Anda di halaman 1dari 91

BAB II

MANUSIA, MASYARAKAT
DAN HUKUM
MENGAPA DALAM KEHIDUPAN
MASYARAKAT MEMBUTUHKAN HUKUM???
Alasan manusia bermasyarakat :

MANUSIA adalah makluk yang lemah,  pertahanan


hidup
1.adanya ikatan pertalian darah,
2.persamaan nasib,
3.persamaan agama,
4.persamaan bahasa,
5.persamaan cita-cita,
6.persamaan idiologi,
7.persamaan budaya dll

Darifaktor-faktor diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa


bagi tiap individu hidup bersama itu merupakan suatu
keharusan yang tidak dapat dielakkan.
A. Manusia Sebagai Makhluk Sosial 4

Menurut kodratnya manusia sebagai makhluk


sosial.
Ia selalu hidup bersama dan berkelompok, dan
kelompok manusia itulah yang disebut dengan
masyarakat.
Menurut Aristoteles dikatakan bahwa manusia
itu adalah “Zoon Politicon” artinya: bahwa
manusia itu sebagai makhluk pada dasarnya
ingin selalu berkumpul dengan sesamanya.
Aristoteles (384-322 SM), manusia adalah “ZOON
POLITICON” , Manusia sebagai makhluk pada dasarnya selalu
ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia lainnya,
makluk yang suka bermasyarakat. Karena sifatnya yang suka
bergaul satu sama lain maka manusia disebut makluk sosial.

Persatuan manusia yang timbul dari kodrat


yang sama itu lazim disebut Masyarakat.
Jadi masyarakat terbentuk apabila ada dua
orang atau lebih hidup bersama, sehingga
dalam pergaulan hidup itu timbul pelbagai
hubungan yang mengakibatkan orang dengan
yang lainnya saling mempengaruhi
lanjutan 6
 Kelompok manusia yang lazim disebut masyarakat
dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :
1. Masyarakat yang teratur.
 Yaitu masyarakat yang diatur dengan tujuan
tertentu.
2. Masyarakat teratur dengan sendirinya
 Yaitu masyarakat ini ada karena kesamaan
kepentingan
3. Masyarakat tidak teratur
 Masyarakat yang terjadi dengan sendirinya.
Lanjutan 7

 Menurut dasar hubungan yang diciptakan oleh para


anggotanya, bentuk masyarakat dibedakan menjadi
1. Masyarakat Paguyuban (Gemeinschaft)
 Yaitu masyarakat yang antar anggota satu dengan
yang lain ada hubungan pribadi.
2. Masyarakat Patembayan (Gesselshaft)
 Yaitu Masyarakat yang hubungan antar anggota satu
dengan yang lain bersifat lugas dan mempunyai tujuan
yang sama yaitu untuk mendapat keuntungan materiil.
Lanjutan 8

1. Menurut dasar kebudayaan masyarakat


dapat dibedakan menjadi :
a. masyarakat primitif dan modern
b. masyarakt desa dan masyarakat kota
c. masyarakat teritorial
d. masyarakat geneologis
e. masyarakat teritorial geneologis
Lanjutan 9

2. Menurut hubungan keluarga, bentuk


masyarakat dapat dibedakan menjadi
a. Keluarga inti
b. Keluarga luas
c. Suku Bangsa
d. Bangsa
lanjutan 10

Faktor-fakoryang mendorong manusia untuk


hidup bermasyarakat, yaitu manusia ingin
hidup berkelompok/bermasyarakat karena
didorong oleh beberapa hal yaitu :
1) Hasrat untuk memenuhi makan/minum,
untuk memenuhi kebutuhan ekonomi
2) Hasrat untuk membela diri
3) Hasrat untuk mengadkan keturunan
B. KAEDAH SEBAGAI PERLINDUNGAN
KEPENTINGAN
Kaidah Sebagai Perlindungan Kepentingan
12
 Manusia yang hidup bermasyarakat selalu mempunyai
tujuan untuk memenuhi kebutuhannya.
 Untukmencapai tujuan tersebut sesama anggota
masyarakat terjadi suatu hubungan / Kontak atara anggota
masyarakat yang satu dengan anggota yang lain dalam
rangka untuk mencapai tujuannya serta untuk melindungi
kepentingannya.
 Karena itu manusia di dalam masyarakat tidak dapat
dihindarkan dari adanya pergesekan-pergesekan atau
pertentangan-pertantangan kepentingan (Conflik of interst).
Karena masing-masing orang sebagai anggota masyarakat
selalu mempunyai kepentingannya sendiri-sendiri.
Peraturan Hidup 13
1. Manusia di dalam masyarakat untuk mencapai
kepentingannya selalu memerlukan / membutuhkan
perlindungan kepentingan.
2. Perlindungan kepentingan itu akan tercapai dengan
terciptanya “pedoman” atau “peraturan hidup”.
3. Pedoman atau peraturan hidup ini akan memberi petunjuk
kepada manusia bagaimana manusia itu bertingkah laku,
agar tidak merugikan orang lain.
4. Pedoman tingkah laku inilah yang yang disebut dengan
“Kaidah” atau ”Norma”, atau “Hukum”.
5. Berdasarkan pernyataan tersebut di atas maka dapat
diketahui bahwa “Kaidah” atau “Norma”, atau “Hukum” itu
selalu ada sangkut- pautnya dengan manusia.
Kaidah Sosial 14

 Di dalam kehidupan masyarakat ada 4


(empat) jenis kaidah/norma yang dijadikan
sebagai pedoman tingkah laku sebagai
berikut:
1. Kaidah agama
2. Kaidah kesusilaan
3. Kaidah Kesopanan
4. Kaidah HUKUM
1. Kaidah Agama
15
Kaidah Agama : yaitu peraturan hidup yang oleh para
pengikut-prngikutnya dianggap sebagai perintah dari Tuhan.
1) Isi dari kaidah agama ini adalah larangan, perintah
dan anjuran yang merupakan tuntutan hidup manusia
untuk menuju ke arah yang baik dan benar. Kaidah ini
mengatur tentang kewajiban-kewajiban manusia
terhadap Tuhan dan kepada dirinya sendiri.
Pelanggaran terhadap kaidah ini ada sanksinya yang
berasal dari Tuhan.
2) Contoh kaidah agama misalnya jangan membunuh,
jangan berzinah, jangan mencuri, hormatilah orang
tuamu, contoh tersebut diambil dari sepuluh perintah
Tuhan yang diturunkan melalui Musa.
2.Kaidah Kesusilaan 16

