memenuhi kewajiban jangka pendeknya (jangka pendek dianggap periode hingga 1 tahun). • Modal Kerja selisih aset lancar dikurangi kewajiban lancar atau kelebihan aset lancar atas kewajiban lancar. Likuiditas dan Modal Kerja (dasar) • Aset lancar kas dan aset lain yang secara wajar dapat : – Direalisasi sebagai kas – Dijual atau digunakan selama satu tahun atau siklus operasi • Kewajiban lancar kewajiban yang diharapkan akan dilunasi dalam waktu yang relatif pendek. • Ukuran likuiditas modal kerja besarnya modal kerja menjadi lebih relevan bagi keputusan pengguna apabila dikaitkan dengan variabel keuangan utama lainnya, seperti penjualan atau total aset. Likuiditas dan Modal Kerja (dasar) Contoh ukuran likuiditas modal kerja: PT A PT B Aset Lancar 300,000 1,200,000 Kewajiban Lancar 100,000 1,000,000 Modal Kerja 200,000 200,000 PT A lebih unggul dibandingkan PT B •Ukuran likuiditas dengan rasio lancar Ukuran relatif yang digunakan secara umum dalam praktik. Rasio lancar = aset lancar / kewajiban lancar Rasio Lancar • Relevansi Rasio Lancar – Kemampuan memenuhi kewajiban lancar – Penyangga kerugian – Cadangan dana lancar • Keterbatasan Rasio Lancar – Tidak mengukur dan memprediksi pola arus kas masuk dan arus kas keluar masa depan – Tidak mengukur kecukupan arus kas masuk terhadap arus kas keluar masa depan Ukuran Likuiditas dengan Rasio Berbasis Kas • Rasio kas terhadap aset lancar (Kas + setara kas) / aset lancar “Semakin tinggi rasio, maka semakin likuid aset lancar” • Rasio kas terhadap kewajiban lancar (Kas + setara kas) / kewajiban lancar “Semakin tinggi rasio, maka semakin baik. Karena tersedianya kas untuk membayar kewajiban lancarnya” Ukuran Likuiditas Piutang Usaha • Perputaran Piutang Penjualan bersih / Rata-rata piutang usaha • Jumlah Hari Untuk Menagih Piutang Piutang : (Penjualan / 360) Interpretasi Ukuran Likuiditas Piutang • Tingkat perputaran piutang usaha dan periode penagihan akan berguna jika dibandingkan dengan rata-rata industri atau perjanjian kredit yang diberikan perusahaan. Ukuran Likuiditas – Analisis what-if “Bagaimana – Jika” • Analisis bagaiaman – jika teknik untuk melihat dampak perubahan kondisi atau kebijakan terhadap sumber daya suatu perusahaan. • Ilustrasi analisis bagaimana-jika menggunakan data keuangan PT X pada tanggal 31 Desember, tahun ke-1: – Kas 70,000 - Penjualan 750,000 – Piutang Usaha 150,000 - HPP 520,000 – Persediaan 65,000 - Pembelian 350,000 – Aset tetap 200,000 - Penyusutan 25,000 – Akumulasi Penyusutan 43,000 - Laba bersih 20,000 – Utang usaha 130,000 – Wesel bayar 35,000 – Kewajiban pajak tangguhan å18,000 – Modal saham 200,000 Ukuran Likuiditas – Analisis what-if “Bagaimana – Jika” • PT X mengantisipasi pertumbuhan penjualan sebesar 10% pada tahun ke-2. Semua pos pendapatan dan beban diharapkan naik sebesar 10% kecuali penyusutan yang tetap sama. Seluruh beban dibayar tunai saat terjadinya, dan persediaan akhir tahun ke-2 ditaksir sebesar 150,000. Pada akhir tahun ke-2 PT X memperkirakan akan memiliki wesel bayar sebesar 50,000 dan saldo utang pajak 0. Perusahaan mempertahankan saldo kas minimum sebesar 50,000 yang merupakan kebijakan manajemen. Ukuran Likuiditas – Analisis what-if “Bagaimana – Jika” • Kasus 1 PT X mempertimbangkan untuk mengubah kebijakan kredit saat ini ketika saldo akhir piutang mencerminkan 90 hari penjualan. Apakah dampak perubahan ini terhadap saldo perusahaan? Apakah perubahan ini memengaruhi kebutuhan perusahaan untuk meminjam? • Kasus 2 bagaiamana jika PT X berusaha mencapai perputaran piutang rata-rata sebesar 4? Apakah dampak perubahan ini terhadap saldo kas perusahaan? • Kasus 3 selain kondisi yang terjadi di kasus 2, bagaimana jika pemasok perusahaan meminta pembayaran dalam waktu 60 hari? Apakah dampak persyaratan pembayaran ini pada saldo kas? Ukuran Likuiditas – Analisis what-if “Bagaimana – Jika” KASUS 1 PT X Ramalan Kas untuk Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember, Tahun ke-2
Kas, 1 Januari tahun ke-2 70,000
Penagihan kas Piutang usaha, 1 Januari tahun ke-2 150,000 Penjualan 825,000 Total potensi penagihan kas 975,000 Dikurangi: Piutang usaha 31 desember Tahun ke-2 206,250 Perubahan kebijakan 768,750 kredit akan Total kas tersedia 838,750 menghasilkan kas Pengeluaran kas tanpa perlu menambah Utang usaha, 1 Januari Tahun ke-2 130,000 pinjaman. Pembelian 657,000 Total potensi pengeluaran kas 787,000 Dikurangi: Utang usaha, 31 Desember Tahun ke-2 244,000 543,000 Wesel bayar, 1 Januari Tahun ke-2 35,000 Dikurang: Wesel bayar, 31 Desember Tahun ke-2 50,000 -15,000 Utang pajak 18,000 Beban kas 203,500 749,500 Kas, 31 Desember Tahun ke-2 89,250 Saldo kas yang diinginkan 50,000 Kelebihan kas 39,250 Ukuran Likuiditas – Analisis what-if “Bagaimana – Jika” KASUS 2
Kelebihan saldo kas seperti di kasus 1 39,250
Perubahan peningkatan perputaran piutang dari piutang akhir menjadi piutang rata-rata mening katkan saldo piutang akhir menjadi: Rata-rata piutang = 825,000 / 4 = 206,250 Piutang akhir = (206,250 / 2) – 150,000 = 262,500 Dikurangi: Saldo piutang dari kasus 1 = 206,250 Penurunan kas 56,250 Kas yang perlu dipinjam 17,000
PT X harus meminjam dana untuk mencapai taksiran
kinerja berdasarkan kondisi di atas Ukuran Likuiditas – Analisis what-if “Bagaimana – Jika” KASUS 3
Kas yang perlu dipinjam (dari kasus 2) 17,000
Saldo akhir utang usaha (dari kasus 1) 244,000 Saldo akhir utang usaha berdasarkan syarat pembayaran 60 hari: 657,000 x (60 / 360) (109,500) Pengeluaran tambahan yang dibutuhkan 134,500 Kas yang perlu dipinjam 151,500
Jadwal pembayaran yang lebih ketat dari pemasok akan
menghasilkan keharusan tambahan pinjaman bagi PT X