PENGUKURAN
Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur dengan alat ukur, memiliki satuan, dan
nilainya dapat dinyatakan dengan angka. Besaran terbagi menjadi dua, yaitu sebagai
berikut.
1. Besaran pokok adalah besaran yang tidak diturunkan dari besaran lain dan satuannya
sudah ditetapkan terlebih dahulu secara internasional.
Dimensi suatu besaran adalah cara besaran itu tersusun dari besaran-besaran pokokdan
dinyatakan dalam lambang huruf tertentu
Besaran Simbol Satuan Dimensi
Massa jenis
Kecepatan
Percepatan
Gaya Newton (N) =
Usaha Joule (J) = N.m
Daya Watt (W) = J/s
Momentum Kg.m/s
Impuls N.s
Momen gaya N.m
Besaran juga dibedakan menjadi besaran vektor dan besaran skalar. Besaran vektor adalah
besaran yang memiliki nilai dan arah. Misalnya perpindahan dan kecepatan. Besaran
skalar adalah besaran yang hanya memiliki nilai. Misalnya jarak dan kelajuan.
Notasi ilmiah
Dalam notasi ilmiah, hasil pengukuran dinyatakan sebagai berikut.
Dengan:
adalah bilangan asli mulai dari 1 sampai dengan 9,
disebut eksponen dan merupakan bilangan bulat.
Contoh penulisan notasi ilmiah:
dituliskan sebagai
dituliskan sebagai
dituliskan sebagai
Awalan tera giga mega kilo desi senti mili mikro nano piko
Simbol (notasi
ilmiah) T G M k d C m n p
Faktor pengali 1012 109 106 103 10-1 10-2 10-3 10-6 10-9 10-12
Angka penting
Angka penting adalah semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran yang terdiri
atas angka pasti dan angka taksiran. Jumlah angka penting yang ditulis dalam suatu
pengukuran menyatakan derajat ketelitian suatu hasil pengukuran. Aturan-aturan penulisan
angka penting adalah sebagai berikut.
• Semua angka bukan nol adalah angka penting.
Contoh: 36,45 memiliki 4 angka penting (36,4 angka pasti dan angka 5 terakhir adalah
angka taksiran).
• Angka nol yang terletak di antara dua angka bukan nol adalah angka penting.
Contoh: 504 memiliki 3 angka penting.
• Semua angka nol yang terletak pada deretan akhir dari angka-angka yang ditulis di
belakang koma desimal termasuk angka penting.
Contoh: 7,950 memiliki 4 angka penting.
• Angka-angka nol yang digunakan hanya untuk tempat titik desimal adalah bukan angka
penting.
Contoh: 0,0027 memiliki 2 angka penting dan 0,056 memiliki 2 angka penting
• Untuk bilangan-bilangan besar yang memiliki angka-angka nol pada deretan akhir harus
dituliskan dalam bentuk notasi ilmiah.
Contoh: memiliki 2 angka penting dan memiliki 3 angka penting
• Penjumlahan atau pengurangan angka penting
Hasil penjumlahan atau pengurangan angka penting mengikuti bilangan yang
memiliki angka taksiran (angka di belakang koma) paling sedikit.
Contoh:
Bilangan yang memiliki angka taksiran paling sedikit adalah 3,1 maka hasil
penjumlahan di atas dibulatkan menjadi 53,9.
Bilangan yang memiliki angka taksiran paling sedikit adalah 412 maka hasil
pengurangan di atas dibulatkan menjadi 56
Bilangan yang memiliki angka taksiran paling sedikit adalah maka hasil
penjumlahan di atas dibulatkan menjadi
• Perkalian atau pembagian angka penting
Hasil perkalian atau pembagian angka penting mengikuti bilangan yang memiliki
angka penting paling sedikit.
Contoh:
Bilangan yang memiliki angka penting paling sedikit adalah 1,2 (2 angka penting)
maka hasil perkalian dan pembagian di atas dibulatkan menjadi 33.
Bilangan yang memiliki angka penting paling sedikit adalah 1,2 (2 angka penting)
maka hasil pembagian di atas dibulatkan menjadi 79
Bilangan yang memiliki angka taksiran paling sedikit adalah 412 maka hasil
pengurangan di atas dibulatkan menjadi 56
Bilangan yang memiliki angka taksiran paling sedikit adalah maka hasil
penjumlahan di atas dibulatkan menjadi
• Perkalian atau pembagian angka penting
Hasil perkalian atau pembagian angka penting mengikuti bilangan yang memiliki
angka penting paling sedikit.