1) Yaitu peraturan hidup yang didasarkan dari suara hati


(rasa susila) manusia. Suara hati tesebut menentukan
perbuatan mana yang baik dan mana yang buruk.
2) Kaidah kesusilaan tergantung pada setiap pribadi
manusia, maka manusia berbuat baik atau buruk karena
suara hatinya.
3) Kaidah kesusilaan ditujukan kepada sikap batin
manusia, karena kaidah kesusilaan ini berasal dari
manusia sendiri maka sanksi terhadap pelanggaran
kaidah ini berasal bain manusia itu sendiri.
4) Contoh kaidah kesuliaan misalnya menipu orang tua,
berbuat cabul, berzinah, dll.
3. Kaidah Kesopanan
17
1) yaitu peraturan hidup yang timbu dari pergaulan dalam
masyarakat tertentu (berlaku dilingkngan kecil).
2) Kaidah kesopanan dasarnya adalah kepantasan,
kebiasaan atau kepatutan yang berlaku dalam
masyarakat. Karena itu kaidah kesopanan disebut juga
kaidah sopan santun, tata krama atau adat istiadat.
3) Kaidah ini ditujukan kepada sikap lahir kepada setiap
pelakunya demi ketertiban masyarakat.
4) Tujuannya untuk manusia sebagai makhluk sosial bukan
sebagai makhluk pribadi yang hidup ditengah-tengah
masyarakat.
5) Sanksi terhadap pelanggaran kaidah kesopanan berasal
dari kekuasaan dari luar yaitu mendapatkan pencelaan
dari masyarakat dimana ia berada. Jadi kaidah
kesopanan bersifat heteronom.
18
Contoh kaidah kesopanan misalnya :
a. Menggunakan barang milik orang lain
harus minta izin pemiliknya.
b. Mengenakan pakaian yang pantas jika
pergi ke pesta.
c. Tidak mengenakan sandal jepit pada saat
kuliah.
d. Mengucap salam ketika bertemu dengan
sesamanya
4. Kaidah Hukum 19
1) yaitu peraturan yang dibuat oleh penguasa masyarakat atau
penguasa negara, mengikat setiap orang dan berlakunya dapat
dipaksakan oleh aparat negara, sehingga berlakunya kaidah hukum
dapat dipertahankan.
2) Kaidah hukum ditujukan kepada sikap lahir manusia. Kaidah
hukum tidak mempersoalkan apakah sikap batin seseorang itu baik
atau buruk, yang diperhatikan adalah bagaimana perbuatan lahiriah
orang itu.
3) Kaidah hukum tidak akan memberi sanksi kepada seseorang yang
mempunyai sikap bati yang buruk, tetapi yang akan diberi sanksi
oleh kaidah hukum adalah perwujudan sikap batin yang buruk yang
diekspresikan dalam perbuatan konkrit.
4) Sanksi bagi pelanggar kaidah hukum datang dari luar diri manusia
yang bersifat heteronom. Kaidah hukum tidak hanya memberikan
kewajiban akan tetapi juga memberikan hak.
Contoh kaidah Hukum 20
a. Barang siapa sengaja merapas nyawa orang lain
tanpa hak, diancam karena pembunuhan dengan
pidana penjara paling lama lima belas tahun (Pasal
338 KUHP).
b. Tiap-tiap perikatan adalah untuk memberiakan
sesuatu, untuk berbuat sesuatau atau untuk tidak
berbuat sesuatu ( Pasal 1234 KUH Perdata).
c. Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut
hukum masing-masing agamanya
dankepercayaannya (Pasal 2 Ayat (1) UU No. 1
Tahun 1974).
Perbedaan Kaidah Sosial Dengan
Kaidah Hukum 21

 Perbedaan antara kaidah agama, kaidah kesusilaan,


kaidah kesopanan dengan kaidah hukum dapat dilihat
dari beberapa segi seperti tujuan, sasaran, Asal-usul,
Sanksi dan isinya dapat dipaparkan dalam ragaan di
bawah ini :
Perbedaan Kaidah Sosial Dengan Kaidah Hukum
22
Kaidah Kaidah Kaidah Kaidah
Agama Kesusilaan Kesopanan Hukum

tujuan 1. Umat manusia 1. Pelaku yang konkrit


2. Penyempurnaan manusia 2. Ketertiban masyarakat
3. Mencegah manusia menjadi jahat 3. Menghindari Jatuhnya Korban

Sasaran Aturang yang ditujukan kepada sikap Aturan yang ditujukan kepada
batin perbuatan konkrit (lahiriah)

Asal- usul Dari Tuhan Dari diri sendiri Kekuasaan dari luar yang memaksa

Sanksi Dari Tuhan Dari diri Sendiri Dari masyarakat Dari Masyarakat
secara tak resmi secara resmi

Memberi Memberi Memberi Memberi


isi kewajiban kewajiban kewajiban kewajiban dan
Hak
Hubungan antara kaidah Hukum dengan Kaidah Sosial
23

1. Hubungan yang saling memperkuat antara kaidah


hukum dan kaidah agama sangat erat
hubungannya karena kaidah agama menunjang
tercapainya tujuan kaidah hukum.
2. Jika manusia mematuhi kaidah agama dia tidak
berani melakukan pelanggaran terhadap kaidah
hukum karena takut akan sanksi hukumnya.
Begitu juga terhadapa kaidah kesusilaan dan
kaidah kesopanan juga saling mengisi.
Hubungan antara kaidah Hukum dengan Kaidah Sosial
24

 Hubungan yang saling melemahkan yakni


hubungan yang salin melemahkan yaitu jika isi
kaidah hukum dan kaidah sosial lainnya saling
bertentangan.
 Misalnyalarangan untuk menahan(menyandera)
seseorang dengan alasan apapun, bertentang
dengan seorang penyidik menahan seorang
penjahat karena menjalankan perintah undang-
undang.
Sifat pembentukannya, yaitu;
1) Masyarakat yang teratur oleh karena
sengaja diatur untuk tujuan tertentu,
misalnya perkumpulan olah raga.
2) Masyarakat yang teratur tetapi terjadi
dengan sendirinya, oleh karena orang-
orang yang bersangkutan mempunyai
kepentingan bersama, misal penonton
film.
3) Masyarakat yang tidak teratur, misal
pembaca surat kabar.
Hubungan kekeluargaan misal, rumah tangga, sanak
saudara, suku, bangsa dsb.
Peri-kehidupan/ kebudayaan.misal ;
 masyarakat primitif dan modern,
 masyarakat desa dan kota,
 masyarakat territorial yang anggota-anggotanya
tinggal di dalam satu daerah,
 masyarakat genealogis yang anggota-anggotanya
mempunyai pertalian darah (seketurunan),
 masyarakat territorial-genealogis yang
anggota-anggotanya bertempat tinggal dalam satu
daerah dan mereka satu keturunan.
b. KAEDAH sebagai perlindungan
kepentingan
Kaedah Sosial sebagai Perlindungan Kepentingan
Sosial 28
Manusia hidup bermasyarakat mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhannya.
Tujuan manusia tersebut menunjukkan bahwa di antara sesama anggota
masyarakat terjadi hubungan atau kontak dalam rangka mencapai dan melindungi
kepentingannya.
Manusia sebagai pribadi pada dasar­nya dapat berbuat menurut kehendaknya atau
bebas. Tetapi manusia sebagai makhluk sosial yang hidup di masyarakat tidak dapat
berbuat bebas menurut Kehendaknya.

