About
Tax Perencanaan pajak tidak bertujuan
untuk melaksanakan kewajiban
Planning perpajakan dengan tidak benar, tetapi
berusaha untuk memanfaatkan
peluang berkaitan dengan peraturan
perpajakan yang menguntungkan
perusahaan tetapi tidak merugikan
pemerintah dan dilakukan dengan cara
yang legal.
Perencanaan pajak atau Tax Planning merupakan
tahap awal untuk melaksanakan analisis secara
sistematis berbagai perlakuan perpajakan dengan
tujuan untuk mencapai pemenuhan kewajiban
perpajakan minimum.
Hasil
101,770,336,169 dan setelah
dilakukan perencanaan pajak, maka
laba kena pajak menurun sebesar Rp
83,450,953,286. Hal ini berarti
penerapan perencanaan pajak
memberikan keuntungan postif bagi
perusahaan, dimana PPh badan yang
dibayarkan perusahaan sebelum
perencanaan pajak sebesar Rp
25,341,362,741 dan setelah dilakukan
perencanaan pajak, pph badan
perusahaan sebesar Rp
20,779,737,573. Maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat selisih PPh
badan sebesar Rp 4,561,625,168 yang
merupakan penghematan pajak yang
diperoleh akibat dilakukannya
perencanaan pajak.
Hasil diatas diperkuat
dengan hasil
wawancara.
1 2
Marsel lucky susanto selaku staff perpajakan Dhita Kurniawati selaku staff accounting
menyatakan juga menyatakan
“Proses Strategi untuk meminimalkan beban pajak yaitu
Tunjangan PPH Pasal 21, Biaya makan dan minum, Biaya “Dengan adanya 5 strategi untuk meminimalkan
bahan bakar, Biaya penyusutan, dan Pendapatan lain- beban pajak dapat berdampak besar pada laba
lain di perusahaan sudah berjalan sangat baik, untuk perusahaan dan beban pajak pada tahun ini. Laba
pedomannya kami menggunakan pedoman dari menteri perusahaan tahun ini meningkat dan mengefesiensi
keuangan. Dampak dari di adakannya Strategi ini yaitu beban pajak yang ada di perusahaan. Jika laba
bertambahnya laba perusahaan dan hal ini dapat tahun ini maka kemungkinan besar laba perusahaan
meningkatkan efisiensi Beban Pajak Penghasilan (PPh) tahun depan juga akan meningkat. Hal ini juga akan
badan pada perusahaan ini” Meningkatkan Efisiensi Beban Pajak Penghasilan
(PPh))”.
3
Bapak A. Mulyadi, SE, MSA, ACPA
selaku dosen Prodi Akuntansi
FBHIS UMSIDA
Terdapat perbedaan yang cukup material antara PPh terutang sebelum dilakukan perencanaan pajak
dengan setelah dilakukan perencanaan pajak. Sebelum dilakuakan perencanaan pajak PPh yang harus
dibayar oleh PT Supreme Surabaya Motor Service adalah sebesar Rp 25,341,362,741 dan setelah
dilakukan perencanaan pajak adalah sebesar Rp 20,779,737,573. Perusahaan dapat menghemat pajak
sebesar Rp. 4,561,625,168.
Dengan penerapan perencanan pajak yang sesuai dengan perundang-undangan maka perusahaan bisa
menghemat pembayaran pajak terutang dan bisa memberikan kesejahteraan bagi karyawan perusahaan
tersebut. Dan untuk penerapan perencanaan pajak ini sebaiknya perusahaan senantiasa mengikuti
perkembangan peraturan-peraturan perpajakan atau isu-isu yang berkaitan dengan pajak.
Artikel :
https://acopen.umsida.ac.id/index.php/acopen/article/view/2543/1246