Anda di halaman 1dari 8

KEPERAWATAN KOMUNITAS II

MASALAH-MASALAH KESEHATAN YANG SERING


TERJADI PADA SETIAP AGRERAT DAN PERAN PERAWAT
KOMUNITAS DALAM MENANGANI POPULASI RENTAN
DISUSUN OLEH :
Kelompok 3
Keperawatan 5A

Qorri Hartanto 1914201031 Pramita Dewi 1914201029


Nadila Aini 1914201023 Putri Utami Wulandari R 1914201030
Necy Wahyuni 1914201024 Renik Sri Utami 1914201033
Nisma Khairani Lubis 1914201025 Resti Perdana Sari 1914201034
Nur Havifah Hasanah 1914201027 Syafrina Yolanda 1710105072
Nur Hidayatil Safitri 1914201028

DOSEN PENGAMPU :Ns. Helmanis Suci,S.Kep, M.Kep


KONSEP KELOMPOK RENTAN DALAM KOMUNITAS

Kerentanan adalah keadaan atau sifat manusia yang menyebaabkan ketidakmampuan menghadapi bencana yang berfokus pada
pencegahan, menjinakkan, mencapai kesiapan, dan dalam menghadapi dampak tertentu. Undang-undang penanggulangan bencana pada
pasal 56 dan pasal 26 (1) menjelaskan bahwa masyarakat yang rentan adalah masyarakat yang membutuhkan bantuan diantaranya bayi
dan balita, (kebutuhan nutrisi, kebersihan diri, masalah perilaku dan belajar, penyakit infeksi, kecelakaan, dan child abuse), anak-anak
(deficit kebersihan diri, resiko terjadinya karises gigi, resiko penyalahgunaan media cetak dan elektronik untuk memperoleh informasi,
dan ketidakefektifan komunikasi anak dengan orang tua), ibu hamil(tingginya angka kematian ibu yang berhubungan dengan
persalinan, gizi ibu pada saat hamil, pemilihan dukun beranak sebagai penolong persalinan dan lainnya), ibu menyusui, dan lansia
(penyakit kronis dan permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lansia seperti ketidakberdayaan fisik,
ketidakpastian ekonomi).
Menurut Undang-undang No.4 tahun 1997 yang dimaksud dengan  penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan
fisik dan atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara
selayaknya. Dari sisi pengelompokkannya, maka penyandang cacat dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) hal : Penyandang cacat fisik,
Penyandang cacat mental, Penyandang cacat fisik dan mental.
Masalah Kesehatan Pada Penderita Penyakit • Masalah Kesehatan Pada Disabilitas
Kronik • Disabilitas Mental
• Prilaku kesehatan yang cenderung beresiko :
• Mental Tinggi : kemampuan intelektual
hambatan kemampuan untuk mengubah gaya hidup diatas rata-rata
dalam cara yang memperbaiki status kesehatan
• Mental Rendah : dikenal dengan anak
• Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan :
berkebutuhan khusu dengan tingkat
ketidakmampuan mengidentifikasi, mengelola, dan
intelektual rendah
atau mencari bantuan untuk mempertahankan
• Berkesulitan Belajar Spesifik : berkaitan
kesehatan.
dengan prestasi belajar
• Ketidakefektifan manajemen kesehatan : pola
pengaturan dan pengidentifikasian kedalam • Disabilitas Fisik
kebiasaan terapeutik hidup sehari-hari untuk • Kelainan Tubuh (Tuna Daksa)
pengobatan penyakit dan sekuelnya yang todak • Kelainan Indra Pengelihatan (Tuna Netra)
memuaskan untuk memenuhi tujuan kesehatan • Kelainan Pendengaran ( Tuna Rungu)
spesifik. • Kelainan Bicara (Tunawicara)
• Ketidakpatuhan : prilaku individu yang tidak sesuai
• Tunaganda (memiliki kecacatan lebih dari satu)
dengan rencana promosi kesehatan yang yang
ditetapkan oleh profesional pelayanan kesehatan
PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI
POPULASI RENTAN
• Perawat sebagai pendidik Peran perawat pada agrerat anak sekolah :
• Kolaborator
• Perawat sebagai pengamat (monitoring) • Koordinator (mengkoordinir pelaksanaan konferensi kasus
sesuai kebutuhan anak sekolah dan menetapkan penyediaan
• Perawat sebagai panutan (role model) pelayanan untuk anak sekolah)
• Care finder
• Perawat sebagai komunikator • Case manager (mengidentifikasi kebutuhan anak usia sekolah)
• Pendidik (memberikan Pendidikan kepada keluarga dengan
• Perawat sebagai rehabilitator anak usia sekolah di masyarakat dan di institusi formal)
• Conselor
• Peneliti
• Care giver
• pembela
PEMBAHASAN JURNAL
“MASALAH KESEHATAN MENTAL PADA WANITA HAMIL
SELAMA PANDEMI COVID-19”