Dalam kontak sosial manusia dibatasi oleh ketentuan-ketentuan yang mengatur


tingkah laku dan sikap mereka, karena jika tidak demikian akan terjadi ketidak
seimbangan dalam masyarakat.
Dengan pembawaan sikap pribadinya biasanya manusia ingin dipenuhi
kepentingannya terlebih dahulu tanpa mengingat kepentingan orang lain.
Jika keadaan seperti itu tidak diatur atau tidak dibatasi oleh ketentuan-
ketentuan maka manusia yang lemah akan tertindas.
Ketentuan yang mengatur tingkah laku manusia atau yang menjadi pedoman
manusia untuk berperilaku guna menjaga keseimbangan kepentingan mereka dalam
masyarakat itu dinamakan kaidah sosial. 28
KAEDAH (NORMA) HUKUM DAN KAEDAH SOSIAL

Faktor-faktor pendorong untuk hidup


bermasyarakat manusia ingin selalu hidup
berkelompok dengan sesamanya atau hidup
bermasyarakat, karena didorong oleh
beberapa hal yakni (teori Maslow):
1. Hasrat untuk memenuhi makan dan minum
atau untuk memenuhi kebutuhan ekonomis.
2. Hasrat untuk membela diri.
3. Hasrat untuk mengadakan keturunan. 29
PROSES TERJADINYA KAEDAH
Manusia, baik sebagai pribadi maupun warga masyarakat, tidak
selalu menyadari bahwa dalam kehidupannya sehari-hari
sebetulnya telah berperikelakuan atau bersikap tindak menurut
pola tertentu melalui proses:
- Imitasi
- Edukasi

Dalam suatu pola tertentu manusia berharap akan terpenuhi


kebutuhan-kebutuhan dasarnya: ( A.H. MASLOW, 1954)
- Food, shelter, clothing
- Safety of self and property
- Self esteem
- Self actualization
- Love
 Pola
hidup
Suatu struktur atau susunan dari kaedah-kaedah
untuk hidup.

 Kaedah
Patokan atau ukuran ataupun pedoman untuk
berperikelakuan atau bersikap tindak dalam hidup.

Ditinjau dari kenyataan kehidupan, sumber kaedah


adalah hasrat untuk hidup pantas (sayogya)
KAIDAH/NORMA SEBAGAI PERLINDUNGAN KEPENTINGAN
Norma-norma mempunyai dua macam isi, :
 Perintah,
Merupakan keharusan bagi seseorang untuk berbuat
sesuatu oleh karena akibat-akibatnya dipandang baik.

 Larangan,
Merupakan keharusan bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu
oleh karena akibat-akibatnya dipandang tidak baik.
Norma-norma dapat dipertahankan dengan sanksi-sanksi, yaitu
ancaman hukuman terhadap siapa saja yang melanggarnya.

Sanksi itu merupakan suatu pengukuhan terhadap berlakunya norma-


norma tadi dan merupakan pula reaksi terhadap perbuatan yang
melanggar norma.
 Keamanan dalam masyarakat akan terpelihara, bilamana tiap warga
masyarakat itu tidak mengganggu sesamanya. Bila tidak, maka
masyarakat akan kacau, karena manusia bersifat individualistis.

Bilamana seseorang melanggar suatu norma, maka akan mendapat


sanksi yang berbagai-bagai macam beratnya.
Contoh peraturan hidup seperti;
 Seorang penjual diharuskan menyerahkan barang yang telah
terjual kepada pembelinya.
 Orang yang mencuri barang milik orang lain harus dihukum.

Norma hukum disertai sanksi berupa hukuman yang sifatnya


memaksa, jika peraturan hidup dilanggar. Sanksi berupa ;
 Pidana penjara (hukuman badan), atau
 Penggantian kerugian (pidana denda)
Yang mengatur tingkah laku manusia dalam
masyarakat, ialah peraturan hidup.
1.Peraturan hidup tersebut memberi petunjuk
kepada manusia bagaimana ia harus
bertingkah laku dan bertindak di dalam
masyarakat.
2.Peraturan-peraturan hidup seperti itu disebut
peraturan hidup kemasyarakatan.
3.Peraturan hidup kemasyarakatan ini,
dinamakan Kaedah (dari bahasa Arab) atau
Norma (dari bahasa latin).
KAIDAH-KAIDAH SOSIAL DAN 
KAIDAH HUKUM

1. Kaidah kepercayaan /agama


2. Kaidah kesusilaan
3. Kaidah kesopanan
4. Kaidah hukum
Dalam pergaulan hidup dibedakan 4 macam norma itu kaedah, yaitu;
1. Norma Agama, adalah peraturan hidup yang diterima sebagai perintah-
perintah, larangan-larangan dan anjuran-anjuran yang berasal dari Tuhan.
Para pemeluk agama mengakui dan berkeyakinan, bahwa peraturan-peraturan
hidup itu berasal dari Tuhan dan merupakan tuntunan hidup ke arah jalan yang benar.

Beberapa contoh:
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan
riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu
terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu
adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”( Al Quran:
Surah Al Baqarah, ayat 275),
“Hormatilah orang tuamu, agar supaya engkau selamat” (Injil Perjanjian Lama : Hukum yang ke V).

Norma agama itu bersifat umum dan berlaku seduania (universal) serta berlaku bagi seluruh golongan
manusia di dunia.
Kaedah agama atau kaedah kepercayaan yaitu kaedah sosial
yang asalnya dari Tuhan dan berisikan larangan-
larangan, perintah-perintah dan anjuran-anjuran. Kaedah
ini merupakan tuntunan hidup manusia untuk menuju ke
arah yang baik dan benar. Kaedah agama mengatur
tentang kewajiban-kewajiban manusia kepada Tuhan dan
kepada dirinya sendiri. Pelanggaran terhadap kaedah
agama ada sanksinya, namun sanksi itu akan datang dari
Tuhan. Contoh-contoh sebagai berikut:
1) Jangan memuja berhala, berbaktilah kepada Ku saja dan
cintailah Aku lebih dari segala sesuatu.
2) Hormatilah ibu bapaKmu.
3) Jangan membunuh.
4) Jangan mencuri.
5) Jangan berbuat cabul.
37
Kelima contoh tersebut diambil dari sepuluh perintah
37 Allah.
TATA KAEDAH KEPERCAYAAN

Kaedah-kaedah kepercayaan termasuk tata kaedah


dalam salah satu aspek hidup pribadi dari manusia
yang tujuannya hanya untuk menguasai atau
mengatur kehidupan pribadi didalam mempercayai
atau meyakini kekuasaan gaib, Tuhan Yang Maha
Esa, Dewa-dewa dan lain sebagainya. Tata kaedah
tersebut hanya untuk kehidupan beriman

Kaedah fundamentil atau grundnorm kehidupan


beriman dapat dirumuskan “Manusia harus yakin
dan mengabdi kepada kekuasaan Tuhan Yang Maha
Esa”
2. Norma Kesusilaan,
Peraturan hidup yang dianggap sebagai suara hati sanubari manusia
(insan-kamil), berupa bisikan kalbu atau suara batin yang diakui dan diinsyafi
oleh setiap orang sebagai pedoman dalam sikap dan perbuatannya.
Tujuan manusia agar supaya ia menjadi manusia yang sempurna.

