Anda di halaman 1dari 36

Musafaah, SKM, MKM

VALIDITAS & RELIABILITAS


INSTRUMEN
 Pertama : menembak sasaran secara konsisten tetapi jauh
dari sasaran sebenarnya.

Hal ini disebut konsisten dan sistematis mengukur pendapat


responden dengan nilai yang salah untuk semua responden
 reliable tetapi tidak valid (konsisten tetapi salah
sasaran).
 Kedua, menebak secara acak, merata di segala
tempat.

 Kadang-kadang tembakannya kena sasaran, tetapi


secara rata-rata diperoleh jawaban yang benar secara
kelompok (tetapi tidak terlalu baik untuk individu).

 Dalam hal ini, kita memperoleh estimasi yang benar


secara kelompok, tetapi tidak konsisten. Sekarang
jelas bahwa reliabilitas berkaitan langsung dengan
validitas dari apa yang diukur.
 Ketiga, menunjukkan tembakan yang
menyebar dan secara konsisten menyimpang
dari sasaran  tidak reliable dan tidak valid

 Terakhir, menunjukkan menembak sasaran


secara konsisten  reliable dan valid.
LANGKAH-LANGKAH UJI VALIDITAS
DAN RELIABILITAS
1. Mempersiapkan butir-butir pertanyaan berdasarkan konstruk,
konsep dan indikator dari variabel yang akan diteliti.

2. Instrumen (pertanyaan) diberikan kepada responden untuk


diujicobakan

3. Setelah instrumen diujicobakan kepada responden, kemudian


ditabulasikan untuk mempermudah penghitungan dan
analisis ujicoba tersebut.

4. Responden target ujicoba instrumen, tidak dapat dijadikan


responden penelitian
UJI VALIDITAS
 Uji tentang kemampuan suatu questionare sehingga
benar-benar dapat mengukur apa yang ingin diukur.

 Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan


butir-butir pertanyaan dalam suatu daftar (konstruk)
pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel.

 Menetapkan validitas sebuah test atau instrument


test sangat sulit, terutama karena variabel-variabel
psikologi biasanya adalah konsep-konsep abstrak,
seperti inteligensi, kecemasan, dan kepribadian
 Misalnya kepuasan Upah diungkap dengan 20
pertanyaan. Apakah jawaban pertanyaan no 3
konsisten dengan total skore yang dipilih oleh
seluruh responden?

 Jika r (korelasi), dengan (df = n-k, dimana: n =


besar sampel, k = konstruk = variabel) maka item
tersebut valid.

 Besarnya r tiap butir pertanyaan dapat dilihat dari


SPSS pada kolom Corrected Items Total Correlation.
JENIS VALIDITAS

1. Validitas Isi
2. Validitas Konstruk
3. Validitas Kriteria
VALIDITAS ISI
 Merujuk kepada derajat kesesuaian hasil pengukuran
variabel yang diteliti oleh sebuah alat ukur dengan isi
(content) dari variabel tersebut sebagaimana yang
dimaksudkan oleh peneliti.

CONTOH:
Kuesioner untuk mengukur sikap anggota masyarakat
terhadap orang dengan HIV/ AIDS (ODHA),
maka isi kuesioner memang mengukur sikap, bukan
mengukur variabel lainnya (misalnya, persepsi atau perilaku
terhadap ODHA), dan sejauh mana berbagai aspek sikap
telah tercermin dalam item-item pertanyaan kuesioner.
VALIDITAS KONSTRUK (1)

 seberapa jauh butir-butir tes mampu mengukur apa


yang benar-benar hendak diukur sesuai dengan
definisi operasional (DO) yang telah ditetapkan

 merujuk kepada kesesuaian antara hasil pengukuran


alat ukur dengan konsep (konstruk) teoretis tentang
variabel yang diteliti.
VALIDITAS KONSTRUK (2)
Contoh:
berat badan dapat didefinisikan bobot badan yang diukur dalam kilogram,
tinggi badan didefinisikan tinggi badan yang diukur dalam cm. Demikian
pula tekanan darah sistolik dapat didefinisikan sebagai besarnya tekanan
yang diukur dalam milimeter Hg pada saat sistol ventrikel.

Tetapi begitu peneliti beralih dari wilayah variabel-variabel yang bersifat


fisik ke variabel-variabel yang lebih “psikologis” seperti depresi,
kecemasan, kecerdasan, motivasi, dan nyeri, maka peneliti menghadapi
variabel-variabel “abstrak” yang tidak dapat diamati secara langsung.

Agar dapat diukur maka variabel “abstrak” itu perlu dibangun menjadi
bentuk lebih konkrit, disebut “konstruk”.
VALIDITAS KONSTRUK (3)
 KONSTRUK: suatu ide atau keyakinan yang dibentuk
oleh sejumlah bukti-bukti yang belum tentu benar.

 Contoh,
jika berdasarkan teori, kecemasan (anxiety)
dimanifestasikan oleh adanya bukti seperti telapak
tangan berkeringat, gerakan mondar-mandir, dan
kesulitan berkonsentrasi, maka suatu pengukuran
kecemasan dikatakan memiliki validitas konstruk jika
berhubungan (berkorelasi) dengan bukti-bukti tersebut
(Streiner dan Norman, 2000).
VALIDITAS KRITERIA (1)

 yang berarti bahwa validitas ditentukan


berdasarkan kriteria,

 merujuk kepada kesesuaian antara hasil


pengukuran sebuah alat ukur dengan alat
ukur ideal (standar emas), tentang variabel
yang diteliti.
VALIDITAS KRITERIA (2)

 Penilaian validitas kriteria suatu alat ukur


dapat dilakukan dengan mem-
bandingkannya secara kuantitatif dengan
alat ukur standar emas.

 Pengukuran oleh sebuah alat ukur memiliki


validitas kriteria yang tinggi jika berkorelasi
kuat dengan alat ukur standar emas.
Untuk menghitung koefisien korelasi product
moment digunakan rumus berikut ini
UJI RELIABILITAS

 Suatu questionare disebut reliabel/handal jika


jawaban-jawaban seseorang konsisten.
Cara mengukur Validitas

mendefinisikan secara operasional konsep


yang akan diukur  sampai tersusun alat
ukur atau kuesioner.
Uji coba
Tabulasi
Uji statistik dengan korelasi ‘Product
Moment’ atau korelasi skor total
REALIBILITAS

Terdapat dua aspek reliabilitas alat ukur:


(1) Konsistensi internal
(2) Stabilitas.

Contoh 1, jika sebuah instrumen terdiri dari sejumlah item


pertanyaan (misalnya, kuesioner untuk menilai depresi), maka skor
dari masing-masing item pertanyaan seharusnya berkorelasi
dengan skor semua item. Contoh ini mengilustrasikan gagasan
konsistensi internal.

Contoh 2, jika sebuah timbangan berulang kali mengukur 5kg ± 0kg


dari bobot bayi, sedang timbangan lainnya mengukur 5kg ± 4kg
dari bobot bayi yang sama, maka bisa disimpulkan pengukuran
dengan timbangan pertama lebih stabil daripada timbangan
kedua. Contoh ini mengilustrasikan gagasan stabilitas.
 Reliabilitas dapat diukur dengan jalan
mengulang pertanyaan yang mirip pada
nomor-nomor berikutnya,

 atau dengan jalan melihat konsistensinya


(diukur dengan korelasi) dengan pertanyaan
lain.
INSTRUMEN PENGUKURAN

 Instrumen valid
Dapat mengukur apa yang hendak diukur

 Instrumen reliabel
Digunakan beberapa kali mengukur obyek
yang sama memberikan hasil yang sama
Uji Reliabilitas dengan Cronbach Alpha
Lanjutan...

 Alpha (α) Cronbach merupakan koefisien


konsistensi internal yang paling sering
digunakan untuk analisis reliabilitas

 konsistensi internal : semua item pertanyaan


hendaknya berhubungan satu dengan lainnya
dengan cara yang koheren.
HUBUNGAN ANTARA VALIDITAS DAN RELIABILITAS

 Validitas
 mempermasalahkan kesesuaian
antara konsep dan kenyataan empiris
 Reliabilitas
 kesesuaian hasil-hasil pengukuran di
tingkat kenyataan empiris
 Karena itu  valid pasti reliable, tapi tidak
sebaliknya
BIAS
PENDAHULUAN

 Penelitian deskriptif melakukan estimasi


terhadap ukuran dan parameter kejadian
penyakit dipopulasi.

 Pada penelitian analitik fokus untuk


melakukan estimasi terhadap adanya
hubungan (asosiasi) yang mengarah ke
hubungan sebab akibat
KESALAHAN ESTIMASI (PENELITIAN)

 KESALAHAN TIDAK SISTEMATIK/RANDOM


ERROR
 KESALAHAN SISTEMATIK/NON RANDOM
ERROR (BIAS)
KESALAHAN TIDAK SISTEMATIK
/RANDOM ERROR

 kesalahan estimasi yang terjadi secara


random (acak), lebih banyak disebabkan
karena variasi sampling, besar sampel dan
karakteristik data statistik (varians)
KESALAHAN SISTEMATIK/NON RANDOM
ERROR (BIAS)

 Bias diakibatkan berbagai aspek metodologi


selain variasi sampling (misal desain studi,
analisis, seleksi subyek penelitian, kualitas
informasi yang dikumpulkan, variabel
penting lain selain faktor risiko/ exposure
utama dan penyakitnya)
Sumber-sumber bias

1. Proses seleksi atau partisipasi subyek (


bias seleksi)
2. Proses pengumpulan data ( bias
informasi)
3. Tercampurnya efek pajanan utama dengan
efek faktor risiko eksternal lainnya (
kerancuan/ confounding)
BIAS SELEKSI

 bias yang terjadi karena kesalahan dalam


proses seleksi atau partisipasi subyek
penelitian.

 Contohnya kesalahan dalam pemilihan


sampel
Bias informasi

 Nama lain: bias observasi (observation bias) atau


bias pengukuran (measurement bias).\

 Bias yang terjadi karena perbedaan sistematik


dalam mutu dan cara pengumpulan data .

 Contohnya: kesalahan pada saat pengukuran


variabel menggunakan alat yang tidak dikalibrasi
atau kesalahan menilai variabel karena
menggunakan kuesioner yang tidak cocok.
CONFOUNDING

 bias yang terjadi akibat tercampurnya efek


pajanan utama dengan efek faktor risiko
eksternal lainnya atau adanya variabel lain
sebagai perancu yang tidak diperhitungkan
pada metode maupun saat analisis
 Berhubungan dengan paparan/faktor resiko
yang diteliti (causally or non‐causally
associated)
 Berhubungan dengan penyakit/outcome
(causally associated)
 Bukan merupakan konsekuensi dari
paparan(tidak terletak diantara E & D /
variabel antara)
 Contoh confounding :
 Misalnya suatu studi menemukan hubungan antara
konsumsi alcohol terhadap resiko penyakit jantung
koroner.
 Namun merokok dapat menjadi variabel pengganggu
(confouder) antara alcohol dan penyakit jantung koroner.
 Misalkan merokok secara secara independen terkait
dengan penyakit jantung koroner (merupakan faktor
resiko) dan juga berhubungan dengan konsumsi alcohol
(perokok cenderung mengkonsumsi alcohol lebih banyak
disbanding bukan perokok).

Anda mungkin juga menyukai