Contoh:
Bilangan yang memiliki angka penting paling sedikit adalah 1,2 (2 angka penting)
maka hasil perkalian dan pembagian di atas dibulatkan menjadi 33.
Bilangan yang memiliki angka penting paling sedikit adalah 1,2 (2 angka penting)
maka hasil pembagian di atas dibulatkan menjadi 79
Pengukuran
1. Kesalahan pengukuran dan ketidakpastian
jika kita ingin mengukur diameter bola baja atau kelereng, kita bisa menggunakan
penggaris atau jangka sorong atau mikrometer sekrup. Pilihan alat ukur akan tergantung
pada jumlah angka penting yang sesuai atau diperlukan untuk besaran yang diukur.
Misalnya penggarus dapat digunakan untuk mengukur hungga milimeter terdekat, jangka
sorong hingga sepersepuluh milimeter terdekat, dan pengukur mikrometer sekrup hingga
seperseratus milimeter terdekat.
Rentang kecenderungan nilai hasil pengukuran dikenal sebagai nilai ketidakpastian
pengukuran.
Pengukuran pada jangka sorong
Jangka sorong digunakan untuk mengukur ketebalan benda atau diameter bagian dalam
dan luar pipa. Jangka sorong terdiri atas skala utama (dengan satuan inci dan cm) dan
skala nonius.
Skala terkecil cm atau mm
Tingkat ketelitian cm atau mm
Contoh
Mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur ketebalan benda atau diameter bagian
dalam dan luar pipa. Mikrometer sekrup terdiri atas skala utama dan skala nonius.
Skala terkecil cm atau mm
Tingkat ketelitian cm atau mm
Contoh
Hasil pengukuran = mm + mm
= mm + mm
= mm
Ketepatan (Akurasi) dan Ketelitian (Presisi)
• Ketelitian (presisi) mengacu pada kedekatan sekumpulan nilai terukur satu sama
lain.
Ketepatan sekumpulan nilai yang diukur tergantung pada rentang nilai.
Semakin kecil rentangnya, semakin baik presisinya. Mengurangi kesalahan dan
ketidakpastian acak dalam pengukuran meningkatkan ketelitian.
Pemilihan alat ukur
Pemilihan alat ukur yang diperlukan untuk pengukuran tertentu bergantung pada
kondisi pengukuran yang dilakukan.
1. Hitunglah luas, dalam cm2, bagian atas meja yang mempunyai sisi 1,2m dan 0,9m.
Tuliskan jawaban berdasarkan kaedah angka penting, dan sebutkan ada berapa
angka penting dari hasil perhitunganmu!
2. Tentukan nilai kesetaraan meter kubik dalam satu kilometer kubik.
3. Hitung volume dalam m3 sebuah kawat dengan panjang 75 cm dan diameter 0,38
mm.
4. Tuliskan dengan menggunakan notasi ilmiah, nilai besaran berikut:
a. 6,8pF b. 32C c. 60GW
5. Berapa bayak energi listrik yang dilepaskan masing-masing bernilai 2,5 kW, yang
dapat diberi tenaga oleh generator yang menyediakan daya listrik 2.0MW.
6. Gunakan satuan pokok untuk memeriksa apakah persamaan berikut setara:
a. tekanan = kedalaman kerapatan percepatan gravitasi
b. energi = massa (kecepatan cahaya)2
c. daya = beda potensial arus listrik
Kesalahan sistematis
Kesalahan sistematis menyebabkan hasil pengukuran berada di atas atau dibawah nilai
sebenarnya. Ketidakpastian pengukuran tidak dapat dihilangkan hanya dengan pengukuran
berulang dan kemudian nilainya dirata-ratakan. Sebaliknya, kesalahan sistematis dapat
dikurangi hanya dengan meningkatkan teknik yang dipilih dalam proses eksperimen.
Kesalahan ini mempengaruhi ketepatan pengukuran.
Contoh ketidakpastian sistematis
• Kesalahan penentuan titik nol alat ukur
Posisi pengukuran skala alat ukur tidak pada posisi nol sebelum pengukuran dilakukan
(proses kalibrasi tidak dilakukan.
• Kesalahan kalibrasi skala
Di laboratorium sekolah, semua alat ukur diasumsikan telah dikalibrasi dengan benar
(tidak mempunyai kesalahan sistematis). Namun kita dapat memeriksa kalibrasi dengan
menghubungkan alat ukur sejenis.
• Waktu pengamatan praktikum
Ketika proses pengukuran dilakukan secara manual, seringkali terdapat kejadian yang
tidak teramati sebelum melakukan pengamatan saat menggunakan alat ukur.
Kesalahan Acak
Kesalahan sistematis menyebabkan nilai hasil pengukuran alat ukur yang tersebar di
sekitar nilai yang diterima. Kesalahan acak dapat dikurangi dengan melakukan pengukuran
berulang, menentukan nilai reratanya, serta memplot grafik dan menentukan garis yang
sesuai.
Contoh ketidakpastian acak
• Pembacaan skala, terutama jika praktikum harus melakukan interpolasi akibat skala alat
ukur yang kurang memadai.
• Pengukuran waktu osilasi tanpa menggunakan titik acuan, sehingga pengaturan waktu
tidak selalu dilakukan pada titik acuan ayunan yang sama.
• Melakukan pengukuran besaran yang nilainya berubah-ubah terhadap waktu, proses ini
melibatkan keadaan ketidaksinkronan proses pengukuran besaran waktu dengan alat
ukur besaran lainnya secara bersamaan.
• Membaca skala dari sudut yang berbada menimbulkan kesalahan paralaks.
Menggabungkan ketidakpastian
Ada dua aturan sederhana untuk memperoleh perkiraan ketidakpastian keseluruhan dalam
hasil akhir untuk besaran turunan. Aturannya adalah:
1. Pada keadaan nilai besaran yang ditambahkan atau dikurangkan untuk dapat
memperoleh hasil nilai akhir, tambahkan ketidakpastian mutlak.
2. Pada keadaan nilai besaran yang dikalikan atau dibagi untuk dapat memperoleh hasil
nilai akhir, tambahkan ketidakpastian pecahan atau persentase.
Misalkan kita ingin memperoleh nilai besaran fisika x, dengan mengukur dua besaran lain,
y dan z. hubungan antara x, y, dan z diketahui, adalah
x=y+z
Jika ketidakpastian dalam y dan z berturut-turut adalah y dan z, ketidakpastian x
dalam x akan diberikan oleh
x = y + z
Sekarang misalkan kita ingin mencari ketidakpastian dalam besaran x, yang hubungannya
dengan dua besaran terukur, y dan z adalah
x = Ayz
Dengan A adalah konstanta. Ketidakpastian dalam pengukuran y adalah y, dan dalam z
adalah z. ketidakpastian pecahan dalam x diberikan dengan menambahkan ketidakpastian
pecahan dalam y dan z:
= +
Dan persentase ketidakpastian dalam x diberikan dengan menambahkan ketidakpastian
persentase ketidakpastian dalam y dan z:
100 = 100 + 100
Untuk menggabungkan ketidakpastian ketika besaran dinaikkan ke pangkat, misalnya,
x = Ayazb
Dimana A adalah konstanta, aturannya adalah mengalikan ketidakpastian pecahan dengan
pangkat, jadi
=a +b
Demikian pula persentase ketidakpastian dalam x diberikan oleh
100 = a 100 + b 100
Jika merasa sulit untuk menangani atiran pecahan kita dapat dengan mudah
memperkirakan ketidakpastian dengan memasukkan nilai ekstrim ke dalam persamaan.
Untuk x = Ayazb, dengan mempertimbangkan ketidakpastian dalam y dan z, nilai x
terrendah diberikan oleh
xrendah = A(y - y)a (z - z)b
dan tertinggi menurut
xtinggi = A(y + y)a (z + z)b
Dari nilai xrendah dan xtinggi ketidakpastian nilai x diberikan oleh
(xtinggi – xrendah)/2
Besaran skalar dan vektor
Besaran skalar
Besaran yang memiliki besar, tetapi tidak memiliki arah disebut besaran skalar. Contohnya
waktu, volume, massa jenis dan suhu.
Vektor
Besaran vektor adalah besaran fisika yang memiliki nilai dan arah. Dalam hal ini nilai dan
arah menjadi informasi yang saling melengkapi. Contoh besaran vektor adalah
perpindahan, kecepatan, gaya, momentum, medan listrik dll.
Dalam menyatakan besaran vektor, nilai vektor harus diikuti dengan arahnya. Contoh
kecepatan mobil 20 km/jam ke timur, mobil berpindah sejauh 400 meter ke kanan, Andi
menarik mobil-mobilan dengan gaya 2 N ke kanan dll.
Serta penulisannya pun harus dibedakan dengan besaran bukan vektor. Biasanya dituliska
dengan huruf cetak tebal, cetak miring atau huruf kapital.
Jawaban: C. Besaran vektor adalah besaran yang memiliki nilai dan arah. Maka
jawabannya adalah perpindahan, kecepatan, gaya dan momentum.