Berdasarkan pada jurnal tersebut dijelaskan bahwa wanita hamil dan janinnya merupakan populasi berisiko tinggi
selama wabah penyakit menular. Perubahan fisiologis dan mekanis pada kehamilan secara umum meningkatkan
kerentanan terhadap infeksi, terutama jika sistem kardiorespirasi terpengaruh, dan dapat menyebabkan gagal napas
pada ibu hamil. Meskipun semua orang berisiko tertular, ibu hamil merupakan kelompok yang lebih rentan terkena
virus (Fakari & Simbar, 2020).
Dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil, wanita yang hamil mungkin memiliki lebih banyak kesempatan untuk
kontak dengan tenaga kesehatan walaupun tetap masih sangat terbatas pada pandemic ini (Zhou et al., 2020). Periode
kehamilan dan persalinan pada wanita menempatkan mereka pada kondisi yang rentan terjadinya gangguan
psikologis, meskipun postpartum blues dan depresi telah jauh ada sebelum pandemi. Namun, selama pandemi ini
keterbatasan akses wanita hamil untuk mendapatkan pelayanan kehamilan dan dapat diperburuk oleh kurangnya
dukungan sosial dan keluarga secara langsung dapat meningkatkan masalah kesehatan psikologis wanita hamil, dan
belum banyak laporan atau literasi yang melaporkan hubungannya secara rinci (Bender et al., 2020).
Berdasarkan jurnal ini hampir setengah dari wanita (46%) melaporkan kecemasan tinggi terkait penularan penyakit
secara vertical. Berdasarkan usia kehamilan menunjukkan bahwa wanita pada trimester pertama kehamilan selama
epidemi COVID‑19 mengalami kecemasan yang lebih tinggi dan dampak psikologis yang lebih parah dibandingkan
pada trimester kedua atau ketiga kehamilan. Selanjutnya, dari 18 wanita yang melahirkan selama masa pandemi,
sebanyak 16.7 % melahirkan secara sesar yang direncanakan atas permintaan ibu. Hal ini terjadi karena kecemasan
akan cedera janin atau kematian janin dan aspek emosional (Saccone et al., 2020). Dalam situasi normal, diperkirakan
secara global sekitar 10% ibu hamil menderita gangguan jiwa, terutama depresi dan bahkan lebih tinggi (16%) di
negara berkembang (Zeng et al., 2020). Hal ini dapat diperburuk dengan pandemi COVID ‑19 saat ini ketika wanita
hamil mungkin mengalami hambatan terhadap akses ke layanan kesehatan mental.
Pandemi menempatkan pasien hamil dalam posisi yang rentan. Selain kekhawatiran terjadi penularan virus melalui
interaksi wanita hamil dengan tenaga kesehatan, kerentanan pasien hamil terhadap kesehatan mental yang merugikan
dapat diperburuk oleh kurangnya interaksi dengan keluarga dan dukungan sosial selama kehamilan, persalinan, dan
masa nifas dalam pandemi saat ini (Bender et al., 2020). Selama kehamilan, wanita mungkin mengalami stres dan
kecemasan yang terkait dengan kehamilan yang merugikan seperti kematian janin atau kelainan janin. Tingkat stres
dan kecemasan juga dapat meningkat selama wabah penyakit menular (Saccone et al., 2020). Enam dari delapan
wanita (75%) yang dites positif melaporkan pengalaman negatif di rumah sakit akibat kurangnya dukungan penyedia
dan pasangan dan pemisahan neonatal setelah lahir.
Kondisi yang merugikan tersebut dapat menyebabkan terjadinya penyakit fisik dan mental pada
bayi baru lahir dan dapat meningkatkan risiko persalinan prematur (Gemmill et al., 2019);
(Hoffman et al., 2016), bahkan meningkatkan risiko kematian bayi (D’Onofrio et al., 2013).
Gangguan emosional seperti depresi, kecemasan, dan stres ibu selama kehamilan berdampak pada
bayi yakni perkembangan janin yang buruk, kelahiran prematur (preterm birth) dan bayi berat lahir
rendah (BBLR).
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut disebutkan bahwa agar wanita
hamil tetap dapat melakukan perawatan prenatal dengan drive ‑through. Pelayanan drive ‑through
terdapat interaksi tatap muka pasien dengan tenaga kesehatan, sehingga dapat mengurangi
kecemasan pasien akibat pengurangan jumlah kunjungan klinik yang dibatasi serta ketakutan
wanita hamil akan pajanan virus di pelayanan kesehatan seperti klinik dan rumah sakit (Turrentine
et al., 2020). Hal ini menunjukkan pentingnya penilaian kecemasan maupun gangguan terkait
kesehatan mental lainnya pada wanita hamil selama pandemi COVID ‑19 (Ben ‑ Ari et al., 2020
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai