Anda di halaman 1dari 24

CLINICAL SCIENCE SESSION

ENDOMETRIOSIS AND RISK OF ADVERSE


PREGNANCY OUTCOMES

Oleh :

Maydina Gusta, S.Ked


G1A220030

Pembimbing :
dr. Fitri Yulianti, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUD RADEN MATTAHER
2022
Agenda Style
01 ABSTRAK

02 METODE

03 HASIL

04 DISKUSI

05 TABEL
Our Team Style ABSTRAK

Metode : Wanita dengan usia


25 sampai 42 tahun pada Hasil : Endometriosis
Objektif : Untuk tahun 1989, melaporkan dikaitkan dengan risiko
mengetahui hubungan tentang kehamilan dan keguguran yang lebih tinggi,
antara endometriosis kesehatan reproduksi pada serta kehamilan ektopik.
dan risiko terhadap awal tahun dan pada setiap 2 Endometriosis juga dikaitkan
tahun sesudahnya dalam dengan risiko GDM yang
dampak buruk pada
Nurses' Health Study II, lebih tinggi dan hipertensi
kehamilan dalam kehamilan
dalam sebuah studi kohort

Kesimpulan : Endometriosis adalah penyakit ginekologi dimana jaringan mirip endometrium ditemukan
diluar rahim. Pasien biasanya datang dengan dismenore, nyeri panggul asiklik, dispareunia, infertilitas, atau
kombinasi dari semua ini. Diperkirakan 6-10% wanita terkena endometriosis, dengan prevalensi yang lebih
tinggi (sekitar 20-30%) pada wanita dengan infertilitas.
METODE

 Nurses' Health Study II adalah studi kohort prospektif yang sedang berlangsung mengikuti 116.429

perawat wanita yang terdaftar di AS yang berusia 25-42 tahun pada saat pendaftaran ditahun 1989.
 Wanita ditanya pada setiap kuesioner dua tahunan dari 1993 dan seterusnya apakah mereka
memiliki endometriosis yang terdiagnosis oleh dokter.
 Peserta yang menjawab "ya" menunjukkan tahun diagnosis dan apakah telah dikonfirmasi dengan
laparoskopi, dimana gold standar klinis untuk mendiagnosis endometriosis.
METODE

 Endometriosis yang dilaporkan sendiri divalidasi dalam subkelompok acak peserta Nurses' Health
Study II.
 Untuk wanita yang catatan medisnya tersedia, diagnosis endometriosis terkonfirmasi pada 96% wanita
yang melaporkan endometriosis yang dikonfirmasi secara laparoskopi tetapi hanya 54% wanita yang
melaporkan sendiri endometriosis tanpa terkonfirmasi laparoskopi.
 Hasil utama untuk analisis ini adalah aborsi spontan, kehamilan ektopik, lahir mati, GDM, hipertensi
pada kehamilan (preeklamsia atau hipertensi gestasional), kelahiran prematur, dan berat badan lahir
rendah.
METODE

 Lama kehamilan dilaporkan menggunakan kategori berikut : kurang dari 8, 8-11, 12-19, 20-27, 28-
31, 32-36, 37-39, 40-42, 43 minggu atau lebih.
 Berat badan lahir untuk kehamilan yang berlangsung 20 minggu atau lebih dilaporkan
menggunakan kategori berikut : kurang dari 5,5-5,4, 5,5-6,9, 7-8,4, 8,5-9,9,10 lb atau lebih.
 Hasil kehamilan adalah kelahiran hidup tunggal, kelahiran ganda, keguguran atau lahir mati,
kehamilan tuba atau ektopik, atau aborsi yang diinduksi.
METODE

 Aborsi spontan didefinisikan sebagai kehilangan janin yang terjadi pada usia kehamilan kurang
dari 20 minggu.
 Lahir mati didefinisikan sebagai kehilangan janin pada atau setelah usia kehamilan 20 minggu.
 Kelahiran prematur didefinisikan sebagai kelahiran atau aborsi yang diinduksi pada usia
kehamilan kurang dari 37 minggu.
 Berat badan lahir rendah didefinisikan sebagai berat lahir kurang dari 2.500 g.
METODE

 Pada kuesioner baseline 1989, peserta melaporkan sejumlah karakteristik seperti :

