Anda di halaman 1dari 15

IMPLEMENTASI PERPRES NO.

35
TAHUN 2022 TENTANG
PENGUATAN FUNGSI
PENYULUHAN PERTANIAN
OLEH KEPALA PUSAT PENYULUHAN PERTANIAN
I. PENGUATAN HUBUNGAN KERJA
(1) Satminkal sebagai wadah penyelenggaraan
Pasal 3 penyuluhan pertanian dan pengelolaan
(1) Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian di provinsi dan kabupaten/ kota administrasi, angka kredit penyuluh
dilaksanakan oleh SATMINKAL. pertanian di provinsi/kab/kota
(2) UPTD Bidang Penyuluhan di Provinsi dan
(2) Satminkal sebagaimana dimaksud pada ayat (l) berfungsi sebagai wadah Kab/Kota hanya 1 (satu)
pengelolaan pembinaan dan pengembangan kompetensi Penyuluh.
(3) Bilamana tidak terdapat UPT maka satminkal
berada di bidang yang menangani penyuluhan
(3) Fungsi Satminkal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan oleh pertanian
Unit Pelaksana Teknis Daerah yang membidangi Penyuluhan Pertanian (4) Bilamana di provinsi dan kab/kota terdapat lebih
di Dinas Provinsi dan Dinas Kabupaten/ Kota. dari 1 bidang/unit kerja yang menangani
penyuluhan pertanian, maka
(4) Dalam hal tidak terdapat Unit Pelaksana Teknis Daerah yang membidangi Gubernur/Bupati/Walikota harus menetapkan 1
Penyuluhan Pertanian di Provinsi dan Kabupaten / kota sebagaimana (satu) Satminkal Penyuluhan Pertanian di
dimaksud pada ayat (3), gubernur dan bupati/wali kota wajib menetapkan 1 Dinas Provinsi dan Dinas Kabupaten/ kota.
(satu) Satminkal Penyuluhan Pertanian di Dinas Provinsi dan Dinas
Kabupaten/ kota.

Regulasi Kelembagaan Penyuluhan di Kab/Kota dan Provinsi


• Permentan 43/PERMENTAN/OT.010/8/2016 tentang Pedoman Nomenklatur, Tugas dan Fungsi Dinas Urusan Pangan dan Dinas Urusan Pertanian Daerah
• Permendagri No 12 Tahun 2017 tentang Pedoman Pembentukan Dan Klasifikasi Cabang Dinas Dan Unit Pelaksana Teknis Daerah
Lanjutan...
Pasal 3
(1) Penguatan hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 • Mengatur mekanisme dan tata hubungan kerja pusat,
huruf a dilakukan dengan sinergi penyelenggaraan Penyuluhan provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan dimana pusat
Pertanian di pusat, provinsi, kabupaten/ kota, dan kecamatan. memberikan arahan, provinsi melaksanakan koordinasi,
dan kab/kota sebagai pelaksana kegiatan
• Perencanaan yang menjadi kewenangan pusat melalui
(2) Sinergi penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian sebagaimana kegiatan APBN dan DAK Fisik maupun DAK Non
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui Fisik, dan kegiatan yang bersifat strategis nasional
OPERASIONALISASI PENYULUHAN PERTANIAN oleh • Pengawalan dan pendampingan dalam wujud supervisi
Menteri. pelaksanaan kegiatan secara berjenjang
(3) Operasionalisasi Penyuluhan Pertanian sebagaimana dimaksud pada • Provinsi dan Kab/Kota menyusun, menyajikan, dan
ayat (21 dilaksanakan melalui perencanaan, pembinaan, pengawalan melaporkan hasil pelaksanaan penyuluhan pertanian,
dan pengendalian, serta pemantauan dan evaluasi Penyuluhan sebagai bahan evaluasi pelaksanaan kegiatan
Pertanian.

Ketentuan lebih lanjut mengenai penguatan hubungan kerja sebagaimana dimaksud


Pasal 9
dalam Pasal 4 diatur dalam Peraturan Menteri.
II. PENGUATAN KELEMBAGAAN PENYULUHAN
PERTANIAN KECAMATAN DAN DESA
Pasal 10 s.d Pasal 13
Pembentukan, penetapan BPP
• Ditetapkan pada setiap kecamatan potensi Pertanian (tersedia lahan Peningkatan kapasitas BPP
pertanian dan rumah tangga petani) OLEH BUPATI/WALI KOTA
PERATURAN BUPATI/WALIKOTA • penyediaan ketenagaan Penyuluh
• Tugas dan Fungsi BPP diatur dalam UU Nomor 16 Tahun 2006 tentang Pegawai Negeri Sipil dan/ atau
Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan dan Penyuluh yang berasal dari PPPK,

BPP Permentan 03 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyelenggaraan


Penyuluhan Pertanian


biaya operasional,
teknologi informasi komunikasi,
• BPP dipimpin penyuluh yang ditetapkan sebagai koordinator
• prasarana dan sarana Penyuluhan
• Koordinator BPP bertanggungjawab kepada Kepala Dinas melalui Pertanian.
Satminkal Penyuluh di Kab/Kota
• Koordinasi dengan camat dalam menjalankan tupoksi implementasi
KOSTRATANI (Komando Strategis Pembangunan Pertanian di
Kecamatan)
• Menggunakan anggaran APBD Kab/Kota, Kementan (APBN, DAK),
biaya sah dan tidak mengikat

Kegiatan dan anggaran pada APBD II seperti yang tertuang dalam Peraturan Kementerian Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 90
Tahun 2019 tentang Klasifikasi, Kodefikasi, Dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan Dan Keuangan Daerah  (Nomenklatur
Urusan Kabupaten/Kota: Program Penyuluhan Pertanian)
Lanjutan...

Pembentukan, penetapan, dan


Posluhdes Peningkatan kapasitas Posluhdes
• ditetapkan oleh kepala desa/lurah • Pengembangan Penyuluh Swadaya,
• diketahui oleh camat dan bupati/wali kota. • Penyediaan prasarana dan sarana
Penyuluhan Pertanian,
• Pendampingan oleh BPP.

Posluhdes
III. PENYEDIAAN DAN PENINGKATAN KAPASITAS
KETENAGAAN PENYULUH
Pasal 14

Penyediaan Penyuluh PNS dan PPPK Peningkatan Kapasitas Penyuluh PNS


dan PPPK
• Gubernur dan bupati/wali kota mengusulkan kebutuhan • Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota
Penyuluh PNS dan PPPK kepada MenPAN RB mengacu melakukan peningkatan kapasitas
pada Pedoman Formasi Kebutuhan Pertanian melalui:
• Usulan kebutuhan Penyuluh oleh gubernur dan bupati/wali  Pendidikan
kota disertai rekomendasi Pusat
 Pelatihan
 Sertifikasi kompetensi

Untuk penyediaan dan peningkatan kapasitas tenaga


Penyuluh Pegawai Negeri Sipil dan Penyuluh yang • Perpres 38 Tahun 2020 tentang Jenis Jabatan yang dapat diisi oleh PPPK,
berasal dari PPPK dilaksanakan sesuai dengan • PermenPAN RB Nomor 35 Tahun 2020 tentang Jabatan Fungsional
ketentuan peraturan perundang-undangan. Penyuluh Pertanian, serta
• Permenpann RB Nomor 29 Tahun 2021 tentang Pengadaan PPPK,
• dll
Lanjutan...
Penyediaan Penyuluh Swadaya Peningkatan Kapasitas Penyuluh
Swadaya
• Penetetapan oleh bupati/wali kota • Pusat : peningkatan kompetensi dan
• Bupati melalui Satminkal penyuluhan pertanian kab/kota sertifikasi profesi
mengkoordinasikan wilayah kerja Penyuluh Swadaya • Provinsi: peningkatan kompetensi
pada setiap wilayah kerja BPP
• Kab/Kota : peningkatan kompetensi

Pembinaan penyuluh swasta Wilayah kerja Penyuluh Swadaya

• Pusat, Provinsi, dan Kab/Kota melakukan pembinaan • bupati/wali kota mengoordinasikan


Penyuluh Swasta dalam bentuk sertifikasi profesi. wilayah kerja penyuluh swasta
• Menteri, gubernur, dan bupati/wali kota dapat bekerja
sama dengan pemangku kepentingan bidang Pertanian
dalam pembinaan penyuluh swasta

Ketentuan lebih lanjut mengenai pengembangan dan pembinaan teknis Penyuluh Swadaya serta pembinaan
Penyuluh Swasta diatur dalam Peraturan Menteri.
IV. MATERI PENYULUHAN PERTANIAN
Pasal 15 – Pasal 19
Pusat menyediakan sumber materi
Penyuluhan berbasis teknologi Materi Penyuluhan Pertanian dapat
informasi dan komunikasi dikembangkan melalui kerja sama
dengan lembaga pengembang ilmu
Cyber Extension, sosial media, pengetahuan teknologi serta sains,
digital, dll organisasi profesi, praktisi di bidang
Pertanian, dan pakar terkait lainnya.

