2
SISTEMATIKA PERPRES PENGUATAN FUNGSI
PENYULUHAN PERTANIAN
BAB III
BAB I BAB II PENGUATAN
PENGUATAN KELEMBAGAAN
KETENTUAN PENYULUHAN
HUBUNGAN
UMUM KERJA
PERTANIAN
PASAL PASAL
KECAMATAN DAN
1-2
DESA PASAL
3-9 10-13
BAB IV
PENYEDIAAN DAN BAB V BAB VI
PENINGKATAN MATERI PEMANFAATAN
KAPASITAS TEKNOLOGI
KETENAGAAN PENYULUHAN
PENYULUH PERTANIAN INFORMASI DAN
PASAL PASAL KOMUNIKASI
14 PASAL
15-19 20
BAB VII
JAMINAN
BAB VIII
KETERSEDIAAN PEMBINAAN BAB IX
PRASARANA DAN PENUTUP
DAN SARANA PENGAWASAN PASAL PASAL
PASAL
21-22 23-26 27
3
a. bahwa untuk meningkatkan ketersediaan, akses, dan kualitas konsumsi
pangan diperlukan upaya strategis peningkatan produksi dan produktivitas,
pengaturan distribusi, serta keamanan dan kualitas pangan yang memiliki nilai
tambah dan daya saing;
4
Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang
MENGINGAT Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
5
5
BAB I
KETENTUAN UMUM
1.Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi, modal, tenaga
kerja, dan manajemen untuk menghasilkan komoditas Pertanian yang mencakup tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan, dan/atau peternakan dalam suatu agroekosistem.
2.Pelaku utama kegiatan pertanian yang selanjutnya disebut Pelaku Utama adalah petani, pekebun,
peternak, beserta keluarga intinya.
3.Pelaku Usaha adalah setiap orang yang melakukan usaha prasarana budi daya Pertanian, sarana budi daya
Pertanian, budi daya Pertanian, panen, pascapanen, pengolahan dan pemasaran hasil Pertanian, serta jasa
penunjang Pertanian yang berkedudukan di wilayah hukum Republik Indonesia.
PASAL 1 4.Balai Penyuluhan Pertanian yang selanjutnya disingkat BPP adalah tempat pertemuan dan koordinasi
antara Penyuluh, Pelaku Utama, dan Pelaku Usaha dan berfungsi untuk menyelenggarakan Penyuluhan
Pertanian di kecamatan.
5.Pos Penyuluhan Desa/Kelurahan yang selanjutnya disebut Posluhdes adalah tempat pertemuan dan
koordinasi antara Penyuluh, Pelaku Utama, dan Pelaku Usaha dan berfungsi untuk menyelenggarakan
Penyuluhan Pertanian di desa/kelurahan yang dibentuk dan dikelola oleh Pelaku Utama dan Pelaku
Usaha.
6.Operasionalisasi Penyuluhan Pertanian adalah kegiatan untuk meningkatkan fungsi Penyuluhan Pertanian
agar lebih terkoordinasi, terstruktur, dan terukur dalam mendukung program pembangunan Pertanian.
6
6
LANJUTAN
Jaminan Penguatan
ketersediaan
Penguatan
Penyediaan
Pemanfaatan dan
Materi
hubungan
prasarana
kelembagaan
peningkatan
teknologi
Penyuluhan
kecamatan dan
Penyuluh
kerja
dan
Penyuluhan
kapasitas
informasi dan sarana
Pertanian
ketenagaan
komunikasi
Pertanian
desa PASAL 2
7
7
BAB II
PENGUATAN HUBUNGAN KERJA
PASAL 3
Fungsi Satminkal
dilaksanakan oleh Unit Satminkal berfungsi
Pelaksana Teknis Daerah sebagai wadah
yang membidangi pengelolaan pembinaan
Penyuluhan Pertanian di dan pengembangan
Dinas Provinsi dan Dinas kompetensi Penyuluh.
Kabupaten/Kota.
8
8
LANJUTAN
Operasionalisasi
Penyuluhan Pertanian
dilaksanakan melalui
perencanaan, pembinaan,
PASAL 4
Sinergi penyelenggaraan
Penyuluhan Pertanian pengawalan dan
dilaksanakan melalui pengendalian, serta
Operasionalisasi pemantauan dan evaluasi
Penguatan hubungan
sebagaimana dimaksud dalam Penyuluhan Pertanian Penyuluhan Pertanian.
Pasal 2 huruf a dilakukan oleh Menteri.
dengan sinergi
penyelenggaraan Penyuluhan
Pertanian di pusat, provinsi, Pasal 9
kabupaten/kota, dan Ketentuan lebih lanjut mengenai penguatan
kecamatan.
hubungan kerja diatur dalam Peraturan Menteri
9
9
BAB III
PENGUATAN KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN KECAMATAN DAN DESA
Penguatan Kelembagaan Penyuluhan Pertanian kecamatan dan desa dilakukan dengan:
(1) BPP dibentuk dan (2) Potensi pertanian paling (3) BPP melaksanakan tugas
ditetapkan pada setiap sedikit memiliki kriteria: dan fungsi sesuai dengan
kecamatan potensi Pertanian a. tersedia lahan pertanian; ketentuan peraturan
oleh bupati/walikota b. terdapat rumah tangga petani perundang-undangan
(4) Dalam pelaksanaan tugas (5) Koordinator BPP
bertanggung jawab kepada (6) BPP dalam melaksanakan
PASAL 11
dan fungsi BPP kepala dinas
kabupaten/kota menetapkan kepala dinas kabupaten/kota tugas dan fungsi berkoordinasi
seorang Penyuluh sebagai melalui Satminkal Penyuluhan dengan camat
koordinator BPP Pertanian kabupaten/kota
(7) BPP menggunakan anggaran pendapatan dan belanja daerah (1) Posluhdes ditetapkan oleh
kabupaten/kota, anggaran Kementerian Pertanian dan/atau sumber kepala desa/lurah dan
PASAL 13
pendanaan lainnya yang sah dan tidak mengikat
diketahui oleh camat dan
bupati/wali kota
Peningkatan kapasitas BPP dilakukan melalui penyediaan ketenagaan
PASAL 12 Penyuluh Pegawai Negeri Sipil dan/atau Penyuluh yang berasal dari
PPPK, biaya operasional, penyediaan teknologi informasi komunikasi,
(2) Penumbuhan dan pemberdayaan Posluhdes dilakukan
melalui pengembangan Penyuluh Swadaya, penyediaan
serta prasarana dan sarana Penyuluhan Pertanian prasarana dan sarana Penyuluhan Pertanian serta
pendampingan oleh BPP.
10
10
BAB IV
PENYEDIAAN DAN PENINGKATAN KAPASITAS KETENAGAAN PENYULUH
11
11
BAB V
MATERI PENYULUHAN PERTANIAN
BAGIAN KESATU
Materi Penyuluhan Pertanian dalam peningkatan ketersediaan, akses, dan Kualitas Konsumsi Pangan
UMUM disusun dengan memperhatikan:
PASAL 15 a. potensi sumber daya alam;
b. ketersediaan sumber daya genetik Pangan lokal;
c. potensi pengembangan pasar;
d. ketersediaan sumber daya manusia;
e. ketersedian sarana dan prasarana Pertanian;
f. musim tanam dan jadwal panen;
g. permintaan pasar;
h. harga di tingkat produsen dan konsumen;
i. kondisi kerawanan Pangan dan kasus malnutrisi;
j. regulasi terkait standarisasi dan mutu produk Pangan;
k. ketersediaan dan kerawanan Pangan setempat; dan
l. minat masyarakat dalam mengonsumsi Pangan yang beragam, bergizi, seimbang, bermutu, dan aman.
12
12
LANJUTAN
BAGIAN KEDUA
MATERI PENYULUHAN PERTANIAN DALAM MENDUKUNG PENINGKATAN KETERSEDIAAN PANGAN, AKSES,
DAN KONSUMSI PANGAN
PASAL 17 Materi Penyuluhan Pertanian dalam mendukung Peningkatan Ketersediaan Pangan, tidak terbatas pada:
13
13
BAB VI
PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
14
14
BAB VII
JAMINAN KETERSEDIAAN PRASARANA DAN SARANA
15
15
BAB VIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
PASAL 23 PASAL 24
Pembinaan dan Pembinaan melalui sosialisasi, advokasi, fasilitasi, pelatihan,
pengawasan dilakukan bimbingan teknis, pengkajian, penelitian dan pengembangan
untuk membangun
Penyuluhan Pertanian dan/atau penghargaan
agar lebih efektif dan
efisien
Menteri dan gubernur dalam rangka pembinaan dapat menerima
masukan dari komisi penyuluhan pertanian nasional, komisi
penyuluhan pertanian provinsi dan komisi penyuluhan pertanian
Pembinaan dan
Pengawasan kabupaten/kota
dilakukan oleh
Menteri, gubernur
dan bupati/walikota Menteri dalam melakukan pembinaan dapat menggunakan
sesuai dengan infrastruktur dan teknologi informasi yang terintegrasi dengan
kewenangannya. pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota
dan BPP
16
16
TERIMA KASIH