Anda di halaman 1dari 26

MODUL 3

Analisis Sosial dengan Perspektif


Gender

Pelatihan Kepemimpinan Perempuan, 15-16 Maret 2022


Modul ini terdiri dari 3 sesi

• Sesi 1: Mengenal Analisis Sosial


untuk Menuju Perubahan Sosial
Alur Sesi • Sesi 2: Analisis Sosial dengan Lensa
Pelatihan
PELATIHAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

Gender

• Sesi 3: Analisis Gender untuk


Subtema MADANI
Sesi I

1. Interseksi dan Kaitannya

Mengenal Analisis dengan Analisa Sosial


Berperspektif Gender

Sosial untuk Perubahan 2. Komponen Analisis Sosial

Sosial Berperspektif Gender

3. Pentingnya Perspektif Gender


dalam Analisis Sosial

PELATIHAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN


1.1. Interseksi dan Kaitannya dengan Analisis Sosial
Berperspektif Gender
Sesi I
1.1.1. Pentingnya Pendekatan Interseksionalitas untuk Perubahan Sosial

1. Cara terbaik untuk memfasilitasi perubahan sosial adalah dengan melihatnya melalui analisa lensa titik-
temu/interseksionalitas, membentuk identitas titik-temu, dan berpikir kritis tentang identitas kita sendiri
dan peran kita dalam konteks hierarki sosial yang lebih besar.

2. Pendekatan interseksionalitas yang inovatif melihat perbedaan internal dalam diri dan organisasi,

PELATIHAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN


mengidentifikasi konflik, dan mengatasinya secara proaktif. Sebaliknya, menekan perbedaan pendapat
dan perbedaan telah menyebabkan pengucilan dan fragmentasi lebih lanjut.

3. Meskipun memobilisasi kelompok yang beragam menghadirkan tantangan bagi pemimpin, organisasi
sipil, dan gerakan sosial, mengidentifikasi perbedaan internal dan mengambil langkah proaktif untuk
mengatasinya membantu mempertahankan kerja sama. Kerja sama merupakan unsur penting dalam
advokasi untuk kebijakan yang meningkatkan kehidupan kelompok yang kurang beruntung dan
tertindas.
1.1.2. Konsep Analisis Sosial Berperspektif Gender

Sesi I
• Analisis Sosial merupakan usaha untuk memperoleh gambaran yang lengkap mengenai situasi sosial
dengan menelaah kaitan-kaitan antar berbagai sub sistem dalam kehidupan masyarakat baik secara
struktural, kultural, maupun historis untuk memahami realitas sosial yang kita geluti.

• Analisis gender dapat dipahami sebagai metode yang digunakan untuk memahami hubungan antara
laki-laki dan perempuan, akses mereka ke sumber daya, kegiatan mereka, dan kendala yang mereka
hadapi yang saling berkait satu sama lain.

PELATIHAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN


• Analisis sosial berperspektif gender merupakan alat atau instrumen yang variatif namun kesemuanya
dimulai dengan penyediaan data dan fakta serta informasi tentang gender, yaitu data yang terpilah
antara laki-laki dan perempuan serta dapat menggambarkan adanya kesenjangan gender.
1.2. Komponen Analisis Sosial Berperspektif Gender

Analisis Sosial
Sesi I
Berperspektif Gender

Berupaya mengidentifikasi: Obyek Amatan


Bersifat lintas sektoral

• Permasalahan kunci dalam suatu


semua realitas sosial dapat menjadi
masyarakat.
obyek amatan analisis sosial, namun,
• Akses dan kontrol masyarakat • Memastikan kesetaraan akses dan
dalam konteks perubahan sosial, maka

PELATIHAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN


terhadap sumber-sumber daya kesempatan untuk perempuan dan
obyek amatan perlu disesuaikan
• Keterkaitan berbagai sistem kelompok rentan terhadap
dengan kebutuhan:
dalam masyarakat advokasi dan manfaatnya.
• Masalah-massalah sosial
• Potensi-potensi yang ada dalam • Mempromosikan adanya
• Sistem sosial
masyarakat partisipasi yang bermakna dari
• Lembaga-lembaga sosial
• Tindakan-tindakan yang perempuan dan kelompok rentan.
• Kebijakan publik, seperti: dampak
• Gender memainkan peran dalam
mengubah situasi dan yang
kebijakan COVID-19, dampak
memperkuat situasi dinamika sosial komunitas lokal.
pemberlakuan undang-undang
Proses Kunci untuk Keluaran Analisis Sosial

• Konsultasi dengan pemangku kepentingan: Semua pemangku kepentingan harus Sesi I

dilibatkan selama proses desain untuk membangun proyek dan memastikan bahwa
pandangan dan pendapat semua kelompok masyarakat didengar.
• Peningkatan kapasitas mitra lokal untuk melakukan analisis sosial dan mata pencaharian
• Pemahaman interdisipliner tentang bagaimana isu-isu sosial berhubungan dengan isu-isu
desain proyek lainnya.
• Peningkatan penggunaan pendekatan partisipatif.
• Selama proses desain proyek, penting untuk memastikan bahwa pemerintah dan lembaga

PELATIHAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN


pelaksana memahami dan menginternalisasikan kelompok sasaran yang diusulkan, langkah-
langkah penargetan kemiskinan dan gender, serta aspek sosial dari desain proyek, ukuran
penargetan gender dan aspek sosial dari desain proyek.
• Keluaran utama dari proses perumusan secara umum, termasuk analisis sosial, dapat berupa
“membuat sesuatu perubahan” dengan menghubungkan berbagai unit manajemen proyek
masa depan yang mampu memfasilitasi berbagai aspek implementasi.
Manfaat Analisis Sosial Sesi I

Temuan dari analisis sosial berkontribusi pada arah strategis desain dan implementasi proyek.
Dari hasil analisis sosial diharapkan akan terjadi:
• desain proyek yang lebih proaktif, berpusat pada masyarakat, dan inklusif secara sosial sejak
tahap paling awal dari siklus program dan proyek;
• peningkatan relevansi sosial, ekonomi, politik, dan budaya, serta efektivitas intervensi yang
diusulkan;
• peningkatan efektivitas tujuan proyek;
• memperkuat proses perencanaan partisipatif dari akar rumput melalui organisasi lokal ke sistem

PELATIHAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN


perencanaan formal;
• peningkatan suara dan pengaruh pada kelompok marginal yang kurang beruntung secara sosial
dalam proses perencanaan proyek; dan meningkatkan kepemilikan lokal atas proyek di semua
tingkatan.
Sesi I

1.2.2. Studi Kasus “Untuk Siapa Pipa Ini?”


dan Diskusi

Pertanyaan Diskusi Kelompok


Masing-masing kelompok mendiskusikan cerita di antara mereka sendiri dan
mengusulkan langkah analisa yang dapat dilakukan sebelumnya untuk mencegah
masalah yang mereka hadapi pada tahap pelaksanaan proyek selanjutnya.

PELATIHAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN



 Untuk diskusi ini, peserta telah dibagi kedalam beberapa kelompok sebagai berikut
(next slide)
 Silahkan peserta bergabung dalam kelompok yang telah ditentukan.
Nama Organisasi Kab/Kota
Kelompok 1
Sri Hidayah Forum Sehat Gemilang Kabupaten Tangerang
Verawati Pajrin Saba Desa Sukabumi Diskusi
Nurlaela Fatimah Wahid
Erlita Rismiliyana
Aisyiyah
Muslimat NU
Sumedang
Pekalongan
Kelompok
Yusnaniah Fatayat NU Sumenep
Shanti Wurdiani Ramadhani Perkumpulan Sanggar Hijau Indonesia Jombang
Satnawati PDNA Bulukumba
Wilma Sari GAPEMASDA Sambas
Kelompok 2
Tuti Alawiyah Yayasan Difabel Mandiri Indonesia Kota Tangerang
Annisa Safira Syarif Yayasan Metamorfosis Bogor
Hj. Ida PD Aisyiyah Tasikmalaya
Artati Tyas Asmarawati Yayasan Perhimpunan untuk Studi dan Klaten
Pengembangan Ekonomi, dan Sosial
Nurul Hidayah Fatayat NU Jember
Asiah Sugianti Yayasan Paramitra Malang
Mania Fatayat NU Luwu Utara
Wellyanita Swandiri Inisiatif Sintang Sintang
Kelompok 3
Desty Eka Putri Sari PD Aisyiyah Serang
Vini Zulva Yayasan SAPA Bandung
Rumiati Kita Institute Wonosobo
Hidayatul Rizkiyanti Yayasan Eska Unggul Indonesia Brebes
Nur Khosi'ah Patti ro Gresik
Warida Safie ICJ Makassar Makassar
Eka Saptariana Yayasan Bumi Saweregading Kota Palopo
Mufarrohah Fatayat NU Singkawang
Kelompok 4
Dian Mutiara PPSW Pasoendan Digdaya Lebak
Rosi Siti Rahmawaty PDNA Garut
Yayah Maryamah LKTS Boyolali
Rosma Dewi KOMPIP Kota Solo
Titik Sugianti Yayasan Bambu Nusantara Madiun
Marlina Lembaga Demokrasi Celebes Pangkep
Rizdayanti GAPPEMBAR Barru
Catur Setiowati PD Aisyiyah Mempawah
Sesi I 1.3.1. Pentingnya Perspektif Gender
dalam Analisis Sosial
• Memastikan kesetaraan akses dan kesempatan untuk perempuan dan kelompok rentan terhadap
advokasi dan manfaatnya.
• Mempromosikan adanya partisipasi yang bermakna dari perempuan dan kelompok rentan
dalam konsultasi yang bermakna dan pengambilan keputusan dalam rencana advokasi dan
implementasinya.
• Mencegah konsekuensi yang tidak diinginkan seperti melewatkan aspirasi penting yang
berasal dari kelompok rentan.
PELATIHAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

• Gender memainkan peran dalam dinamika sosial komunitas lokal. Dinamika sosial ini dapat
berdampak pada kualitas dan efektivitas dari keterikatan komunitas pda rencana advokasi.
• Perhatian besar untuk aspek gender dalam penyusunan rencana advokasi akan dapat membantu
meningkatkan kapasitas organisasi dalam memastikan tercapainya komitmen organisasi
terhadap tegaknya hak asasi manusia
Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan dalam Melakukan Sesi I

Analisis Gender
• Kumpulkan data di unit rumah tangga, tempat kerja, komunitas, dan semua data lain yang
dipilah berdasarkan jenis kelamin yang relevan dengan bidang kebijakan atau
program/proyek.
• Menilai bagaimana pembagian kerja gender dan pola pengambilan keputusan memengaruhi
program/proyek, dan bagaimana program/proyek memengaruhi pembagian kerja gender dan
pengambilan keputusan (produktif, reproduktif, kerja komunitas).
• Kaji siapa yang memiliki akses dan kendali atas sumber daya, aset, dan manfaat, termasuk
manfaat program/proyek.

PELATIHAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN


• Memahami perbedaan kebutuhan, prioritas dan kekuatan perempuan/anak perempuan dan
laki-laki/laki-laki (kebutuhan strategis dan praktis).
• Memahami kompleksitas hubungan gender, kepercayaan, persepsi, pengetahuan dan norma-
norma sosial, dan tentang perempuan, laki-laki, anak perempuan dan anak laki-laki.
• Menilai hambatan dan hambatan bagi perempuan dan laki-laki untuk berpartisipasi dan
memperoleh manfaat yang sama dari program/proyek.
Sesi I
Data yang diperoleh memungkinkan kita untuk:

Mengembangkan strategi dan memutuskan bidang intervensi yang tepat.

