Anda di halaman 1dari 49

SUB KOMITE

KESELAMATAN PASIEN

RSUD SEKAYU
NAMA : IRMA SUBRIANI, AMKep, S. Psi
TTL : BETUNG, 24 JULI 1976
ALAMAT : JL. LETN. MUNANDAR LK III SEKAYU
SUAMI : BAMBANG SUPRIATIN, SKM
ANAK : 1. NABILAH PUTRI RIANTI
2. M. DZAKIY NAUFALIANSYAH
3. AHMAD DHANIS FAYZA (ALM)
PEKERJAAN:
1. Tahun 1998 - 2007 Perawat Pelaksana
2. Tahun 2007 - 2010 Kepala Ruang Melati ( Kls 1-3)
3. Tahun 2008 s.d 2020 DUTY Manager di luar jam kerja di RS
4. Tahun 2010 - 2010 Kepala Ruang Medang ( Kls 3)
5. Tahun 2010 - 2017 Kepala ruang Tembesu & Petanang ( VIP & Kals I )
6. Tahun 2010 – 2020 menjadi Tim PMI RS
6. Tahun 2011 - 2016 DOSEN PSIKOLOGI AKPER PEMKAB MUBA
7. Tahun 2017 s.d 2020 Tim Psikologi RSUD Sekayu
8. Tahun 2016 s.d Sekarang Anggota TKPRS ( Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit )
9. Tahun 2017 s.d 2020 Koord. ETIKA dan Mutu Bidang Keperawatan RSUD Sekayu
9. Tahun 2019 Menjadi Tenaga Kesehatan Haji Indonesia ( PPIH Arab Saudi ) .
10. Tahun 2020 s.d sekarang Ka.Sie Etika dan Pengembangan Mutu Keperawatan.
STRUKTUR ORGANISASI

Ketua
dr. Alicia, Sp.B

Sekretaris
Ns. Mia Mutia, S.Kep
Novis Ningsih, Am.Kep

Bidang Investigasi Bidang Pelaporan Bidang Diklat Bidang Patient Safety Officer
dr. Fitri Rahmariani Ns. Aryadi, S.Kep Ns. Efriena,MK,S.Kep Nurainani, Am.Kep

Ns. Tira Raflesia, Irma Subriani,


Ns. Andi Perdana
S.Kep Amkep, S.Psi
Seluruh anggota patient safety
officer masing-masing unit

Febrimiyati,
Hernita, Am.Kep Nurainani, AMkep
S.Farm,APT

Ns. Emajaya

Meisy Faberia,Amd.Kep
PEMBAHASAN
• PENGERTIAN BEBERAPA KEJADIAN ATAU
INSIDEN PATIENT SAFETY
• MENGAPA PERLU “PATIENT SAFETY” ?
• KONSEP DASAR PATIENT SAFETY
• PROGRAM KESELAMATAN PASIEN RUMAH
SAKIT SEBAGAI LANGKAH STRATEGIS
• MEMBANGUN BUDAYA PATIENT SAFETY
DENGAN “LEADERSHIP”
KONSEP DAN PROGRAM “PATIENT SAFETY “

Patient Safety bukan kegiatan yang baru.


Patient Safety sudah menyatu dengan
proses pengobatan kepada pasien itu
sendiri
Keselamatan Pasien Rumah Sakit - KPRS (Patient safety)

• Suatu sistem dimana RS membuat


asuhan pasien lebih aman.
• Sistem ini mencegah terjadinya
cedera yg disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tdk mengambil
tindakan yg seharusnya diambil.
(KKP-RS)
PRIMUM, NON NOCERE
FIRST, DO NO HARM

HIPPOCRATES’S TENET
(460-335 BC)
Di Rumah Sakit :

• Banyaknya jenis obat,


• Banyaknya jenis pemeriksaan
• Banyaknya prosedur,
• Banyaknya jumlah pasien
• Banyaknya staf Rumah Sakit
merupakan hal yang potensial bagi
terjadinya kesalahan.
KESALAHAN MEDIS (Medical Error)
• Kesalahan yang terjadi dalam
proses asuhan medis yang
mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera pada
pasien.
(KKP-RS)
 WHO memulai Program Patient Safety th
2004

 “KOMITE KESELAMATAN PASIEN RUMAH


SAKIT (KKP- RS) dibentuk PERSI, pd tgl 1
Juni 2005

 MENTERI KESEHATAN bersama PERSI &


KKP-RS telah mencanangkan Gerakan
Keselamatan Pasien Rumah Sakit Pada
Seminar Nasional PERSI tgl 21 Agustus
2005, di JCC
• Pelaporan insiden keselamatan pasien adalah suatu sistem untuk mendokumentasikan
laporan insiden keselamatan pasien, analisis dan solusi untuk pembelajaran
• Kejadian sentinel KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius
(kecacatan)
• Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yaitu insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien
• Kejadian Tidak Cedera (KTC) yaitu insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak
timbul cedera
• Kejadian Nyaris Cedera (KNC) terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke pasien.
• Kondisi Potensial Cedera (KPC) kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan
cedera, tetapi belum terjadi insiden
• Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi
yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada
pasien,
• Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman.
PENGERTIAN
Ketepatan
identifikasi
pasien;

Pengurangan Peningkatan
risiko pasien komunikasi yang
jatuh. efektif;

SASARAN
KESELAMATAN
PASIEN

Pengurangan risiko Peningkatan


infeksi terkait keamanan obat
pelayanan yang perlu
kesehatan; dan diwaspadai;

Kepastian tepat-
lokasi, tepat-
prosedur, tepat
pasien operasi;
Elemen Penilaian Sasaran I
Ident
itas

No. pasi
Tanggal en
Nama Rekam
Lahir
Medik
Pengambilan Melakukan
sampel darah prosedur/
atau tindakan/
Pemberian operasi
transfusi darah spesimen
dan produk lain
Pemberian
diet/makan darah
pasien
Pemberian
obat
• Gelang pasien
– Gelang pink : Perempuan
– Gelang biru : Laki – laki
• Penanda Risiko
– Klip Kuning : Risiko jatuh
– Klip Merah : Risiko alergi
– Klip Ungu : DNR (Do Not Resuscitate)
– Klip Pink : Keterbatasan ektremitas
– Klip abu-abu: Terpasang implan radioaktif

yang ada di RSUD Sekayu


SASARAN II :
PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

Dokter

Laboratorium Perawat/bidan

Rontgen Farmasi

Gizi
 Komunikasi antar para pemberi layanan
(Dokter, perawat, bidan, rontgen, labor, gizi dll).

1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui


telepon atau hasil pemeriksaan dituliskan secara
lengkap oleh penerima perintah.
2. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil
pemeriksaan dibacakan kembali secara lengkap oleh
penerima perintah.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh
pemberi perintah atau yang menyampaikan hasil
pemeriksaan
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan
verifikasi keakuratan komunikasi lisan atau melalui
telepon secara konsisten.
• Komunikasi efektif menggunakan teknik SBAR (Situation –
Background – Assessment – Recommendation) dan
mencatatnya di formulir Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi (CPPT)
• Ketika petugas kesehatan menerima pesan verbal/per-telpon 
TBaK  Tulis Baca dan Konfirmasi. Menuliskan pesan yang
diterima di CPPT.
• Pesan penerima obat LASA/Look Alike Sound Alike, penerima
pesan mengulang kembali nama obat dan instruksi yang
diberikan dengan mengeja nama obat per huruf.
• Pemberian obat-obatan epidural dan obat high alert TIDAK
diperkenankan diberikan melalui instruksi verbal/per telpon.
• Stempel KONFIRMASI ditandatangani DPJP dalam waktu 1 x
24 jam
SASARAN III : PENINGKATAN KEAMANAN
OBAT YANG PERLU DIWASPADAI
(HIGH-ALERT)
 Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert
medications) adalah obat yang sering menyebabkan
terjadi kesalahan serius (sentinel event), obat yang
berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak
diinginkan (adverse outcome) seperti obat-obat yang
terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat
Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike
Soun Alike/LASA).
 pemberian elektrolit konsentrat secara tidak sengaja
(misalnya, kalium klorida 2meq/ml atau yang lebih
pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari
0.9%, dan magnesium sulfat =50%)
• Setiap satelit farmasi, ruang rawat,
poliklinik harus memiliki daftar obat high
alert dan panduan penanganan obat
high alert.
• Obat Look Alike Sound Alike (LASA)
dikelola untuk mencegah terjadinya
kesalahan, dengan cara pemberian label
LASA dan penyimpanan dipisah satu
dengan yang lain.
• Obat diberi penandaan yang jelas
berupa stiker “High Alert”.
HIGH
LASA
ALERT
Ejaan yang terstandar
ALFABET KODE EJAAN ALFABET KODE EJAAN

A ALFA AL-FAH N NOVEMBER NO-VEM-BER


B BRAVO BRAH-VOH O OSCAR OSS-CAH
C CHARLIE CHAR-LEE P PAPA PAH-PAH
D DELTA DELL-TAH Q QUEBEC KEH-BECK
E ECHO ECK-OH R ROMEO ROW-ME-OH
F FOXTROT FOKS-TROT S SIERRA SEE-AIR-RAH
G GOLF GOLF T TANGO TANG-GO
H HOTEL HOH-TEL U UNIFORM YOU-NEE-FORM
I INDIA IN-DEE-AH V VICTOR VIK-TAH
J JULIET JEW-LEE-ETT W WHISKEY WISS-KEY
K KILO KEY-LOH X XRAY ECKS-RAY
L LIMA LEE-MAH Y YANKEE YANG-KEY
M MIKE MIKE Z ZULU ZOO-LOO
SASARAN IV :
KEPASTIAN TEPAT-LOKASI, TEPAT-
PROSEDUR, TEPAT PASIEN OPERASI
 Maksud proses verifikasi praoperatif adalah untuk:
 memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar;
 memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging),
hasil pemeriksaan yang relevan tersedia, diberi label
dengan baik, dan dipampang; dan
 melakukan verifikasi ketersediaan peralatan khusus
dan/atau implant2 yang dibutuhkan.

 Tahap “Sebelum insisi” (Time out) dilakukan di tempat,


dimana tindakan akan dilakukan, tepat sebelum tindakan
dimulai, dan melibatkan seluruh tim operasi.
1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang
jelas dan dimengerti untuk identifikasi lokasi
operasi dan melibatkan pasien di dalam
proses penandaan.
2. Rumah sakit menggunakan suatu tanda
lokasi operasi dengan tulisan “YA” dengan
spidol khusus penandaan
3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan
mencatat prosedur “sebelum insisi/time-
out” tepat sebelum dimulainya suatu
prosedur/tindakan pembedahan.
• Penandaan lokasi operasi/prosedur
– Dokter operator yang akan melakukan penandaan lokasi di
poliklinik/ruang rawat, paling lambat penandaan dilakukan di
ruang persiapan.
• Verifikasi pra operasi/prosedur
– Perawat melakukan verifikasi pra operasi/prosedur terhadap:
1. Benar sisi/lokasi operasi, benar prosedur operasi, dan
benar pasien
2. Benar dokumentasi (Surat Persetujuan Tindakan
Kedokteran, dan peralatan)
3. Peralatan yang dibutuhkan
• Time out
– Seluruh anggota tim operasi/prosedur melakukan komunikasi
secara verbal dan mendokumentasikan prosedur time out
sesaat sebelum mulai operasi/prosedur  Checklist
keselataman Operasi/Keselamatan Prosedur.
SASARAN V :
PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN
KESEHATAN
 Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun
infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan
(hand hygiene) yang tepat
 Rumah sakit mengadopsi pedoman hand
hygiene terbaru yang diterbitkan dan
sudah diterima secara umum (al.dari
WHO Patient Safety).
Menurunkan risiko infeksi nosokomial dengan :

Lima momen cuci tangan


1. Sebelum kontak dengan pasien
2. Sebelum tindakan aseptik
3. Setelah kontak cairan tubuh pasien
4. Setelah kontak dengan pasien
5. Setelah kontak dengan lingkungan pasien
Enam langkah cuci tangan
Dengan handrub : 20 – 30 detik
Dengan handwash : 40 – 60 detik
SASARAN VI :
PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH
 Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi
risiko pasien dari cedera karena jatuh.

 Elemen Penilaian Sasaran VI

1. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal atas pasien


terhadap risiko jatuh dan melakukan asesmen ulang pasien
bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan,
dan lain-lain.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi
mereka yang pada hasil asesmen dianggap berisiko jatuh.
3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk
mengarahkan pengurangan berkelanjutan risiko pasien cedera
akibat jatuh di rumah sakit.
Humty
Morse Dumpty
Falls
Scale

Get Up
and Go

Asesmen Resiko Jatuh


PENERAPAN
KESELAMATAN PASIEN
RUMAH SAKIT

1). TUJUH LANGKAH MENUJU


KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT

2). STANDAR KESELAMATAN PASIEN


RUMAH SAKIT
PENYELENGGARAAN KESELAMATAN PASIEN
RUMAH SAKIT
 Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah
Sakit :
1. membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien;
2. memimpin dan mendukung staf
3. mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko;
4. mengembangkan sistem pelaporan;
5. melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien;
6. belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan
pasien; dan
7. mencegah cedera melalui implementasi sistem
keselamatan pasien.
1.BANGUN KESADARAN AKAN NILAI KP
Ciptakan kepemimpinan & budaya yg terbuka & adil.
RS:
o Kebijakan : tindakan staf segera setetelah insiden, langkah
kumpul fakta, dukungan kepada staf, pasien – keluarga
o Kebijakan : peran & akuntabilitas individual pada insiden
o Tumbuhkan budaya pelaporan & belajar dari insiden
o Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian KP.

Tim:
o Anggota mampu berbicara, peduli & berani lapor bila ada
insiden
o Laporan terbuka & terjadi proses pembelajaran serta
pelaksanaan
o tindakan / solusi yg tepat.
PIMPIN DAN DUKUNG STAF ANDA
2.
Bangunlah komitmen & fokus yang kuat & jelas tentang
KP di RS Anda.
RS:
•Ada anggota Direksi yg bertanggung jawab atas KP
•Di bagian2 ada orang yg dapat menjadi ”penggerak” (champion) KP
•Prioritaskan KP dalam agenda rapat Direksi / Manajemen
•Masukkan KP dalam semua program latihan staf

Tim:
• Ada ”penggerak” dalam tim untuk memimpin Gerakan KP
• Jelaskan relevansi & pentingnya, serta manfaat gerakan KP
• Tumbuhkan sikap kesatria yg menghargai pelaporan insiden.
INTEGRASIKAN AKTIVITAS PENGELOLAAN
RISIKO
3.
Kembangkan sistem & proses pengelolaan risiko, serta
lakukan identifikasi & asesmen hal yang potensial
bermasalah.
RS:
• Struktur & proses mjmn risiko klinis & non klinis, mencakup KP
• Kembangkan indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko
• Gunakan informasi dari sistem pelaporan insiden & asesmen risiko &
tingkatkan kepedulian terhadap pasien.

Tim:
• Diskusi isu KP dalam forum2, untuk umpan balik kepada mjmn terkait
• Penilaian risiko pada individu pasien
• Proses asesmen risiko teratur, tentukan akseptabilitas tiap risiko, & langkah
memperkecil risiko tsb
BELAJAR & BERBAGI PENGALAMAN TTG KP
4.Dorong staf anda utk melakukan analisis akar masalah
untuk belajar bagaimana & mengapa kejadian itu timbul.
RS:
• Staf terlatih mengkaji insiden secara tepat, mengidentifikasi
sebab
• Kebijakan : kriteria pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root
Cause Analysis/RCA) atau Failure Modes & Effects Analysis
(FMEA) atau metoda analisis lain, mencakup semua insiden &
minimum 1 X per tahun utk proses risiko tinggi.

Tim:
• Diskusikan dalam tim pengalaman dari hasil analisis insiden
• Identifikasi bagian lain yg mungkin terkena dampak & bagi
pengalaman tsb.
5.KEMBANGKAN SISTEM PELAPORAN
Pastikan staf Anda agar dgn mudah dapat melaporkan
kejadian / insiden, serta RS mengatur pelaporan kpd
KKP-RS.
RS:
• Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden, ke
dalam maupun ke luar - yg harus dilaporkan ke KPPRS - PERSI.

Tim:
• Dorong anggota untuk melapor setiap insiden & insiden yg telah
dicegah tetapi tetap terjadi juga, sebagai bahan pelajaran yg
penting.
LIBATKAN DAN BERKOMUNIKASI DENGAN
6.
PASIEN
Kembangkan cara-cara komunikasi yg terbuka dgn
pasien.
RS:
• Kebijakan : komunikasi terbuka ttg insiden dgn pasien & keluarga
• Pasien & kel. mendapat informasi bila terjadi insiden
• Dukungan, pelatihan & dorongan semangat kepada staf agar selalu
terbuka kepada pasien & kel. (dlm seluruh proses asuhan pasien)

Tim:
•Hargai & dukung keterlibatan pasien & kel. bila telah terjadi insiden
•Prioritaskan pemberitahuan kpd pasien & kel. bila terjadi insiden
•Segera setelah kejadian, tunjukkan empati kpd pasien & kel.
BELAJAR & BERBAGI PENGALAMAN TTG KP
7.Dorong staf anda utk melakukan analisis akar masalah
untuk belajar bagaimana & mengapa kejadian itu timbul.
RS:
• Staf terlatih mengkaji insiden secara tepat, mengidentifikasi
sebab
• Kebijakan : kriteria pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root
Cause Analysis/RCA) atau Failure Modes & Effects Analysis
(FMEA) atau metoda analisis lain, mencakup semua insiden &
minimum 1 X per tahun utk proses risiko tinggi.

Tim:
• Diskusikan dalam tim pengalaman dari hasil analisis insiden
• Identifikasi bagian lain yg mungkin terkena dampak & bagi
pengalaman tsb.
PELAPORAN INSIDEN, ANALISIS DAN SOLUSI

 Sistem pelaporan insiden dilakukan di internal rumah sakit dan


kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
 Pelaporan insiden kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien
Rumah Sakit mencakup KTD, KNC, dan KTC, dilakukan setelah analisis
dan mendapatkan rekomendasi dan solusi dari TKPRS.
 Sistem pelaporan insiden kepada Komite Nasional Keselamatan
Pasien Rumah Sakit harus dijamin keamanannya, bersifat rahasia,
anonim (tanpa identitas), tidak mudah diakses oleh yang tidak
berhak.
 Pelaporan insiden sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
ditujukan untuk menurunkan insiden dan mengoreksi sistem dalam
rangka meningkatkan keselamatan pasien dan tidak untuk
menyalahkan orang (non blaming).
Lanjutan ...
 Setiap insiden harus dilaporkan secara internal
kepada TKPRS dalam waktu paling lambat 2x24
jam sesuai format laporan
 TKPRS melakukan analisis dan memberikan
rekomendasi serta solusi atas insiden yang
dilaporkan.
 TKPRS melaporkan hasil kegiatannya kepada
kepala rumah sakit
UNIT KERJA KEPALA UNIT KERJA KOMITE KESELAMATAN PASIEN DIREKSI KKP PERSI

(Ruangan/Instalasi/Bidang/Bagian)
Insiden Laporan Insiden
(KTC, KNC, KPC) (2 x 24 jam)

Atasan Langsung dan Komite/Tim Keselamatan Pasien

Grading

Tangani Segera Biru Hijau Kuning Merah

Investigasi Investigasi − RCA oleh Lap insiden


Sederhana Sederhana unit kerja segera dikirim
(1 minggu) (2 minggu) (maks 45 hari) ke KKPRS
− Lap insiden
segera dikirim
ke KKPRS

− Tindak Lanjut Perbaikan Laporan Insiden &


− Mengisi Table Assesmen Tindak Lanjut Perbaikan
Risiko
Analisa Regarding RCA (45 hari)

Feedback ke unit kerja Rekomendasi Laporan Laporan

− Rekap Tabel Asesmen Risiko


− Tabel Registrasi Risiko
Lanjutan ...
 Rumah sakit harus melaporkan insiden, analisis,
rekomendasi dan solusi jadian Tidak Diharapkan (KTD)
secara tertulis kepada Komite Nasional Keselamatan
Pasien Rumah Sakit sesuai format laporan
sebagaimana tercantum pada Formulir 2 Peraturan ini.
 Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit
melakukan pengkajian dan memberikan umpan balik
(feedback) dan solusi atas laporan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) secara nasional.
FORM LAPORAN INSIDEN
Standar Keselamatan Pasien RS
(KARS – DepKes)
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan asuhan
berkesinambungan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan
kinerja, untuk melakukan evaluasi
meningkatkan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan
keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk
mencapai keselamatan pasien
CULTURE OF SAFETY

Ternyata MUTU Pelayanan saja tidak cukup. Proses


hukum di RS sangat meningkat, RS & Profesi gencar
menjadi sasaran serangan tudingan.
KESELAMATAN PASIEN mengubah “Blaming Culture” ke
“Safety Culture”, dan mengurangi LITIGASI di RS

(Hillary Rodham Clinton and Barack Obama : Making Patient Safety


the Centerpiece of Medical Liability Reform.
New Engl J Med 354;21 www.nejm.org May 25, 2006.)
REPORTING CULTURE
PELAPORAN INTERNAL RS :
– SISTEM PELAPORAN
– ALUR PELAPORAN
– FORMAT LAPORAN

PELAPORAN RS KE KKPRS-PERSI:
_ KTD/KNC
_ FORMAT BAKU
MANFAAT RS TERAPKAN KESELAMATAN PASIEN

• Kecenderungan “Green Product” -produk yang


aman- di bidang industri lain, al.menjadi
persyaratan dlm berbagai proses transaksi,
sehingga menjadI makin laku/laris, makin dicari
masyarakat

• RS yang menerapkan KP akan lebih ”dicari”


Perusahaan-perusahaan dan Asuransi-asuransi
akan mengutamakan memakai RS-RS tsb sebagai
provider kesehatan karyawan / klien mereka, &
kemudian akan diikuti oleh masyarakat yang akan
lebih mencari RS yang aman.

Anda mungkin juga menyukai