 Tinggi badan  Paritas (jumlah kehamilan yang berlangsung 6 bulan atau lebih)
 Berat badan saat ini  Riwayat infertilitas (lebih dari 12 bulan mencoba untuk hamil tetapi
 Berat badan pada usia 18 tahun tanpa hasil)
 Aktivitas fisik yang dilakukan  Status menopause
 Riwayat merokok  Riwayat DM tipe 2
 Usia saat menarche  Penyakit kardiovaskular
 Lama dan pola siklus menstruasi antara usia 18 dan 22 tahun  Riwayat Kanker
 Penggunaan kontrasepsi oral  Ras dan etnis
METODE

 Dampak buruk pada kehamilan lebih tinggi pada wanita usia lanjut, risiko kehamilan pada wanita
berusia lebih muda dari 35 tahun dibandingkan dengan wanita berusia 35 tahun atau lebih.
 Selain itu, pada wanita dengan endometriosis, yang memiliki riwayat infertilitas dapat mewakili
fenotipe penyakit yang berbeda dan memiliki kemungkinan evaluasi laparoskopi yang berbeda
dibandingkan wanita tanpa riwayat infertilitas, sehingga memperkirakan risiko secara terpisah
berdasarkan riwayat infertilitas.
HASIL

 Endometriosis yang terkonfirmasi secara laparoskopi dikaitkan dengan risiko keguguran yang lebih
tinggi.
 Risiko aborsi spontan : 19,3% pada wanita dengan endometriosis dan 12,3% pada wanita tanpa
endometriosis, risiko kehamilan ektopik : 1,8% pada wanita dengan endometriosis dan 0,8% pada
wanita tanpa endometriosis.
 Ada hubungan antara kehamilan pada wanita dengan endometriosis dan bayi lahir mati, risiko bayi lahir
mati : 1,9% pada wanita dengan endometriosis dan 1,4% pada wanita tanpa endometriosis.
HASIL

 Terdapat hubungan dengan aborsi spontan lebih tinggi untuk kehamilan pada wanita diusia yang lebih muda
(lebih muda dari usia 35 tahun) dan pada kehamilan pertama.
 Hubungan dengan kehamilan ektopik lebih tinggi untuk kehamilan pada wanita tanpa riwayat infertilitas.
 Wanita dengan riwayat endometriosis yang terkonfirmasi secara laparoskopi memiliki risiko GDM 35% lebih
tinggi (4,3%) dan risiko hipertensi pada kehamilan 30% lebih tinggi dibandingkan dengan wanita tanpa
endometriosis (GDM : 3,0%, hipertensi pada kehamilan : 6,6%)
HASIL

 Terdapat hubungan antara endometriosis yang terkonfirmasi secara laparoskopi dengan GDM pada
kehamilan diusia yang lebih muda (lebih muda dari usia 35 tahun) pada kehamilan tanpa riwayat
infertilitas.
 Terdapat hubungan antara endometriosis yang terkonfirmasi secara laparoskopi dan hipertensi
pada kehamilan lebih tinggi pada kehamilan kedua atau selanjutnya.
HASIL

 Kehamilan pada wanita dengan riwayat endometriosis yang terkonfirmasi secara laparoskopi memiliki
risiko kelahiran prematur 16% lebih tinggi dibandingkan dengan kehamilan pada wanita tanpa
endometriosis (risiko kelahiran prematur : 12% pada wanita).
 Dimana menunjukkan bahwa hubungan tersebut lebih tinggi pada kehamilan kedua atau selanjutnya.
 Kehamilan pada wanita dengan endometriosis dikaitkan dengan risiko berat badan lahir rendah 16%
lebih tinggi (risiko berat badan lahir rendah : 5,6% pada wanita dengan endometriosis dan 3,6% pada
wanita tanpa endometriosis).
DISKUSI

 Wanita dengan riwayat endometriosis memiliki risiko lebih tinggi terjadi keguguran, GDM, hipertensi pada kehamilan,
kelahiran prematur, dan berat badan lahir rendah.
 Dipengaruhi oleh heterogenitas :
1) Populasi yang diteliti
2) Endometriosis, dan
3) Sumber data.

Sebagai contoh, banyak penelitian sampai saat ini telah dilakukan diantara wanita yang datang keklinik infertilitas, yang dapat
mempengaruhi ibu usia lanjut, perawatan kesuburan, dan infertilitas itu sendiri dengan endometriosis, dimana peningkatan
risiko dampak buruk pada kehamilan pada populasi ini.
DISKUSI