Menilai kapasitas rekanan/mitra untuk perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan peka


gender, dan mengembangkan strategi untuk memperkuat kapasitas
PELATIHAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

Menilai potensi program/proyek untuk memberdayakan perempuan, menangani


kepentingan gender strategis dan mengubah hubungan gender:

Mengembangkan indikator sensitif gender untuk memantau partisipasi, manfaat, efektivitas


strategi kesetaraan gender, dan perubahan dalam hubungan gender (Hunt, 2006)
Sesi 2

Analisis Sosial 1. Perkembangan Analisis Sosial


Berparadigma dan Pendekatan

Berperspektif Gender Berperspektif Gender


2. Pengenalan Kerangka Analisis
Sosial Berperspektif Gender
3. Melakukan Analisis Sosial
dengan Perspektif Gender

PELATIHAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN


2.1. Perkembangan Analisis Sosial Berparadigma dan Pendekatan
Sesi 2

Berperspektif Gender
2.1.1. Pandangan Kritis terhadap Pembangunan dan Pelibatan Perempuan
• Pelibatan perempuan dalam pembangunan perlu kita renungkan kembali secara kritis untuk memungkinkan
terjadinya transformasi sosial.
• Wacana perempuan dalam pembangunan (Women in Development/WID) menjadi salah satu pendekatan dominan
yang dianggap dapat memperbaiki status dan nasib berjuta-juta perempuan di negara Dunia Ketiga.
• Namun, setelah kurang lebih 10 tahun berjalan, banyak orang mulai menyangsikan dan mengajukan kritik mendasar
terhadap konsep WID. Kritik ini dipelopori oleh berbagai aliran feminisme.
• WID disimpulkan sebagai strategi dan diskursus developmentalisme untuk melanggengkan dominasi dan penindasan

PELATIHAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN


perempuan di Dunia Ketiga, melalui upaya penjinakan serta pengekangan peermpuan, yang juga dapat diartikan
bahwa WID pada dasarnya menghindari upaya emansipasi dan WID pun diragukan mampu memacu proses
transformasi.
• Oleh karena itu, kita perlu merenungkan dan menemukan alternatif yang memungkinkan terjadinya transformasi
sosial.
• Demokratisasi merupakan alternatif yang dipandang paling sesuai untuk proses transformasi sosial. Bertolak
belakang dengan developmentalisme yang otoriter dan eksploitatif, demokratisasi memberikan peluang serta
wewenang yang memungkinkan masyarakat menentukan dan mengelola nasibnya sendiri melalui dialog, diskusi,
aksi yang bertumpu pada persamaan dan keadilan.
2.1.2. Perkembangan Paradigma Gender
Sesi 2
• Berdasarkan analisis dan berbagai kritik tersebut, pendekatan yang digunakan untuk memperbaiki dan
mengikutsertakan perempuan dalam pembangunan pun terus berkembang, sebagai berikut:
PELATIHAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
Sesi 2
2.1.3. Perkembangan Paradigma Gender, Pembangunan yang Berkelanjutan,
dan Perkembangan Analisis Sosial
• Berdasarkan perkembangan paradigma tersebut, Negara berkomitmen untuk meningkatkan kualitas pembangunan
sosial dengan landasan yang lebih baik melalui penelitian dan pengembangan kapasitas individu dan komunitas.
• Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) memegang peranan penting untuk mendukung pembangunan berkelanjutan
dan reformasi ekonomi agar tidak hanya berlaku di tingkat institusi negara saja, tetapi juga di tingkat masyarakat.
• LSM perlu melakukan analisisi sosial dan proses partisipatiif dalam kerja-kerja komunitas yang dilakukan untuk
membantu mewujudkan pembangunan sosial yang berkelanjutan dengan menghadirkan 3 prioritas:
- Peningkatan proses di tingkat makro
- Proyek yang lebih baik
PELATIHAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

- Landasan yang lebih baik melalui penelitian dan pengembangan kapasitas.

