Anda di halaman 1dari 5

GIDEON

HAKIM-HAKIM 6 :1-20

Pada suatu masa bangsa Israel ditindas oleh suku Midian dan

sekutunya Amalek. Orang-orang Midian dan Amalek

menghancurkan ternak dan tanaman mereka terus menerus sehingga

mereka hidup melarat dan hanya mampu bersembunyi di balik

gunung maupun gua. (Hakim Hakim 6:1-6).


Tuhan lalu mengutus MalaikatNya untuk menemui Gideon,
menyampaikan pada Gideon bahwa Tuhan memilih dirinya
untuk mengalahkan orang Midian dan Amalek.(ay11-12).Gideon
hanyalah seorang yang paling muda dari suku yang paling kecil
diantara suku-suku yang ada. (ay 15). Dengan serangkaian tanda
dari Tuhan, Gideon pun akhirnya tidak ragu lagi dan percaya
penuh bahwa dirinya memang diutus Tuhan untuk mengalahkan
Midian dan Amalek
Jumlah pasukan yang dikumpulkan Gideon berjumlah 32.000 orang, yang
sebenarnya masih terlalu sedikit jika dibandingkan dengan jumlah pasukan Midian dan
Amalek. Tapi Tuhan berkata bahwa itu terlalu banyak. Tuhan tidak membutuhkan jumlah
pasukan yang besar, karena Dia ingin orang Israel tahu bahwa yang menyelamatkan
mereka bukanlah kuat perkasa mereka, melainkan tangan Tuhan. (ay 2). Jumlah ini
kemudian menyusut menjadi 10.000, tapi tetap jumlah ini dianggap Tuhan terlalu banyak.
(ay 2-4). Dan melalui seleksi unik sesuai perintah Tuhan, jumlah akhir yang disetujui
adalah 300.(ay 5-7) Gideon dan 300 pasukan, melawan pasukan sebegitu banyak seperti
wabah belalang dan butiran pasir di pantai? Itu faktanya, dan itulah yang terjadi. Gideon
taat karena ia tahu bahwa Tuhan ada bersama dirinya dan 300 pasukan yang dipimpinnya.
Pada malam hari Gideon dibangunkan Tuhan, dan diminta untuk masuk menyerbu perkemahan Midian dan
Amalek. Gideon turun menuju perbatasan perkemahan musuh, dimana ia kemudian mendengar seorang
prajurit bercerita pada temannya tentang sebuah mimpi. Mimpinya berbunyi bahwa ada sekeping roti yang
terguling masuk ke perkemahan orang Midian dan menghancurkan kemah mereka sampai habis runtuh. (ay
13). Cerita ini semakin memperteguh semangat Gideon. Kemudian Gideon membagi pasukannya atas 3
bagian, dengan dilengkapi sangkakala dan buyung (tempayan) kosong. Nantinya dengan dipimpin oleh
Gideon, mereka akan serempak meniup sangkakala sambil memecahkan tempayan-tempayan di tangan
mereka, dan berseru “Pedang demi TUHAN dan demi Gideon!” (ay 18). Ternyata strategi mereka ini
membuat pasukan-pasukan Amalek dan Midian panik, kacau balau dan melarikan diri. Tidak seperti kisah
raja Leonidas yang berakhir tragis di film 300, kali ini 300 pasukan pimpinan Gideon meraih kemenangan
mutlak dengan adanya Tuhan dipihak mereka.
Seperti Gideon, kita pun menghadapi peperangan setiap saat. Peperangan kita bukanlah melawan darah
dan daging, melainkan melawan tipu muslihat iblis, melawan pemerintah-pemerintah, melawan
penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di
udara. Tipu muslihat kuasa gelap akan terus berupaya mempengaruhi dan melemahkan kita. Kita pun
melakukan peperangan dengan dosa-dosa kedagingan yang berasal dari dalam diri kita, menyerang kita
lewat kelemahan, kekhawatiran dan keraguan kita. Jika kita hanya membiarkan diri kita diserang cepat
atau lambat kita bisa kehilangan kekuatan dan semangat. Dari kisah Gideon dimana Tuhan menyatakan
kekuatanNya, Tuhan langsung turun tangan. Bahkan dalam kondisi yang kelihatannya tidak mungkin
sekalipun, jika Tuhan menyertai, kita akan mengalahkan apapun yang ingin menghancurkan
kita. Kuncinya adalah ketaatan dan penyerahan sepenuhnya pada kuasa Tuhan dalam menghadapi
peperangan demi peperangan untuk memperoleh kemenangan demi kemenangan. Kemudian yang tak
kalah penting, Saat sangkakala dan puji-pujian bagi Tuhan mampu memporak-porandakan pertahanan
musuh. Ada kuasa di atas pujian dan penyembahan, karena Tuhan bertahta di atas puji-pujian.

Anda mungkin juga menyukai