Penyampaian materi Penyuluhan


PUSAT PROVINSI KAB/KOTA dilakukan dengan menggunakan metode:
(1) Penyediaan cyber extension dan Koordinasi pengembangan Penyediaan materi a. konvensional berupa tatap muka;
media teknologi informasi dan penyediaan materi penyuluhan pertanian dan/atau
komunikasi lainnnya (2) sumber penyuluhan pertanian spesifik spesifik lokalita bersama b. modern berupa teknologi informasi
materi penyuluhan pertanian bersifat lokalita dalam provinsi antar pusat dan komunikasi.
nasionap serta (3) pengaturan kabupaten/kota bersama pusat
mekanisme kerja dan metode - Sekolah Lapang, Latihan dan
penyampaian materi pertanian
Kunjungan
- MSPP, Ngobras, Cyber
Extension dll
RAGAM MATERI PENYULUHAN
Pasal 17
PERTANIAN
Materi Penyuluhan Pertanian dalam mendukung Peningkatan
Ketersediaan Pangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
ayat (4) meliputi, tapi tidak terbatas pada:
a. teknis budi daya dan pascapanen tanaman Pangan,
hortikultura, perkebunan, dan peternakan sesuai dengan Pasal 18
ketentuan peraturan perundang-undangan;
Materi Penyuluhan Pertanian dalam mendukung peningkatan
b. peningkatan perluasan area tanam dan indeks Akses Pangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (4)
pertanaman; meliputi, tapi tidak terbatas pada:
a. teknologi pengolahan hasil Pertanian Pasal 19
c.
teknik penyediaan Pangan yang beragam, bergizi b. pemetaan rantai pasok
seimbang, bermutu, dan aman;
c. penguatan logistik Pangan yang efektif dan efisien Materi Penyuluhan Pertanian dalam mendukung Peningkatan
d. pengawalan cadangan Pangan masyaralat;
h. Kualitas Konsumsi Pangan sebagaimana dimaksud dalam
e. pengelolaan Pertanian terintegrasi dan Pertanian presisi pengembangan usaha mikro kecil menengah distribusi Pasal 15 ayat (4) meliputi, tapi tidak terbatas pada
f. teknik input data atau informasi dan pelaporan Pangan
a.
menggunakan sarana teknologi informasi dan komunikasi. i. akses sistem informasi pasar dan harga Pangan penganekaragaman konsumsi Pangan berbasis Pangan
j. potensi pengembangan pemasaran produk Pertanian. lokal
b. perbaikan kualitas Pangan
c. keamanan dan mutu Pangan

Pengembangan materi penyuluhan pertanian dengan Bidang teknis Terkait di lingkup Dinas Pertanian, Dinas
Pangan, lembaga penelitian, Perguruan Tinggi, dll
V. PEMANFATAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
Pasal 20
(1) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 huruf e dilakukan untuk menyinergikan dan mempercepat
akses data dan informasi pembangunan Pertanian.

(2) Untuk menyinergikan dan mempercepat akses data dan informasi  Tata kelola, manajemen,
pengembangan sistem
pembangunan Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menggunakan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi dari  AWR, AOR, sarana IT
tingkat pusat sampai dengan tingkat kecamatan.
 SIMLUH, e-RDKK, dll
(3) Infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi sebrgaimana dimaksud
 Koordinasi penguatan jaringan
pada ayat (2) meliputi:
  a. komponen fisik;
  b. perangkat lunak; dan
c. jaringan.
 
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemanfaatan teknologi informasi
dan komunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Menteri.
VI. JAMINAN KETERSEDIAAN PRASARANA DAN SARANA
Pasal 21
(1) Jaminan ketersediaan prasarana dan sarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf f diberikan oleh Menteri, gubernur, dan
bupati/wali kota dalam bentuk fasilitasi prasarana dan sarana penyuluhan pertanian

(2) Fasilitasi prasarana Penyuluhan Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa kantor dan fasilitas lain yang diperlukan
untuk pelaksanaan Penyuluhan Pertanian.

(3) Fasilitasi sarana Penyuluhan Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa peralatan teknologi informasi dan
komunikasi, alat transportasi, dan alat praktek pembelajaran dan perlengkapan lainnya sesuai sasaran Penyuluhan Pertanian.

(4) Dalam hal pelaksanaan program yang bersifat strategis nasional, Menteri menyediakan prasrana dan sarana Penyuluhan
Pertanian sesuai dengan kebutuhan sasaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

PUSAT PROVINSI KAB/KOTA

Dukungan penyediaan sesuai Dukungan penyediaan sesuai dengan


Dukungan penyediaan sesuai dengan kewenangan
dengan kewenangan dan program kewenangan melalui APBD Kab/Kota
melalui APBD Prov, khususnya bersifat lintas
strategis nasional baik melalui
kabupaten/kota
APBN dan DAK
Pasal 22

Dalam fasilitasi prasarana dan sarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, Menteri,
(1)
gubernur, dan bupati/wali kota dapat bekerja sama dengan pihak lain.

Kerja sama dengan pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam
(2)
bentuk perjanjian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

PERJANJIAN KERJASAMA
VII. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 23-26
MENERIMA MASUKAN
PEMBINAAN DARI KOMISI
PENYULUHAN
(PUSAT, PROVINSI,
SOSIALISASI ADVOKASI FASILITASI KAB/KOTA)

Memanfaatkan infrastruktur
dan teknologi informasi yang
PELATIHAN BIMTEK PENGKAJIAN
terintegrasi dengan
pemerintah daerah provinsi,
pemerintah daerah
kabupaten/kota, dan BPP.
PENGHARGAA
LITBANG
N
AWR
PENGAWASAN

pemantauan evaluasi

bentuk pengawasan
pemeriksaan
lain

Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan dan pengawasan diatur dalam Peraturan Menteri.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai