Anda di halaman 1dari 22

PATOFISIOLOGI, FARMAKOLOGI, DAN TERAPI DIET PADA

GANGGUAN TRAUMA MUSKULOKELETAL


ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN PADA FRAKTUR

Disusun Oleh Kelompok 7


SESRA MED MADURISA 1914201039
REZVIGEL AMANDA 1914201035
SILFIRA ROSELLA 1914201040
WINDY YUNENGZAH FITRI 1914201043
RISKA SYOFIA DELMI 1914201037
A. Patofisiologi
Patofisiologi fraktur menurut (Black, Joyce, & Hawks,
2014) Fraktur biasanya disebabkan karena
cedera/trauma/ruda paksa dimana penyebab utamanya
adalah trauma langsung yang mengenai tulang seperti
kecelakaan mobil, olah raga, jatuh/latihan berat.
Keparahan dari fraktur bergantung pada gaya yang
menyebabkan fraktur. Jika ambang fraktur suatu tulang
hanya sedikit terlewati, maka tulang mungkin hanya retak
saja bukan patah
1. Penguat tulang
a. Vitamin
Vitamin adalah Zat organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah
kecil untuk berbagai reaksi metabolisme dan mempertahankan
kesehatan.Sumber bahan makanan dan obat. Vitamin yang
dibutuhkan adalah vitamin A, D, E, K. Vitamin D
1) Sumber : minyak ikan, ragi, jamur dan provitamin D yang
disintesa kulit oleh sinar ultraviolet sinar matahari (terutama pagi
hari) diubah menjadi Vit D
2) Fungsi : pengatur kalsium dan fosfat plasma serta
mempertahankan fungsi neuromuskular
3) Jika defisiensi dapat terjadi gangguan pertumbuhan tulang:
penyakit Rakhitis (pada anak / bayi) dan osteomalasia (pada
dewasa)
b. Mineral
1). Tubuh membutuhkan 13 unsur penyusun dan pendukung metabolisme berupa: 7 dalam
jumlah banyak dan 6 “trace elements” (Fe, Cu, Mn, I, Co, Zn)
2). Ca (kalsium) dan P (fosfor) merupakan mineral terbanyak pada tulang. Sumber : susu, telur.
Dipengaruhi oleh vitamin D. Penyimpanan: tulang. Pengaturan metabolismenya oleh hormon
paratiroid
3). Kalsium dan suplemen vitamin D bermanfaat mengurangi risiko patah tulang pangkal paha.
Usahakan mengonsumsi kalsium sebagai berikut: Komsumsi kalsium:
600 IU atau 15 mikrogram untuk orang dewasa di atas 20 tahun.
800 IU atau 20 mikrogram untuk manula di atas 70 tahun.
Untuk mencegah keretakan tulang atau pengobatan osteoporosis, Anda memerlukan dosis
kalsium sebanyak 1,2 gram per hari dan vitamin D sebanyak 20 mikrogram
4). Bisphosphonate Obat yang menjaga kepadatan tulang dan mengurangi risiko keretakan ini
biasa diberikan dalam bentuk tablet atau suntikan. Bisphosphonate bekerja dengan
memperlambat laju sel-sel yang meluruhkan tulang (osteoclast).Ada beberapa bisphosphonate
berbeda seperti alendronate, etidronate, ibandronate, risedronate, dan asam zolendronic.
5). Strontium ranelate Strontium ranelate dikonsumsi dalam bentuk bubuk yang dilarutkan dalam
air. Obat ini bisa menjadi alternatif jika penggunaan bisphosphonate dirasa tidak
cocok.Strontium ranelate memicu sel-sel yang membentuk jaringan tulang yang baru
(osteoblasts) dan menekan kinerja sel-sel peluruh tulang.
c. Obat-obatan yang Bersifat Hormon Selective estrogen receptor modulators (SERMs) SERMs
adalah obat yang menjaga kepadatan tulang dan mengurangi risiko retak, terutama pada tulang
punggung. Satu-satunya bentuk SERMs yang tersedia untuk pengobatan osteoporosis adalah
raloxifene, garam hidroklorida.Raloxifene dikonsumsi tiap hari dalam bentuk tablet.
2. Penetral zat
a. Obat urikosonik
1) Probenesid Obat yang membantu pengeluaran asam urat lewat urine
2) Allopurinol, menurunkan hiperurisemia dan membantu menghambat
produksi asam urat. obat ini hanya untuk diminum pada saat serangan nyeri sudah
mereda. Jika diminum pada saat serangan asam urat terjadi, dikhawatirkan akan
menyebabkan kristal asam urat justru akan menyebar ke jaringan tubuh lainnya.
b. Obat anti-rematik modifikasi-penyakit (DMARDs) DMARDs
(diseas-modifying anti-rheumatic drugs) adalah perawatan tahap awal yang
diberikan untuk menghambat dan meredakan gejala rheumatoid arthritis, serta
mencegah kerusakan permanen pada persendian dan jaringan lainnya.Kerusakan
pada ligamen, tulang, dan tendon akibat efek sistem kekebalan tubuh saat
menyerang persendian dapat dihambat oleh DMARDs. Beberapa DMARDs yang
bisa digunakan adalah :
1) Hydroxychloroquine,
2) Methotrexate,
3) Sulfasalazine,
4) Leflunomide.
3. Analgetik
Analgetik atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau
rasa nyeri tanpa meghalangi kesadaran.Antipiretik adalah zat-zat yg dapat mengurangi