Hasil dari norma kesusilaan itu pada manusia bergantung pada pribadi
masing-masing orang. Isi hatinya mentakan perbuatan mana yang jahat. Hati
Nuraninya akan menentukan apakah ia akan melakukan sesuatu perbuatan,

misalnya;
 Hendaklah engkau berlaku jujur
 Hendaklah engkau berbuat baik terhadap sesama manusia
Kaedah kesusilaan, adalah peraturan hidup yang berasal dari suara hati manusia.
Suara hati manusia menentukan perbuatan mana yang baik 40 mana
dan perbuatan
yang buruk, oleh karenanya kaedah kesusilaan bergantung pada setiap pribadi
manusia. Manusia itu berbuat baik atau berbuat buruk karena bisikan suara
hatinya.
Kaedah kesusilaan mendorong manusia untuk kebaikan akhlak pribadinya guna
penyempurnaan manusia. Kaedah kesusilaan melarang juga manusia untuk
mencuri, berbuat cabul dan lain-lain, karena hal tersebut juga dirasa bertentangan
dengan kaedah kesusilaan yang ada dalam hati nurani setiap manusia yang
normal.
Kaedah kesusilaan ditujukan kepada sikap batin manusia, asalnya dari manusia
sendiri maka yang mengancam setiap pelanggaran kaedah kesusilaan adalah batin
manusia itu sendiri. Dengan kata lain sanksi untuk mereka yang melanggar kaedah
kesusilaan bukanlah paksaan dari luar dirinya melainkan dari batinnya sendiri, oleh
karena itu kaedah kesusilaan bersifat otonom.
Contoh-contoh kaedah kesusilaan misalnya:
1) Berbuatlah jujur.
2) Hormatilah sesamamu.
3) Jangan berzinah.
4) Jangan mencuri.
5) Jangan membunuh. 40
TATA KAEDAH KESUSILAAN

Kaedah –kaedah kesusilaan yang dipakai dalam


arti etika dalam arti sempit (moral) yang termasuk
aspek hidup pribadi karena kegunaannya adalah
untuk kehidupan pribadi seseorang, yang dapat
melenyapkan ketidak seimbangan hidup pribadi,
mencegah kegelisahan diri sendiri, dan
sebagainya, karena fungsinya sebagai pedoman/
patokan untuk dapat keluar dari kesangsian dan
kebimbangan.

Kaedah Fundamentil: Seseorang harus baik


akhlaknya
Dalam norma kesusilaan terdapat juga peraturan-peraturan hidup
seperti yang terdapat dalam norma agama, misalnya :
 Jangan engkau membunuh manusia.
 Hormatilah sesama manusia agar hidupmu selamat.

Norma kesusilaan dapat juga menetapkan buruk baiknya


suatu perbuatan manusia dan turut pula memelihara
ketertiban manusia dalam masyarakat.

Norma kesusilaan bersifat umum dan universal, dapat diterima oleh


seluruh umat manusia.
4. Norma Kesopanan,
Peraturan hidup yang timbul dari pergaulan segolongan manusia, diikuti dan
ditaati sebagai pedoman yang mengatur tingkahlaku manusia terhadap
manusia yang ada disekitarnya.

Satu golongan masyarakat dapat menetapkan peraturan tertentu tentang


kesopanan, yaitu apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh seseorang
dimasyarakat, seperti:
1) Jangan meludah di lantai atau di sembarang tempat.
2) Orang muda harus menghormati orang yang lebih tua.
3) Berilah tempat untuk wanita, (orang tua, hamil dsb.) di
kendaraan umum seperti Bus.

Norma kesopanan tidak berlaku bagi seluruh masyarakat


dunia, melainkan bersifat khusus dan setempat (regional)
dan hanya berlaku bagi masyarakat segolongan tertentu.
Kaedah kesopanan adalah peraturan hidup yang timbul dari pergaulan dalam
masyarakat tertentu. Kaedah kesopanan, dasarnya adalah kepantasan,
kebiasaan atau kepatutan yang berlaku dalam masyarakat. 44
Oleh karena itu kaedah kesopanan dinamakan pula kaedah sopan santun, tata
krama atau adat.
Kaedah sopan santun atau kaedah kesopanan ditujukan kepada sikap lahir
setiap pelakunya demi ketertiban masyarakat dan untuk mencapai suasana
keakraban dalam pergaulan, sehingga tujuannya bukan manusia sebagai pribadi
tetapi manusia sebagai makhluk sosial yang hidup bersama di tengah masyarakat.
Sanksi terhadap setiap pelanggar kaedah kesopanan adalah mendapat
celaan dari masyarakat dimana ia berada.
Dengan demikian maka sanksi itu dipaksakan oleh kekuasaan dari luar
yaitu masyarakat. Karena itu kaedah kesopanan bersifat heteronom.
Contoh-contoh kaedah kesopanan misalnya :
1) Orang muda wajib menghormati orang yang lebih tua.
2) Jika seseorang akan memasuki rumah orang lain harus minta
izin lebih dahulu.
3) Mempersilakan duduk seorang wanita hamil yang berada
dalam kendaraan umum yang sarat penumpang. 44
4. Norma Hukum,
Peraturan-peraturan yangtimbul dari norma hukum, dibuat oleh
penguasa negara, isinya mengikat setiap orang dan pelaksanaannya
dapat dipertahankan dengan segala pakaan oleh alat negara,

misalya:
 Barangsiapa dengan sengaja mengambil jiwa orang lain,
dipidana karena membunuh dengan hukuman setinggi-tingginya
15 tahun. Disini ditentukan besarnya pidana penjara untuk orang
yang melakukan kejahatan.(norma hukum pidana)

 Orang yang tidak memenuhi suatu perikatan (perjanjian) yang


diadakan, diwajibkan mengganti kerugian. Disini ditentukan
kewajiban mengganti kerugian atau pidana denda(norma hukum
perdata)
Kaedah hukum adalah peraturan yang dibuat atau yang
dipositifkan secara resmi oleh penguasa masyarakat atau penguasa
negara, mengikat setiap orang dan berlakunya dapat dipaksakan oleh
aparat masyarakat atau aparat negara, sehingga berlakunya kaedah
hukum dapat dipertahankan.
Kaedah hukum ditujukan kepada sikap lahir manusia atau perbuatan
konkrit yang dilakukan oleh manusia.
Kaedah hukum tidak mempersoalkan apakah sikap batin seseorang itu
baik atau buruk, yang diperhatikannya adalah bagaimana perbuatan
lahiriah orang itu.
Kaedah hukum tidak akan memberi sanksi kepada seseorang) yang mempunyai
sikap batin yang buruk, tetapi yang akan diberi sanksi oleh kaedah hukum adalah
perwujudan sikap batin yang buruk itu menjadi perbuatan nyata atau perbuatan
konkrit.
Namun demikian kaedah hukum tidak hanya memberikan kewajiban saja tetapi
juga memberikan hak.
Asal mula dan sanksi bagi pelanggar kaedah hukum datang dari luar diri manusia
46

maka sifatnya heteronom.


46
Keistimewaan norma hukum itu justru terletak
dalam sifatnya yang memaksa, dengan
sanksinya yang berupa ancaman hukuman.

Alat-alat kekuasaan negara berdaya-upaya agar


peraturan-peraturan hukum itu ditaati dan
dilaksanakan.

Paksaan tidak berarti sewenang-wenang


melainkan harus bersifat sebagai alat yang
dapat memberi suatu tekanan agar norma-norma
hukum itu dihormati dan ditaati.
Contoh-contoh kaedah hukum misalnya :
1) Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum
masing-masing agamanya dan kepercayaannya (Pasal 2 ayat 1
UU No.1/1974).
2) Tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk
berbuat sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu (Pasal 1234
BW).
3) Apabila suatu persetujuan perburuhan dibuat tertulis maka biaya akta beserta
lain-lain biaya tambahan harus dipikul oleh majikan (Pasal 1601 d BW).
4) Barang siapa sengaja merampas nyawa orang lain tanpa hak,
diancam karena pembunuhan, dengan pidana penjara paling
lama lima belas tahun (Pasal 338 KUHP).
5) Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian
kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum,
diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun
atau denda paling banyak enam puluh rupiah (Pasal 362 KUHP) .
48
48
Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H. dan Prof.
Purnadi Purbacaraka menggolongkan ke empat
macam kaedah sosial di atas menjadi dua golongan
yaitu :

Kaedah Agama / Kepercayaan


ASPEK PRIBADI
Kaedah Kesusilaan

Kaedah Kesopanan
ASPEK ANTAR
Kaedah Hukum PRIBADI 49
49
Sollen – Sein dalam hukum
HUKUM NORMATIF (DAS SOLLEN ) DAN 
HUKUM SECARA SOSIOLOGIS (DAS SEIN )

Kaidah hukum mrpkn ketentuan atau pedoman


tentang apa yang seyogya atau seharusnya Kaidah
hukum berisi kenyataan normatif : das sollen dan
bukan berisi kenyataan alamiah atau peristiwa
konkrit: das sein, dilakukan.
Dalam hukum yang penting bukanlah apa yang
terjadi, tetapi apa yang seharusnya terjadi.
Perbuatan korupsi (sein) seharusnya (sollen)
dihukum.
• Das sein adalah segala sesuatu yang merupakan pelaksanaan
dari segala sesuatu yang diatur dalam das sollen.
1) Atau dengan kata lain das sien adalah apa yang terjadi dari
pelaksanaan das solen. 

Berdasarkan pengertian pengertian di atas, maka kita dapat


menyimpulkan bahwa pada dasarnya antara das sollen dan das
sein bisa saja terjadi pertentangan.
2) Misalnya, ada aturan yang menyatakan bahwa ketika lampu lalu
lintas berwarna merah, maka kita sebagai pengendara harus
berhenti.
3) Hal itu adalah das sollen atau apa yang seharusnya terjadi. Akan
tetapi, das sein-nya atau pelaksanaannya tidak selamanya
seperti itu. Bisa saja pengendara berhenti dan pengendara bisa
saja menerobos.
Sollen – Sein dalam hukum

Koruptordihukum bukan akibat dari


korupsi yang dilakukan tetapi,
koruptor harus dihukum berdasarkan
undang-undang yang melarangnya.
Jadi dalam hukum tidak berlaku
hukum sebab akibat.
IKHWAL KAEDAH HUKUM

Hidup mempunyai beberapa aspek.


Secara umum terdapat 2 macam aspek
hidup. yaitu:

Hidup pribadi
Hidup antar pribadi (transpersonal/
interpersonal)
Setiap macam aspek hidup tersebut mempunyai
kaedah-kaedahnya:
 Yang termasuk golongan aspek hidup pribadi mencakup:

1. Hidup pribadi atau kebersihan hati nurani dan akhlak Kaedah-kaedah


Kepercayaan untuk mencapai kesucian hidup pribadi atau kehidupan
beriman (Devout Life)

2. Kaedah-kaedah Kesusilaan (moral/etika dalam arti sempit) yang tertuju


pada kebaikan

 Yang termasuk golongan aspek hidup antar pribadi


meliputi:

1. Kaedah Sopan Santun yang maksudnya adalah untuk Kesedapan Hidup


Bersama (Pleasant Living Together)
2. Kaedah-kaedah hukum yang tertuju kepada Kedamaian Hidup Bersama
APAKAH HUKUM
ITU? PENDAPAT PARA SARJANA TENTANG HUKUM.

 Menurut Prof. Mr. Dr. L.J. van Apeldoorn, bahwa adalah tidak
mungkin memberikan suatu difinisi tentang apakah yang disebut
hukum itu , sangat sulit untuk dibuat difinisi hukum, karena tidak
mungkin untuk mengadakannya yang sesuai dengan kenyataan.
 Pada abad 18 yang lalu Immanuel Kant, pernah menulis sebagai
berikut, “Noch suchen die Juristen eine Definition zu ihren
Begriffe von Recht” (). masih juga para sarjana Hukum mencari-
cari suatu difinisi tentang Hukum
Ucapan kant ini sampai saat ini masih berlaku, sebab telah banyak sarjana
Hukum mencari suatu batasan tetang Hukum namun setiap pembatasan
tentang Hukum yang diperoleh, belum pernah memberikan kepuasan.
Hakikat Hukum

1. Perwujudan nilai-nilai tertentu :


IDEALIS
2. Sebagai sistem peraturan :
NORMATIF
3. Alat untuk mengatur masyarakat :
SOSIOLOGIS
HUKUM : MERAMU 2 DUNIA

PENERIMAAN
IDEAL SECARA IDEAL,
FILOSOFIS

HUKUM

PENERIMAAN
SECARA
KENYATAAN
SOSIOLOGIS
Nilai Dasar Hukum

KEADILAN

M
U
K

K
EM

U
H
A
N

N
FA

IA
ST
A
TA

A
EP
N

K
FUNGSI HUKUM

1. Pemelihara keamanan dan


ketertiban
2. Alat rekayasa sosial /
masyarakat
3. Agen perubahan /
modernisasi
Prof.. van Apeldoorn.
Hampir semua sarjana hukum
memberikan pembatasan hukum yang
berlainan,

Penulis-penulis Ilmu Pengetahuan Hukum


di Indonesia juga sependapat dengan
Prof. van Apeldoorn, seperti Prof.
Sudiman Katohadiprojo, SH. dan Drs. E.
Utrecht SH.
 Prof. Sudiman “Jikalau kita menanyakan apakah yang dinamakan
Hukum, maka kita akan menjumpai tidak adanya persesuaian
pendapat.. Beberapa contoh-contoh tentang difinisi hukum yang
berbeda-beda, sebagai berikut:
 Prof.Mr.E.M.Meyers,
“ Hukum ialah semua aturan yang mengandung pertimbangan
kesusilaan, ditujukan kepada tingkah laku manusia dalam
masyarakat, dan yang menjadi pedoman bagi penguasa negara
dalam melakukan tugasnya”.

 Leon Duguit ,
“Hukum adalah aturan tingkah laku para anggota masyarakat,
aturan yang daya penggunaannya pada saat tertentu diindahkan
oleh suatu masyarakat sebagai jaminan dari kepentingan bersama
dan yang jika dilanggar menimbulkan reakasi bersama terhadap
orang yang melakukan pelanggaran itu”.
 Immanuel Kant
“Hukum itu keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas
dari orang yang satu dapat menyesesuaikan diri dengan kehendak bebas
dari orang yang lain, menurut peraturan hukum tentang kemerdekaan”

 Drs. E. Utrecht, SH.,


hukum itu himpunan peraturan-peraturan (perintah-perintah dan
larangan-larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan
karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu”.
 S.M. Amin, SH.,
hukum adalah Kumpulan-kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri dari
norma dan sanksi-sanksi,
Tujuan hukum adalah mengadakan ketertiban dalam pergaulan manusia,
sehingga keamanan dan ketertiban terpelihara.
UNSUR-UNSUR HUKUM
Dapat disimpulkan bahwa hukum meliputi beberapa
unsur seperti;
1. Pengaturan mengenai tingkah laku manusia
dalam pergaulan masyarakat.
2. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi
yang berwajib
3. Peraturan itu bersifat memaksa
4. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut
adalah tegas
CIRI-CIRI HUKUM
 Ciri-ciri hukum, yaitu ;
1. Adanya perintah dan/atau larangan
2. Perintah dan/atau larangan itu harus patuh
ditaati setiap orang.
3. Setiap orang wajib bertindak sedemikian rupa dalam
masyarakat, sehingga tata-tertib dalam masyarakat
tetap terpelihara sebaik-baiknya.
4. Hukum meliputi pelbagai peraturan yang menentukan
dan mengatur perhubungan orang yang satu dengan
lainnya, yang disebut Kaedah Hukum.
Pelanggaran terhadap kaedah hukum akan
dikenakan sanksi berupa hukuman atau
pidana.
Menurut Pasal 10 KUHP, Hukuman atau
pidana dapat berupa ;
 Pidana Pokok
 Pidana Tambahan
Sifat dari hukum
Agar tata-tertib dalam masyarakat tetap
terpelihara, maka kaedah-kaedah hukum
harus ditaati, namun tidak semua orang mau
menaati, agar supaya peraturan hidup
kemasyarakatan dipatuhi dan ditaati
sehingga benar-benar menjadi kaedah
hukum maka perlu dilengkapi dengan unsur
yang memaksa.
Dengan demikian hukum dapat dikatakan
mempunyai sifat yang mengatur dan
memaksa.
TUJUAN HUKUM
PENDAPAT PARA SARJANA HUKUM
 Dalam pergaulan masyarakat terjadi suatu hubungan, seperti
hubungan yang ditimbulkan oleh berbagai macam kepentingan.
 Dengan banyak dan ragam hubungan yang ada memerlukan suatu
aturan-aturan yang dapat menjamin keseimbangan agar dalam
hubungan tidak terjadi kekacauan dalam masyarakat.
 Peraturan-peraturan hukum yang bersifat mengatur dan memaksa
anggota masyarakat untuk patuh, menyebabkan terdapatnya
keseimbangan dalam tiap hubungan dalam masyarakat. Setiap
pelanggaran peraturan hukum akan dikenakan sanksi berupa
hukuman sebagai reakasi atas perbuatan yang melanggar hukum
yang ada dan berlaku dalam masyarakat.
 Agar peraturan-peraturan hukum itu dapat terus berlangsung dan
diterima seluruh anggota masyarakat, maka peraturan-peraturan
tersebut harus sesuai dan tidak bertentangan dengan asa-asas
keadilan dalam masyarakat tersebut.
 Prof. Subekti SH.
hukum itu mengabdi pada tujuan Negara yang dalam
pokoknya ialah mendatankan kemakmuran dan
kebahagiaan pada rakyatnya.

 Prof. Mr. Dr. LJ. van Apeldroorn.


tujuan hukum ialah “mengatur pergaulan hidup manusia
secara damai” hukum menghendaki perdamaian.

 Teori Etis, Hukuman itu semata-mata menghendaki keadilan.


Isi hukum semata-mata harus ditentukan oleh kesadaran etis
kita mengenai apa yang adil dan apa yang tidak adil.
 Geny,
bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai keadilan.
dan sebagai unsur daripada keadilan disebutkan “kepentingan daya
guna dan kemanfaatan”

 Bentham (teori utilitis),


bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-mata yang
berfaedah bagi orang”

 Mr.JHP. Bellefroid,
” Isi hukum harus ditentukan menurut dua asas yaitu, asas keadilan
dan faedah
 Prof. Mr.J.van Kan,
hukum bertujuan menjaga kepentingan tiap-tiap manusia supaya
kepentingan-kepentingan itu tidak dapat diganggu.

Hukum mempunyai tugas untuk :


a. menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat.
b. menjaga dan mencegah agar setiap orang tidak menjadi hakim
sendiri,
terhadap setiap pelanggaran hukum, tiap perkara harus
diselesaiakan melalui proses pengadilan dengan ketentuan yang
berlaku.
SUMBER-SUMBER HUKUM
 Sumber-sumber hukum material, dapat
ditinjau dari pelbagai sudut, misalnya sudut
kesehatan, ekonomi, sejarah, sosiologi,
filsafat dsb.
 Contoh seorang ahli ekonomi akan
mengatakan bahwa kebutuhan-kebutuhan
ekonomi dalam masyarakat itulah yang
menyebabkan timbulnya hukum.
SUMBER-SUMBER HUKUM FORMAL ANTARA LAIN :
a. Undang-undang (statute), adalah suatu peraturan negara yang merupakan kekuatan
hukum yang mengikat, diadakan dan dipelihara oleh penguasa negara.

Syarat berlakunya suatu undang-undang yaitu;

 Diundangkan dalam lembaran negara (LN) oleh menteri/sekretaris negara,

 berlakunya menurut tanggal yang ditentukan dalam undang-undang itu sendiri, jika
tanggal tidak disebutkan maka berlakunya setelah 30 hari sesudah diundangkan dalam
LN.

 Jika syarat diatas dipenuhi maka berlakulah suatu Fictie dalam hukum, yaitu “Setiap
orang dianggap telah mengetahui adanya suatu undang-undang”
SYARAT BERAKHIRNYA SUATU UNDANG-
UNDANG YAITU;
 Jangka waktu telah ditentukan oleh UU itu sendiri
 Keadaan atau hal mana UU itu diadakan sudah tidak ada lagi
 UU itu dengan tegas dicabut oleh instansi yang membuat / instansi yang lebih
tinggi
 Telah diadakan UU baru yang isinya bertentangan dengan UU yang dulu.

Pengertian Lembaran Negara (LN) dengan Berita Negara


 Pada jaman Hindia-Belanda Lembaran negara disebut Staatsblad (Stb,atau S),
setelah suatu UU diundangkan dalam LN kemudian diumumkan dalam Berita
Negara, setelah itu diumumkan dalam siaran pemerintah seperti radio, televisi
maupun surat-surat khabar.
 Perbedaan;
 Lembaran Negara
Suatu lembaran (kertas) Tempat mengundangkan (mengumumkan)
semua peraturan-peraturan negara dan pemerintah agar sah berlakunya.

 Berita Negara
Suatu penerbitan resmi Departemen Kehakiman (Sekretaris Negara) yang
memuat hal-hal yang berhubungaan dengan peraturan-peraturan negara
dan pemerintah dan memuat surat-surat yang dianggap perlu
PEMBAGIAN HUKUM
 Menurut Sumbernya;

Hukum Undang-undang, yaitu hukum yang tercantum dalam peraturan perundangan.

Hukum kebiasaan (adat), yaitu hukum yang terletak di dalam peraturan-peraturan


kebiasaan (adat).

Hukum Traktat, yaitu hukum yang ditetapkan oleh negara-negara di dalam suatu
perjanjian antara negara (traktat)

Hukum Jurisprudesi, Hukum yang terbentuk karena keputusan Hakim.


KEBIASAAN(CUSTOM),
 adalah perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang dalam hal yang
sama. Jika suatu kebiasaan tertentu tersebut diterima masyarakat, sehingga
tindakan yang berlawanan dengan kebiasaan itu dirasakan sebagai pelanggaran
perasaan hukum, maka dengan demikianlah timbulah suatu kebiasaan hukum, yang
oleh pergaulan hidup dipandang sebagai hukum.
Contoh; apabila seorang mendapat 2,5% dari hasil menjualkan tanah sebagai upah,
dan kejadian ini terjadi berulang-ulang dan juga berlaku untuk orang lain
mendapatkan hal yang sama, maka karena itu timbul suatu kebiasaan, yang lambat
laun berkembang menjadi hukum kebiasaan.
Menurut pasal 15 Algemene Bepalingen van Wetgeving voor Indonesia yang
disingkat AB (ketentuan-ketentuan umum tentang peraturan perundangan untuk
Indonesia) “Kebiasaan tidaklah menimbulkan hukum hanya kalau undang-
undang menunjuk pada kebiasaan untuk diperlakukan” jadi Hakim harus
memakai kebiasaan dalam hal-hal UU menunjuk pada kebiasaan.
TRAKTAT (TREATY),
 apabila dua orang mengadakan kata sepakat tentang sesuatu hal (perjanjian) maka dari
perjanjian itu muncul bahwa para pihak tersebut terikat oleh apa yang disepakati.
Hal tersebut disebut Pacta Sunt Servanda, yang artinya bahwa perjanjian mengikat para
pihak yang mengadakan atau setiap perjanjian harus ditaati.

Jika traktat diadakan oleh dua negara disebut Traktat Bilateral, Contoh antara Pemerintah
Indonesia dengan Cina tentang “Dwi-Kewarganegaraan”.

Jika oleh lebih dari dua negara disebut Traktat Multilateral misal NATO

 Pendapat Sarjana Hukum (doktrin), Pendapat para sarjana hukum yang ternama juga
mempunyai kekuasaan dan berpengaruh dalam keputusan hakim.
Menurut bentuknya;
 Hukum tertulis (Statue Law) yakni hukum yang dicantumkan dalam pelbagai peraturan perundangan.

 Hukum tertulis yang dikodifikasikan.

 Kodefikasi ialah pembukuan jenis-jenis hukum tertentu dalam kitab undang-


undang secara sistimatis dan lengkap.

 Unsur-unsur kodifikasi yaitu; jenis-jenis hukum tertentu (misal Hukum perdata), Sistimatis, dan
lengkap.

 Tujuan Kodifikasi untuk memperoleh; Kepastian hukum, Penyederhanaan hukum, dan Kesatuan
hukum
Contoh-contohnya;
KUHS (1 Mei 1848), KUHD (1 Mei 1948), KUHP (1 Januari 1918)
 Hukum tertulis tak dikodifikasikan;
Contoh-contohnya; Peraturan tentang hak cipta, Peraturan
tentang hak merek, Peraturan tentang kepailitan dsb.
 Hukum tak tertulis (Hukum kebiasaan = Hukum adat) yaitu
hukum yang masih hidup dalam keyakinan masyarakat, tetap
tidak tertulis namun berlakunya ditaati seperti suatu peraturan
perundangan .
MENURUT TEMPAT BERLAKUNYA;

 Hukum Nasional, yaitu hukum yang berlaku dalam satu negara.

 Hukum international, yaitu hukum yang mengatur antara


hubungan hukum dalam dunia internasional.

 Hukum asing, yaitu hukum yang berlaku dalam negara lain


MENURUT WAKTU BERLAKUNYA
(MERUPAKAN HUKUM DUNIAWI).
 Hukum Positif (Ius Constitutum), yaitu hukum yang berlaku
sekarang bagi suatu masyarakat tertentu dalam suatu daerah
tertentu.

 Hukum Constituendum, yaitu hukum yang diharapkan berlaku


pada waktu yang akan datang.

 Hukum Asasi (Hukum alam), yaitu hukum yang berlaku dimana-


mana dalam segala waktu dan untuk segala bangsa di dunia.
MENURUT CARA MEMPERTAHANKANNYA

 Hukum Material, yaitu hukum yang memuat peraturan-peraturan


yang mengatur kepentingan-kepentingan dan hubungan-hubungan
yang berujud perintah-perintah dan larangan-larangan. Contoh ,
Hukum pidana, Hukum perdata, Hukum dagang dsb.

 Hukum Formal, yaitu hukum yang memuat peraturan-peraturan


yang mengatur bagaimana cara-caranya mengajukan suatu
perkara ke muka pengadilan dan bagaimana cara-caranya Hakim
memberi putusan. Contoh, Hukum acara pidana, hukum acara
perdata.
MENURUT SIFATNYA

 Hukum Yang memaksa, yaitu hukum yang dalam keadan


bagaimanapun juga harus dan mempunyai paksaan
mutlak.

 Hukum yang mengatur (hukum pelengkap), yaitu hukum


yang dapat dikesampingkan apabila pihak-pihak yang
bersangkutan telah membuat peraturan sendiri dalam
suatu perjanjian.
MENURUT WUJUDNYA

 Hukum Obyektif, yaitu hukum dalam suatu negara yang berlaku


umum dan tidak mengenai orang atau golongan tertentu.
Hukum ini hanya menyebut peraturan hukum saja yang mengatur
hubungan hukum antara dua orang atau lebih.

 Hukum Subyektif, yaitu hukum yang timbul dari hukum obyektif


dan berlaku terhadap seorang tertentu atau lebih. Hukum subyektif
disebut juga HAK. Peraturan ini sekarang jarang digunakan.
MENURUT ISINYA;
 Hukum Privat (Hukum Sipil), yaitu hukum yang mengatur hubungan antara
orang yang satu dengan orang yang lain, dengan menitik beratkan kepada
kepentingan perseorangan.
Hukum Sipil terdiri;
 Hukum Sipil dalam arti luas, contoh Hukum perdata, Hukum dagang
 Hukum Sipil dalam arti sempit, yang meliputi Hukum perdata saja.

 Hukum Publik (Hukum Negara), yaitu hukum yang mengatur hubungan antara
Negara dengan alat-alat perlengkapan atau hubungan antara negara dengan
perseorangan (warganegara)
KEPUTUSAN-KEPUTUSAN HAKIM (JURISPRUDENTIE),
 adalah keputusan hakim terdahulu yang sering diikuti dan dijadikan dasar keputusan oleh
hakim kemudian mengenai hasil yang sama.

Ada 2 macam Jurisprudensi yaitu :


 Jurisprudensi tetap, adalah keputusan hakim yang terjadi karena rangkaian keputusan
serupa dan yang menjadi dasar bagi pengadilan untuk mengambil keputusan.
 Jurisprudesi tidak tetap, adalah seorang hakim mengikuti keputusan hakim yang
terdahulu itu karena sependapat dengan isi keputusan tersebut dan lagi pula hanya
dipakai sebagai pedoman dalam mengambil sesuatu keputusan mengenai suatu
perkara yang serupa.

Jelaslah bahwa jurisprudensi adalah juga hukum tersendiri.


TATA URUTAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI
INDONESIA
UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG
PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.

UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

KETETAPAN MPR RI

UNDANG-UNDANG/PP PENGGANTI UU (PERPPU)

PERATURAN PRESIDEN (PERPPRES)

PERATURAN PERATURAN DAERAH/PROVINSI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA


Tap MPRS NO. Tap MPR No. III/MPR/2000 Undang-Undang Nomor 10 Undang-Undang Nomor 12
XX/MPRS/1996 tentang tentang Sumber Hukum dan Tahun 2004 tentang Tahun 2011 tentang
Memorandum DPR-GR Tata Urutan Peraturan Pembentukan Peraturan Pembentukan Peraturan
mengenai sumber tertib Undang-Undang. Perundang-undangan. Perundang-undangan.
hukum Republik Indonesia
dan tata urutan perundang-
undangan Republik
Indonesia.

1. UUD 1945; 1. UUD 1945; 1. UUD Negara Republik 1. UUD Negara Republik
2. Ketetapan MPR; 2. Tap MPR; Indonesia Tahun 1945; Indonesia Tahun 1945;
3. UU; 3. UU; 2. UU/Perppu; 2. Ketetapan MPR
4. Peraturan Pemerintah; 4. Peraturan pemerintah 3. Peraturan Pemerintah; 3. UU/Perppu;
5. Keputusan Presiden; pengganti UU; 4. Peraturan Presiden; 4. Peraturan Presiden;
6. Peraturan Pelaksana yang 5. PP; 5. Peraturan Daerah. 5. Peraturan Daerah Provinsi;
terdiri dari : Peraturan 6. Keppres; 6. Peraturan Daerah
Menteri dan Instruksi 7. Peraturan Daerah; Kabupaten/Kota.
Menteri.
Ketentuan dalam Tap MPR
ini sudah tidak berlaku.
DEFINISI :
 Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang
memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk
atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang
melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-
undangan.
 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah hukum dasar
(konstitusi) yang tertulis yang merupakan peraturan negara tertinggi
dalam tata urutan Peraturan Perundang-undangan nasional.
 Ketetapan MPR merupakan putusan MPR yang ditetapkan dalam
sidang MPR, yang terdiri dari 2 (dua) macam yaitu : Ketetapan yaitu
putusan MPR yang mengikat baik ke dalam atau keluar majelis,
Keputusan yaitu putusan MPR yang mengikat ke dalam majelis saja.
 Undang-Undang (UU) adalah Peraturan Perundang-undangan yang
dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan Persetujuan
bersama Presiden.
 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) adalah Peraturan
Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal kegentingan
yang memaksa, dengan ketentuan : Perppu diajukan ke DPR dalam persidangan
berikut; DPR dapat menerima/menolak Perppu tanpa melakukan perubahan; Bila
disetujui oleh DPR, Perrpu ditetapkan menjadi Undang-Undang; Bila ditolak oleh
DPR, Perppu harus dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
 Peraturan Pemerintah (PP) adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan
oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya.
 Peraturan Presiden (Perpres) adalah Peraturan Perundang-undangan yang
ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan perintah Peraturan Perundang-
undangan yang lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan kekuasaan
pemerintahan.
 Peraturan Daerah (Perda) Provinsi adalah Peraturan Perundang-undangan yang
dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dengan persetujuan
Gubernur.
 Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten/Kota adalah Peraturan Perundang-undangan
yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dengan
persetujuan Bupati/Walikota.
Maturnuwun

Anda mungkin juga menyukai