• Untuk itu, penting bagi pemimpin perempuan dan lembaganya dapat melakujan penilaian sosial dan
mengintegrasikannya dalam proyek yang dilakukan, dengan menaruh perhatian pada upaya menghindari dan
mengurangi dampak merugikan dari intervensi pembangunan.
• Selain itu, memahami dampak gender para proyek dan program merupakan komponen utama yang juga perlu
diperhatikan dalam melakukan analisis sosial.
2. 2. Pengenalan Kerangka Analisis Sosial Berperspektif Gender Sesi 2

2.2.1. Kerangka Analisis untuk Analisis Sosial Berperspektif Gender


Analisis sosial yang berperspektif gender berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan dengan
memeriksa dimensi gender dari sistem sosial yang relevan dengan keberhasilan proyek untuk
menginformasikan rancangan, implementasi, pemantauan, dan evaluasi proyek yang responsif
gender. Ada lima “titik masuk” yang biasa digunakan oleh ilmuan sosial dalam analisis sosial
mereka: keragaman sosial dan gender; institusi, aturan dan perilaku; pihak-pihak terkait; partisipasi;
dan risiko sosial. Bagian berikut membahas relevansi gender untuk masing-masing dari lima titik
masuk

PELATIHAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN


1) Keragaman Sosial dan Gender
2) Institusi, Aturan, dan Perilaku
3) Pihak-pihak Terkait
4) Partisipasi
5) Risiko Sosial
Sesi 2
2.2.2. Analisis berperspektif Gender dan Gerakan Feminis (1)

• Analisis gender untuk dapat mendorong transformasi sosial merupakan hakikat perjuangan
pemimpin perempuan dan gerakan feminis dengan menggarisbawahi bahwa gerakan feminisme
tidak melulu sekedar memperjuangkan soal perempuan, tetapi merupakan gerakan melawan
sistem dan struktur yang mengakibatkan penderitaan secara luas.
• Feminisme sendiri sebagaimana aliran pemikiran lainnya tidaklah tunggal, tetapi terdiri dari
berbagai ideologi, paradigma, serta teori yang digunakan oleh mereka masing-masing.
• Meski terjadi perbedaan antarfeminis mengenai apa, mengapa, dan bagaimana penindasan dan
eksploitasi itu terjadi, tetapi mereka sepaham bahwa hakikat perjuangan feminis adalah demi
kesetaraan, martabat, dan kebebasan untuk mengontrol raga dan kehidupan, baik di dalam,
PELATIHAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

maupun di luar rumah.


• Persoalannya, feminisme bukanlah suatu gerakan yang homogen dan bisa secara mudah
diidentifikasi ciri-cirinya.
• Secara sederhana kita bisa membagi aliran feminisme menjadi dua aliran besar dalam ilmu
sosial, yakni aliran status quo atau fungsionalisme dan aliran konflik.
Sesi 2
Analisis berperspektif Gender dan Gerakan Feminis (2)

Paradigma Fungsionalisme dalam Feminisme; Paradigma Konflik dalam Feminisme; percaya bahwa
berkeyakinan bahwa masyarakat adalah suatu sistem setiap kelompok masyarakat memiliki kepentingan
yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berkaitan (interest) dan kekuasaa (power) yang menjadi pusat dari
(agama, pendidikan, struktur politik sampai keluarga) setiap hubungan sosial, termasuk hubungan antara
dan masing-masing bagian secara terus menerus kaum laki-laki dan perempuan.
mencari keseimbangan dan harmoni. Pola yang
bukan normative dianggap akan melahirkan gejolak. Bagi mereka, gagasan dan nilai-nilai selalu dipergunakan
Jika hal tersebut terjadi, maka masing-masing bagian sebagai senjata untuk menguasai dan melegitimasi
berusaha secepatnya menyesuaikan diri untuk kekuasaan, tidak terkecuali hubungan antara laki-laki
mencapai keseimbangan kembali. dan perempuan. Berdasarkan asumsi ini, maka
PELATIHAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

perubagan akan terjadi melalui konflik yang akhirnya


mengubah posisi dan hubungan. Demikian juga,
Paradigma ini melihat bahwa kondisi yang ada adalah perubahan hubungan antara laki-laki dan perempuan
normal dan sehat, oleh sebab itu tidak diperlukan hanya akan dilihat dari konflik antara dua kepentingan.
perubahan. Jika memang diperlukan perubahan, maka
perubahan yang diperlukan adalah ‘reformasi’
Kelompok feminis yang menganut teori konflik adalah
terkontrol yang tidak mengganggu stabilitas sosial.
feminisme radikal, feminisme marxis, dan feminisme
Pengaruh fungsinalisme tersebut dapat kita temui
sosialis.
dalam pemikiran feminisme liberal.
Sesi 2
Analisis berperspektif Gender dan Gerakan Feminis (3)

Feminisme Liberal Feminisme Radikal


• Memiliki asumsi dasar bahwa kebebasan (freedom) • Melihat penyebab penindasan terhadap perempuan
serta kesetaraan (equality) berakar pada rasionalitas berakar pada jenis kelamin laki-laki itu sendiri beserta
dan pemisahan antara dunia privat dan publik. ideologi patriarkinya.
• Memperjuangan kesempatan dan hak yang sama bagi • Kaum laki-laki secara biologis maupun politis
setiap individu. dipandang sebagai bagian dari permasalahan.
• Oleh karena itu usulan feminis liberal untuk • Memandang revolusi akan terjadi pada setiap
memecahkan masalah kaum perempuan adalah dengan perempuan yang telah mengambil aksi untuk
cara menyiapkan kaum perempuan agar bisa bersaing mengubah gaya hidup, pengalaman, dan hubungan
dalam suatu dunia yang penuh persaingan bebas. mereka sendiri terhadap kaum laki-laki.
PELATIHAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

Feminisme Marxis Feminisme Sosialis


• Melihat penindasan perempuan sebagai kelanjutan dari • Meletakkan eksploitasi ekonomi sebagai dasar
sistem eksploitatif yang bersifat struktural. penindasan gender, dan melihat bahwa feminisme
• Patriarki ataupun kaum laki-laki dianggap sebagai tanpa kesadaran kelas juga dapat menimbulkan
permasalahan tetapi sistem kapitalismelah yang masalah.
sesungguhnya merupakan akar permasalahannya. • Gerakan feminis sosialis berpandangan bahwa kritik
• Gerakan feminisme marxis memandang penyesaiannya terhadap eksploitasi kelas dari sistem kapitalis harus
adalah dengan melakukan perubahan struktur kelas dan disertai kritik atas ketidakadilan gender yang
pemutusan hubungan sistem kapitalisme internasional mengakibatkan dominasi, subordinasi, dan
marginalisasi kaum perempuan.
Sesi 2
Analisis berperspektif Gender dan Gerakan Feminis (4)

Aliran Feminisme lain


• Masih banyak aliran feminisme selain keempat aliran utama gerakan feminisme tersebut, diantaranya eco-feminism, black
feminism (aliran feminisme yang lahir dari kulit hitam), feminisme muslim, dll. Hampir semua aliran dirasakan memberikan
sumbangan untuk menguatkan kaum perempuan.
• Kaum feminis liberal berusaha mendidik kaum perempuan agar setara dan mampu bersaing dengan kaum laki-laki yang mana
hal ini bisa digunakan sebagai usaha praktis jangka pendek.
• Dalam rangka usaha strategis jangka panjang, emansipasi, dan transformasi yang lebih bersifat ideologis diperjuangkan bersama-
sama aliran feminisme radikal lainnya. Semboyan feminisme radikal ‘personal is political’, bisa menjadi alat proses penyadaran
terhadap kuatnya sistem patriarki yang meskipun tidak diakui sebagai hal yang pokok oleh feminisme liberal, tetapi banyak
menyumbangkan gagasan emansipasi kemanusiaan yang sangat mendasar.
• Analisis kelas dan peran kapitalisme yang dipergunakan oleh feminisme Marxis banyak menyumbangkan dan memperkaya
PELATIHAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

gerakan kaum perempuan dalam suatu sistem dan struktur kapitalisme yang berlaku.
• Demikian juga, analisis gender yang tadinya banyak dipergunakan oleh feminisme sosialis, saat ini dipergunakan oleh hamper
setiap organisasi yang bergerak memperjuangkan nasib perempuan.
• Dari uraian tersebut dapat ditarik pelajaran bahwa gerakan feminisme mendapat alat analisis untuk mempertajam pandangan
mereka.
• Tanpa analisis gender, gerakan feminisme akan mengalami kesulitan untuk melihat sistem dan struktur, sehingga akibatnya
hanya tertuju pada kaum perempuan saja.
• Tanpa analisis gender, gerakan feminisme akan menjadi reduksionisme, yang lebih memusatkan perhatian pada kaum
perempuan, dan akan mengabaikan faktor sistem dan struktur. Akibatnya gerakan feminisme akan terisolasi dari seluruh gerakan
sosial ke arah transformasi sosial. Dengan kata lain, analisis gender telah memungkinkan gerakan feminisme dan gerakan-
gerakan lain melakukan analisis dan pemecahan masalah bersama-sama.
2.3. Melakukan Analisis Sosial dengan Perspektif Gender Sesi 2

2.3.1. Analisis Sosial Berperspektif Gender atau Analisis Gender yang Berdiri Sendiri?

Jika analisis sosial awal menandai isu-isu gender yang menjadi perhatian khusus dalam konteks
pekerjaan pembangunan, mungkin tepat untuk melakukan studi gender yang berdiri sendiri untuk
lebih fokus secara khusus pada isu-isu gender dan mengeksplorasi potensi masalah dan solusi
secara lebih mendalam. Keuntungan dari jenis pendekatan ini, bagaimanapun, harus ditimbang
terhadap kerugiannya. Mengisolasi analisis gender dari analisis sosial yang komprehensif dapat
membatasi kemampuan untuk melihat hubungan antara hubungan gender dan dimensi lain dari

PELATIHAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN


hubungan sosial yang bersama-sama menciptakan lingkungan sosial secara keseluruhan. Hubungan
gender dipengaruhi oleh iklim sejarah, sosial ekonomi, budaya, agama dan politik yang lebih luas
dari masyarakat tertentu, dan untuk mengatasi masalah gender secara efektif, lingkungan
pendukung yang lebih besar ini perlu diperhitungkan.
Sesi 2
2.3.2. Langkah-langkah Melakukan Analisis Sosial

Berikut adalah langkah-langkah yang diusulkan, yang dibangun atas sebagian besar pendekatan
dalam melakukan analisis sosial:
Tinjau data sekunder sebelum melakukan misi (2-3 hari, dapat dilakukan dari
rumah/kantor).

Pertemuan awal dengan pemangku kepentingan (2-4 jam, baik di area proyek atau
di ibu kota tempat proyek akan diimplementasikan).

Wawancara informan kunci di tingkat nasional, daerah, kabupaten dan kecatan (1


PELATIHAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

atau 2 hari untuk setiap kabupaten).

Kerja lapangan di tingkat masyarakat (5-10 hari tergantung pada ketersediaan


waktu, keragaman dalam cakupan proyek, ukuran tim, dll).

Rangkum temuan dan susunlah draf rekomendasi (2 hari). Pertemuan penutup (2-4
jam).
Sesi 2
2.3.3. Refleksi: Pembuka Mata

Perhatikan gambar ini? Apa yang Anda lihat dari gambar ini?
PELATIHAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
Terima Kasih
Atas Perhatian anda

PELATIHAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

Anda mungkin juga menyukai