suhu tubuh.Obat analgetik antipiretik serta Obat Anti Inflamasi non Steroid (OAINS)
merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda
secara kimia.Obat-obat ini ternyata memiliki banyak persamaan dalam efek terapi
maupun efek samping.
Untuk mengatasi rasa nyeri, pasien memerlukan obat anti nyeri yang cukup kuat.Pereda
nyeri sekelas parasetamol biasanya tidak cukup kuat untuk melawan nyeri akibat asam
urat. Karena cara kerjanya hanya meredakan nyeri dan radang, obat kelompok ini sama
sekali tidak berurusan dengan kristal asam uratnya. Dan karena khasiatnya meredakan
nyeri, obat-obat ini biasa juga diresepkan untuk rematik jenis lain. Beberapa obat yang
sering diberikan untuk mengurangi nyeri :
a. Diklofenak
b. Piroksikam
c. Meloksikam
d. Ketoprofen
e. Tinoridin
f. Ibuprofen,
g. Naproxen,
h. Diclofenac
4. Anti Inflamasi
Anti inflamasi adalah obat atau zat-zat yang dapat mengobati peradangan atau
pembengkakan. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
a. Kolkisin, untuk menghentikan serangan akut yang diberikan setiap jam
pada awal serangan nyeri hebat hilang. Obat ini bukan golongan pereda nyeri
melainkan antiradang.Termasuk obat “sangat keras” karena punya banyak efek
buruk misalnya muntah dan diare.Batas keamanannya juga sangat sempit,
kelebihan dosis sedikit saja bisa berefek fatal.Karena itu, gunakan hanya
sesuai petunjuk dokter. Contoh merek dagang: Recolfar®.
b. Turunan asam salisilat : Aspirin, salisilamid,diflunisal.
c. Turunan 5-pirazolidin : Fenilbutazon, Oksifenbutazon.
d. Turunan asam N-antranilat : Asam mefenamat, Asam flufenamat
e. Turunan asam arilasetat : Natrium diklofenak, Ibuprofen, Ketoprofen.
f. Turunan heteroarilasetat : Indometasin.
g. Turunan oksikam : Peroksikam, Tenoksikam. Obat anti inflmasi steroid
contohnya adalah Kortikosteroid. Untuk menghilangkan radang, dokter
mungkin akan meresepkan kortikosteroid seperti prednisolon, deksametason,
dsb.
5. Antibiotika
Segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek
menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme,
khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotika khususnya
berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi.Antibiotika bekerja seperti
pestisida dengan menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja
targetnya adalah bakteri.Berbeda dengan desinfektan, desifektan membunuh
kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk
hidup. Klasifikasi Antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya :
a. Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin, Polypeptide
dan Cephalosporin, misalnya ampicillin, penicillin G;
b. Inhibitor transkripsi & replikasi, mencakup golongan Quinolone, misal:
rifampicin, actinomycin D, nalidixic acid;
c. Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari
golongan Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline, misalnya gentamycin,
chloramphenicol, kanamycin, streptomycin, tetracycline, oxytetracycline;
d. Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin;
e. Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida, misalnya
oligomycin, tunicamycin; dan o Antimetabolit, misalnya passerine.
6. Antineoplastik (sitostatika /kemoterapi) Kemoterapi (Eng: chemotherapy)
adalah penggunaan zat kimia untuk perawatan penyakit. Dalam penggunaan
modern, istilah ini hampir merujuk secara khusus kepada obat sitostatik yang
digunakan untuk melawan kanker (antineoplastik). Kemoterapi untuk kanker
a. Biasanya kemoterapi berupa kombinasi dari obat yang bekerja bersama
khususnya untuk membunuh sel kanker. Mengkombinasikan obat yang
memiliki mekanisme aksi yang berbeda saat di dalam sel dapat meningkatkan
pengrusakan dari sel kanker & mungkin dapat menurunkan resiko
perkembangan kanker yang resisten terhadap salah satu jenis obat.
b. Prinsip antikanker : Membunuh sel yang sedang dalam proses membelah diri
Klasifikasi Obat Antikanker
c. Alkilasi polifungsional, contoh : busulfan, cyclophosphamide,
mecchlorethamine, melphalan, thiotepa
d. Antimetabolit, contoh : azazitidine, cytarabine, fluorouracil, mercaptopurine,
methotrexate, thioguanine e. Alkaloid tanaman, contoh : vincristine,
vinblastine, paclitaxel
f. Antibiotik, contoh : dactinomycin, daunorubicin, doxorubicin, licamycin,
mitomycin
g. Agen hormonal h. Lain-lain: asparaginase, hydroxyurea, mitoxantrone
 
C. PENGERTIAN DIET
Diet berasal dari kata Romawi yang berarti “gaya hidup”.Diet yaitu pengaturan pola makan
yang sesuai dengan tujuan seseorang melakukan pengaturan makan tersebut.Diet memiliki
arti sebagai pengaturan pola dan konsumsi makanan dan minuman yang dilarang,
dimodifikasi atau diperbolehkan dengn jumlah tertentuuntuk tujuan terapi penyakit yang
diderita, kesehatan, atau penurunan berat badan.

1.Diet pada gangguan muskuloskeletal


Diet yang dilakukan atau diberikan untuk penyakit pada sistem muskuloskeletal adalah tinggi
kalori tinggi protein, tinggi kalsium.
 
2. Tujuan diet
1. Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk mencegah dan
mengurangi kerusakan jaringan tubuh
2. Menambah berat badan hingga mencapai berat badan normal

3. Syarat diet
Energi tinggi yaitu 40 - 45 kkal/kg berat badan sesuai dengan usia
Protein tinggi yaitu 2.0 - 2,5 gr/kg berat badan
Lemak cukup yaitu 10 - 25 % dari kebutuhan energi total
Karbohidrat cukup yaitu sisa dari kebutuhan energi total
Energi dan vitamin cukup sesuai dengan kebutuhan, kalsium tinggi sesuai dengan kebutuhan
Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna sesuai dengan keadaan pasien
ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 26tahun
JenisKelamin :Laki-laki
Pekerjaan : KuliBangunan
Agama : Hindu
TanggalMasukRS : 18 April 2021
AlasanMasuk : lakalantas.
DiagnosaMedis: Cidera KepalaSedang
 
SURVEY PRIMER DAN RESUSITASI
AIRWAY DAN KONTROL SERVIKAL
Keadaan jalan nafas
Tingkatkesadaran : Delirium
Pernafasan : spontan
Upayabernafas : ada
Benda asing di jalan nafas: Tidak ada
Bunyinafas : Tidakada
Hembusannafas : Ada
 
BREATHING
Fungsi pernafasan
JenisPernafasan : Takipnea
FrekwensiPernafasan : 26x/menit.
Retraksi Otot bantu nafas :ada
Kelainan dinding thoraks : Tidak ada (simetris)
Bunyinafas :Vesikuler
Hembusannafas : Ada, dengan frekuensi26x/menit.
CIRCULATION
Keadaan sirkulasi
Tingkatkesadaran : Delirium E:2 V:2 M:5 total 9
Perdarahan(internal/eksternal) : ada, internal SAH dan Edema Cerebri KapilariRefill : < 2detik
Tekanandarah : 110/70 mmHg.
Nadiradial/carotis : 98x/menit.
Akralperifer: Hangat

DISABILITY
Pemeriksaan Neurologis: GCS : E2 V2 M5 9
Reflexfisiologis : +
Reflexpatologis:+
55555 55555
55555 55555
Kekuatanotot :  
 