 Selain itu, ada heterogenitas substansial dalam definisi endometriosis yang digunakan sebelumnya,
dengan variasi dalam kebutuhan untuk patologis, endometrioma, dan pengobatan untuk endometriosis.
 Resistensi progesteron pada wanita dengan endometriosis diduga menyebabkan disregulasi gen penting
dalam implantasi embrio, yang pada akhirnya dapat menyebabkan keguguran.
 Wanita dengan endometriosis memiliki risiko aborsi spontan 75% lebih tinggi dan risiko lahir mati 29% lebih
tinggi dibandingkan dengan wanita tanpa endometriosis, 20% aborsi spontan lebih tinggi dan risiko
kehamilan ektopik 90% lebih tinggi pada wanita hamil dengan endometriosis dibandingkan dengan wanita
tanpa riwayat endometriosis.
DISKUSI

 Risiko GDM 26% lebih tinggi pada wanita dengan endometriosis dibandingkan dengan wanita
tanpa endometriosis.
 Hubungan antara endometriosis dan GDM lebih tinggi untuk kehamilan pada wanita yang lebih
muda dan juga pada kehamilan kedua atau selanjutnya.
 Risiko GDM meningkat seiring bertambahnya usia, seiring bertambahnya usia, pengaruh
endometriosis tidak seberat faktor risiko terkait usia lainnya.
 Data tingkat nasional juga menunjukkan terdapat peningkatan dalam diagnosis GDM antara
1989 dan 2004. Insiden GDM meningkat diantara semua kehamilan setelah tahun 1989.
DISKUSI

 Literatur tentang endometriosis dan hipertensi pada kehamilan beragam, dengan beberapa
penelitian menunjukkan peningkatan risiko, beberapa tidak ada hubungan, dan beberapa terdapat
penurunan risiko.
 Wanita dengan endometriosis memiliki risiko 13% lebih tinggi terjadi preeklamsia dan 37% risiko
yang lebih tinggi dari preeklamsia dibandingkan dengan wanita tanpa riwayat endometriosis.
 Risiko hipertensi pada kehamilan yang lebih tinggi pada populasi dalam penelitian ini, dengan
hubungan yang lebih berat pada kehamilan kedua atau selanjutnya.
DISKUSI

 Wanita dengan endometriosis memiliki keadaan inflamasi baik secara lokal maupun sistemik.
 Peningkatan inflamasi merupakan salah satu mekanisme yang diperkirakan meningkatkan risiko kelahiran
prematur.
 Risiko yang lebih tinggi dari kelahiran prematur untuk wanita dengan endometriosis dibandingkan dengan
wanita tanpa endometriosis.
 Endometriosis dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan melalui kontraktilitas uterus yang tidak
memadai dan plasentasi yang tidak tepat.
 Kehamilan pada wanita dengan endometriosis dikaitkan dengan berat badan lahir rendah dibandingkan
dengan kehamilan pada wanita tanpa endometriosis.
DISKUSI

 Wanita yang mengalami keguguran berulang yang menerima evaluasi infertilitas atau wanita yang
mengalami kehamilan ektopik yang menjalani operasi korektif, terdapat kemungkinan bias diagnostik untuk
kehamilan sebelum tahun 1989 karena endometriosis dapat didiagnosis secara tidak sengaja dalam
keadaan klinis ini.
 Tidak terdapat perbedaan dalam prevalensi endometriosis itu sendiri dan diagnosis infertilitas pada
kehamilan dengan aborsi spontan berulang dibandingkan dengan kehamilan normal sebelum tahun 1989.
 Selain itu, sebagian besar (sekitar 90%) kehamilan ektopik ditatalaksana secara medis tanpa operasi yang
meminimalkan risiko bias diagnostik dalam hasil ini.
DISKUSI

 Penelitian ini tidak memiliki ukuran sampel atau detail yang cukup untuk menyelidiki titik akhir
kehamilan plasenta previa, akreta, atau serviks, yang dapat mempengaruhi dampak buruk pada
kehamilan.
 Berdasarkan usia ibu, paritas, dan riwayat infertilitas, penelitian masa depan harus berfokus pada
perbedaan untuk membedakan antara diagnosis endometriosis dan kehamilan.
 Serta menjelaskan mekanisme jalur untuk intervensi atau prosedur skrining untuk meningkatkan
kesehatan wanita dengan endometriosis dan anak-anak mereka.
TABEL 1. Karakteristik wanita hamil dalam Nurses' Health Study II berdasarkan status endometriosis yang
dikonfirmasi secara laparoskopi
TABEL 2. Riwayat endometriosis yang dikonfirmasi secara laparoskopi dan risiko dampak buruk pada kehamilan pada Nurses'
Health Study II
TABEL 2. Riwayat endometriosis yang dikonfirmasi secara laparoskopi dan risiko dampak buruk pada kehamilan pada Nurses'
Health Study II
Thank You

Anda mungkin juga menyukai