Layaknya seperti anak kecil lainnya bung hatta juga mengemari permainan sepak bola beliau
bermain dengan kawan – kawannya di lapangan di pinggir kampung.
Adzan ashar sebagai pertanda untuk Hatta dan teman-temannya ke lapangan bola. Biasanya
setelah selesai shalat Hatta pamit menuju lapangan.
Sesekali setelah bermain sepak bola Hatta juga mandi di sungai bersama teman-temannya.
Selain itu Hatta juga sering bermain di sekitar kandang kuda.juga
Tidak hanya bermain, Hatta dan teman-temannya belajar dan mengaji di surau kampung aur
tajungkak mereka semua belajar membaca dari usia beliau
Bung Hatta Sebagai Pelajar
Mohammad Hatta lahir di Bukittinggi, 12 Agustus 1902 dari pasangan anak guru agama kenamaan dan anak
pedagang sukses, H. Moh. Jamil dan Siti Saleha.
Hatta bernama Mohammad 'Athar, yang artinya harum. Sehari-hari dipanggil Atta, jadilah namanya berubah
jadi Moh. Hatta.
Moh. Hatta saat Sekolah
Beliau menempuh pendidikan dasar di sekolah Melayu Bukittinggi kemudian pada tahun 1913-
1916 beliau melanjutkan studinya Europeesche Lagere School (ELS) di Padang. Saat berusia 13
tahun, sebenarnya beliau sudah lulus ujian masuk ke HBS (setingkat SMA) di Batavia.
Hatta punya semangat belajar yang tinggi. Ia sudah membaca dan menulis sebelum masuk
Sekolah Rakyat (SR). Saat umurnya sudah cukup ia masuk SR dan duduk satu kelas dengan
kakaknya, Rafi'ah.
Hatta hanya sekolah di SR hingga tahun ketiga. Di tengah tahun ajaran, ia disuruh pindah ke
sekolah Belanda, Eurepeesche Lagere School (ELS) dan diterima di kelas 2.
Berangkat Kuliah ke Belanda
Tamat sekolah di PHS pada 1921, Hatta bersiap pergi ke Belanda sambil menanyakan saran
guru-guru Belandanya. "Uang mudah kau cari. Kesempatan menuntut ilmu jarang bersua. Kau masih
muda. Belajarlah dengan rajin. Saya doakan semoga kau berhasil," kata De Kock.
Nasihat De Kock menguatkan Hatta, tetapi usaha dagang pamannya sedang tidak bagus. Uang
tabungan untuk studi Hatta ke Belanda pun terpakai untuk kebutuhan lain. Saat meminta beasiswa
pemerintah, surat permohonannya terlambat diajukan.
Tidak putus akal, Hatta menemui Stokvis, Inspektur Perguruan Menengah. Stokvis lalu
mengontak Yayasan van Deventer. Yayasan ini rupanya mau memberikan beasiswa pada Hatta setelah
ia tiba di Belanda, tetapi biaya perjalanan ditanggung sendiri.
Bung Hatta Sebagai Mahasiswa
Bung Hatta sebagai sosok yang disiplin. Bung Hatta secara tidak langsung sebagai alarm bagi
masyarakat sekitar tempat tinggalnya.
Bung hatta juga bergabung menjadi Anggota Organisasi Mahasiswa Indische Vereeniging.
Bunghatta juga Menjadi ketua Perhimpunan Indonesia pada 1926, Hatta menghadiri kongres-kongres
internasional pemuda dari negara-negara yang ingin merdeka dari penjajahan.
Pada 1927, Hatta ditangkap bersama pengurus PI lainnya, Nazir Datuk Pamuncak, Ali
Sastroamidjojo, dan Abdul Kadir Joyodiningrat, dan dipenjarakan di Rotterdam selama 5 bulan.
Bung Hatta Sebagai Anggota Organisasi Mahasiswa Indische
Vereeniging
• September 1921, Hatta menjadi anggota Indische Vereeniging. Kelompok ini merupakan organisasi
mahasiswa Indonesia di Belanda yang berdiri sejak 1908, terpengaruh berdirinya Boedi Oetomo di
Jakarta di tahun yang sama. Indische Vereeniging bertujuan untuk menumbuhkan persatuan di
antara sesama mahasiswa Indonesia di Belanda.
• Di organisasi ini, Hatta belajar dari kisah-kisah tiga serangkai Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar
Dewantara), dr. Tjipto Mangunkusumo, dan Douwes Dekker (Danudirdja Setiabudi) tentang rakyat
Indonesia yang makin menderita karena pemerintah kolonial Belanda yang sewenang-wenang.
Bung Hatta Ketua Perhimpunan
Indonesia
• Menjadi ketua Perhimpunan Indonesia pada 1926, Hatta menghadiri kongres-kongres internasional
pemuda dari negara-negara yang ingin merdeka dari penjajahan. Pemerintah kolonial menganggap
Hatta berbahaya karena tulisannya yang mengecam pemerintah dapat membangkitkan
pemberontakan rakyat.
• Pada 1927, Hatta ditangkap bersama pengurus PI lainnya, Nazir Datuk Pamuncak, Ali
Sastroamidjojo, dan Abdul Kadir Joyodiningrat, dan dipenjarakan di Rotterdam selama 5 bulan.
Belajar di penjara
Hatta boleh membawa buku di penjara. Di sana, ia pun belajar dan menyusun pembelaan
untuk dikemukakan di pengadilan. Ia dan kawan-kawannya dibantu tiga ahli hukum sebagai
pembela, dan dituntut 3 tahun penjara oleh jaksa. Walau hakim belum memberi keputusan di
sidang pertama pada 8 Maret 1928, mereka diizinkan meninggalkan penjara.