SkalaNyeri : 3 (0-10)
LokasiNyeri : PQRST
P: nyeri kepada
Q : Kualitas nyeri dirasakan seperti terkena benda tumpul R : Nyeri dirasakan pada daerah kepala saat
bergerak
S : Skala nyeri 3 (0-10)
T : Nyeri dirasakan hilang timbul memberat.
RIWAYAT MEKANISME TRAUMA
 Pasien datang tidak sadar diantar oleh BPBD setelah kll sepeda motor 1 jam
SMRS. Riwayat sadar(-)muntah (-) kejang keluar darah di mulut(-) mulut
pasien tercium bau alcohol .
 MOI : pasien penegendara sepeda motor di temukan tergeletak di jalan
mekanisme kejadian tidak diketahui
PEMERIKSAAN FISIK (HEAD TOTOE)
Kepala : Normochepal
Kulit kepala : Bersih, tidak adaluka
Mata : Pupil isokor, sklera tidakikterik
Telinga : Simetris dan pendengarannormal
Hidung : Tidak terdapat sekret ataupun polip
Mulut dan gigi :Mukosa bibir kering dan mulut bersih, gigi lengkap
Wajah: Simetris, terdapat lukalaserasi
Leher : Tidak terdapat pembesaran tiroid
nadi karotis : teraba
Dada/ thoraks Paru-paru
Inspeksi : Simetris, pergerakan dada simetris dan tidak terdapat jejas.
Palpasi : Simetris, tidak terdapat nyeritekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Tidak terdapat suara napas tambahan
Jantung
Inspeksi : Tidak terdapat jejas atau luka
Palpasi : Tidak terdapat nyeritekan
Perkusi : S1 dan S2pekak
Auskultasi : Suara murmur tidakada
Abdomen
 Inspeksi : Terdapat distensi abdomen
 Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada seluruh kuadran
 Perkusi : Hipertimpani
 Auskultasi : Bising usus 8 x/menit
Pelvis
 Inspeksi : Simetris tidak terdapat benjolan / luka
 Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
 Perineum dan rektum : Tidak terkaji
 Genitalia : Tidak terkaji
 Ekstremitas
 Status sirkulasi : Nadi radialis teraba 98x/menit, CRT < 2 detik
 Keadaan injury : -
Neurologis
 Fungsi sensorik : Pasien masih mampu menerima rangsanga nyeri dengan
baik (+/+)
N DATA ETIOLOGI MASALAH
O
DS : Gangguan aliran Resiko perfusi
1
Pasien mengerang darah penurunan jaringan serebral
O2 tidak efektif
DO :
 Pasien mengalami penurunan
kesadaran
 Wajah pasien tampak pucat
dangelisah
 KU pasien :lemah
 Tingkat kesadaran: Delirium
 Pasien mengalami penurunan
kesadaran dengan GCS: 9 (E:2
V:2 M:5)
 CRT <2detik
- SaO2: 86%
- RR :27x/menit
2 DS : Agen cedera Nyeri akut
Pasien mengatakan nyeri pada bagian kepala fisik
P: nyeri kepada
Q:Kualitas nyeri dirasakan seperti terkena benda
tumpul
R:Nyeri dirasakan pada daerah kepala saat
bergerak
S: Skala nyeri 3 (0-10)
T:Nyeri dirasakan hilang timbul memberat
 
Do :
- Pasien tampak meringis
- Ku lemah
- TTV :
Td : 114/69 mmHg
N : 86x/menit
S : 36,6°c
RR : 20x/menit
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN
PRIORITASMASALAH
Risiko perfusi serebral tidak efektif b.d cedera kepala.
Nyeri akut b.d agen pencedera fisik dibuktikan dengan
pasien mengeluh nyeri pada kepala dengan skala nyeri
3(0-10).
Intervensi
NO SDKI SLKI SIKI
1 Risiko Setelah Pemantauan Tekanan Intrakranial
perfusi dilakukan Observasi
serebral intervensi
tidak keperawatan  Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi menempati ruang,
efektif selama 1 x 24 gangguan metabolisme, edema serebraltekann vena, obstruksi aliran
b.d jam maka cairan serebrospinal, hipertensi, intracranial idiopatik)
cedera Perfusi  Monitor peningkatan TD
kepala. Serebral
 Monitor irregularitas irama napas
meningkat
dengan kriteria  Monitor penurunan tingkat kesadaran
hasil:  Monitor perlambatan atau ketidaksimetrisan respon pupil
Tingkat Terapeutik
kesadaran
meningkat  Pertahankan sterilitas system pemantauan
 Atur interval pemantauan sesuai keadaan pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
 Jelaskan prosedur dan tujuan pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan jika perlu.
2 Nyeri akut Setelah dilakukan Pemberian analgetik
b.d agen intervensi Observasi:
pencedera keperawatan  Identifikasi riwayat alergi obat.
fisik diharapkan  Monitor tanda-tanda vital
dibuktikan Tingkat Nyeri  pemberian analgesik.
dengan menurun, dengan Terapeutik:
pasien kriteria hasil :  Dokumentasikan respons terhadap efek analgesik dan efek yang
mengeluh  Keluhan nyeri tidak diinginkan.
nyeri pada menurun Edukasi
kepala  Meringis  Jelaskan efek terapi dan efek samping obat.
dengan skala menurun Kolaborasi
nyeri 3(0-  Sikap  Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi
10). protektif Manajemen Nyeri
  menurun Observasi:
 Kesulitan  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
tidur menurun intensitas nyeri.
 Menarik diri  Identifikasi skala nyeri.
menurun  Identifikasi respons nyeri non verbal.
 Berfokus pada  Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
diri sendiri  Monitor efek samping penggunaan analgetik.
menurun Terapeutik:
 Diaforesis  Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
menurun ruangan, pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur.
Edukasi:
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
THANKS YOU

Anda mungkin juga menyukai