pasal 9 Keputusan Presiden
RI Nomor 174 Tahun 1999).
Jenis – Jenis Remisi
• Remisi Umum
• Remisi Khusus
a. Hari Raya Idul Fitri (02/05)
b. Hari Raya Natal (25/12)
c. Hari Raya Nyepi (03/03)
d. Hari Raya Waisak (16/05)
e. Hari Raya Imlek (01/02)
• Remisi Tambahan : Remisi Donor Darah, Remisi Pemuka
• Remisi Susulan : Remisi Susulan terdiri dari Remisi Umum Susulan dan Remisi Khusus
Susulan.
• Remisi untuk Kepentingan Manusia : Remisi Anak (23/07), Remisi Lansia (29/05),
Remisi Kesehatan (07/04).
• Remisi Dasawarsa merupakan remisi istimewa yang diberikan kepada narapidana dan
anak pidana tiap dasawarsa (10 tahun) Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
JENIS-JENIS PEMINDAHAN
• Pemindahan antar UPT dalam satu kanwil dan antar kanwil
• Pemindahan atas permohonan
a. Pemindahan atas permohonan sendiri;
b. Pemindahan atas permohonan instansi Penegak Hukum;
• Dipindahkan
a. Overkapasitas
b. Perubahan status (mutasi BI)
c. Keamanan
d. Perkara
e. Lama masa pidana
f. Jenis Kelamin dan umur
g. Pembinaan dan pendidikan
BUKU/BLANKO TERKAIT KEREGISTRASIAN
A. Buku-Buku Terkait Keregistrasian
1. Buku Klaper Tahanan dan Narapidana
2. Buku Register A I : Buku Register A I digunakan untuk mencatat identitas orang-orang yang ditahan dalam tingkat penyidikan
3. Buku Register A II
4. Buku Register A III
5. Buku Register A IV
6. Buku Register A V
7. Buku Register B IIB : Buku Register B IIB digunakan untuk mencatat identitas narapidana dengan masa pidana penjara 1 (satu)
hari sampai dengan 3 (tiga) bulan
8. Buku Register B IIA
9. Buku Register B I
10.Buku Register B IIIS : Buku Register B IIIS digunakan untuk mencatat identitas narapidana yang sedang menjalani subsider
atau pengganti denda.
11.Buku Register B UP : Buku Register B UP digunakan untuk mencatat identitas narapidana yang sedang menjalani pidana
penjara sebagai pengganti karena tidak membayar uang pengganti.
12.Buku Register Seumur Hidup
13.Buku Register Pidana Mati
14.Buku Register C : Buku Register C digunakan untuk mencatat identitas orang titipan karena sandera pajak (mempunyai hutang
terhadap Negara)
15.Buku Register D : Buku Register D digunakan untuk mencatat uang dan barang-barang milik tahanan/narapidana.
16.Buku Register E : Buku Register E digunakan untuk mencatat identitas pengunjung atau pembesuk tahanan/ narapidana.
17.Buku Register F : Buku Register F digunakan untuk mencatat perbuatan pelanggaran yang dilakukan oleh tahanan/narapidana.
18. Buku Register G : Buku Register G digunakan untuk mencatat identitas tahanan/narapidana yang mengalami gangguan
kesehatan (sakit)
19. Buku Register H : Buku Register H digunaka untuk mencatat identitas tahanan narapidana yang diasingkan karena sakit menular,
kelainan jenis kelamin dan gangguan jiwa.
20. Buku Register Titipan : Buku Register ini digunakan untuk mencatat identitas tahanan/narapidana yang dititipkan oleh Rutan,
Lapas dan instansi lain atau tahanan/ narapidana yang tertangkap pada saat sedang melarikan diri dari Rutan/ Lapas, dengan
jangka waktu yang telah ditentukan, dengan dilampirkan berkas yang bersangkutan.
21. Buku Presiosa : Buku Presiosa digunakan untuk mencatat barang-barang berharga milik tahanan/narapidana, seperti perhiasan,
emas, permata, intan, berlian dan surat-surat berharga.
22. Buku Ekspirasi Tahanan dan Narapidana : Buku Ekspirasi Tahanan/narapidana digunakan untuk mencatat nama tahanan yang
tanggal habis masa tahanannya dan Narapidana yang akan bebas yang ditandatangani oleh pejabat berwenang.
23. Buku Jurnal Harian : Buku Jurnal Harian digunakan untuk mencatat keadaan isi rutan/lapas. Penulisan pada Buku Jurnal Harian
juga disertai dengan pembuatan Buku Bantu Jurnal yang mencatat tambah kurang dan pengalihan jenis penahanan (mutasi
golongan) dari setiap penghuni Lapas/Rutan.
a. Penulisan
a). Penulisan jurnal pada hari itu diisi dengan menggunakan pensil karena dimungkinkan adanya perubahan-perubahan
(tambah-kurang). Apabila pada hari itu tidak terjadi perubahan lagi maka pada keesokan harinya isi jurnal dipertegas dengan
menggunakan ballpoint.
b). Orang yang masuk Lapas/Rutan pada hari itu dituliskan pada kolom tambahan dan yang bebas pada hari itu dituliskan pada
kolom pengurangan. Pada hari berikutnya tambahan maupun pengurangan ditulis pada kolom jumlah isi pada hari tersebut.
b. Penutupan Jurnal
a). Penghitungan tambah/kurang pada jurnal dihitung mulai jam 00.00.
Penambahan maupun pengurangan setelah jam 00.00 dianggap sebagai isi pada hari berikutnya.
b). Jurnal ditutup pada akhir bulan dengan cara melakukan penghitungan jumlah baik pada kolom horizontal maupun pada
kolom vertikal.
c). Isi jurnal pada awal bulan harus sama dengan isi jurnal pada akhir bulan.
d). Apabila terjadi selisih angka maka harus dicari angka perbedaan tersebut dan diberi penjelasan.
e).Penghitungan hari tinggal digunakan sebagai dasar oleh pihak Lapas/Rutan di dalam membayarkan biaya makan perorang
perhari kepada rekanan penyedia bahan makanan.
24. Buku Ekspedisi Pengeluaran Tahanan/Narapidana : Buku ini
berisikan daftar nama tahanan/ narapidana yang dikeluarkan
dari Rutan/Lapas beserta dengan alasan pengeluarannya yang
ditandatangani oleh pejabat yang berwenang.
25. Buku Ekspedisi Pemindahan Tahanan/Narapidana : Buku ini
berisikan daftar nama tahanan/narapidana yang dipindahkan ke
Rutan/Lapas lainnya yang ditandatangani oleh pejabat yang
berwenang
26. Buku Ekspedisi Bebas : Buku ini berisikan daftar narapidana
yang bebas pada hari itu yang ditandatangani oleh pejabat yang
berwenang.
27. Buku Register Melarikan Diri : Buku Register Melarikan Diri
digunakan untuk mencatat identitas tahanan/ narapidana yang
melarikan diri.
Sekian
dan
terima kasih

Anda mungkin juga menyukai