Anda di halaman 1dari 172

A G A M A , E T N I S I TA S D A N F E N O M E N A S O S I A L

MAGISTER SOSIOLOGI USU


P O K O K B A H A S A N ( 4 X P E RT )

Pengertian, Konsep dan Studi Ilmiah Agama (Fenomenology Agama) serta


hubungannya dengan Sosiologi Agama;
Hubungan antara Agama sebagai kebutuhan masyarakat dengan keberagaman
etnisitas dan fenomena sosial yang menjadi struktur dalam masyarakat serta
sebaliknya
Teori-teori Sosial terkait hubungan agama dan masyarakat, etnisitas dan
fenomena sosial (focus pd agama sebagai komunitas bukan system kpercayaan)
Analisa Kritis atas Kasus-kasus agama, etniditas dan fenomena sosial 1

Analisa Kritis atas Kasus-kasus agama, etniditas dan fenomena sosial 2


P. B A H A S A N U T K 4 X P E RT E M U A N

Kasus-Kasus Agama, Etnisitas dan Fenomena Sosial


• Agama, Aliran/Sekte dan Denominasi
• Agama dan Konflik
• Agama dan Kerukunan
• Agama dan Feminisme
• Presentasi Makalah terkait salah satu kasus
I. FENOMENOLOGY AGAMA (METODE
STUDI ILMIAH AGAMA)
Studi Agama di Era Klasik
Studi Agama di Era Pencerahan
Studi Agama pada Post Modernisme sd Sekarang
Munculnya fenomenology Agama
Fenomenology Agama, Kajian dan Pendekatannya
Fenomenologi Agama dan Sosiologi Agama
Studi Agama Era Klasik
 Studi Agama gunakan pendekatan tradisionil,
penolakan thd Ilmu pengetahuan
 Teologi menjadi ratu “Kebenaran
Pengetahuan”
 Para nabi dalam Kitab Suci (PL; Yer.8.8-9))
menolak pengetahuan (dianggap sekuler
 Tokoh Agama menolak hasil penelitian, mis.
temuan Galileo
 Agama cenderung utk ditinggalkan
STUDI AGAMA DI ERA
PENCERAHAN

• Revolusi cara berpikir di era


penderahan (The Age o
Enlightenment; Aufklarung )
• Semakin kuat pd abad 17 (abad
rationalisme) & terus berlanjut sp
awal abad 20.
• Muncul: Descartes (1596-1650);
Darwin (1809-1882), Marx (1818-1882)
dan Freud (1856-1936
STUDI AGAMA DI ERA PENCERAHAN

Iptek yg punya cara kerja dpt dipercaya, hasilnya


pasti objektif, rasional dan universal.
Cara kerja itu = empiris (induktif) dan rasionalis
(deduktif).
Agama, otoritas Kitab-Kitab Suci, dan pengajaran
agama, serta studi agama yang tradisional ditolak.
:
B E B E R A PA FA K T O R P E M I C U :

Reaksi rationalisme thd segala bentuk supranaturalisme (ratio


manusia = hakim penentu kebenaran segala sesuatu/agama)
Pendekatan evolusi dipercayai aplikatif dlm sel aspek kehidupan
manusia (Darwin: prinsip evaolusi = kunci ajaib yg mampu buka
semua rahasia sejarah), juga mencakup perkemb agama (dari
agama mistis pd seluruh masy primitive menjadi agama sitematis
dewasa ini)
Studi agama di Era Post Modernism
& Sesudahnya

 Era runtuhya filsafat//Anything goes


 Muncul aneka pendapat pertanyaakan keaabasahan
metodologis yg jadikan agama sebagai suatu area
investigasi ilmiah.
 Keabsahan metodologis berkaitan dgn batas penjelajahan
dan legitimasi pengetahuan.
 Batas Penjelajahan kajian deduktif dan induktif
 Legitimasi pengetahuan cf anything goes
PROBLEMA: BATAS PENJELAJAHAN KAJIAN DEDUKTIF DAN
INDUKTIF
o Cara kerja deduktif dipergunakan dlm ilmu pasti (lmu ukur dan ilmu hitung). Setiap sistem
ilmu pasti, termasuk logika, berasal dari salah satu teori paham dasar, aksioma dan patokan
kerja, yang tak bertentangan satu sama lain. Paham dasar, aksioma, dan patokan tsb
ditentukan secara deduktif atau pertimbangan rationalis tp dipengaruhi oleh pengamatan
dan pengalaman.

o Cara kerja induksi (empiris) digunakan dlm Ilmu2 alam (kimia, astronomi, fisika, dll) dan
Ilmu2 kemanusian (human sciences dan social sciences). Setiap sistim lmu-ilmu ini
ditentukan berdasarkan pengamatan dan pengalaman

o Keduanya perlihatkan bahwa ilmu pengetahuan memulai penjelajahannya pada


pengalaman manusia dan berhenti di batas pengalaman manusia. Ruang lingkup
bahasannya adalah hal-hal yang rationalis.Jadi surga, neraka, penyebab penciptaan
manusia, hidup sebelum dan sesudah mati, muzijat atau hal yang supra alamiah tidak dapat
dijelajahi ilmu
PROBLEMA: BATAS PENJELAJAHAN
KAJIAN DEDUKTIF DAN INDUKTIF

Hal2 tsb diatas tk dpt dijelajahi ilmu karena:

• Hal tsb berada di luar jangkauan pemikiran dan pengalaman


manusia, lagi pula fungsi ilmu itu sendiri = alat pembantu manusia
dlm menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi sehari-hari,
• Metode2 ilmiah yang digunakan = pengujian kebenaran secara
empiris dan logis, sementara hal-hal tsb di atas di luar batas empiris
dan logika, yg dapat dilakukan adalah pengkajian secara ilmiah
menenai apa yang dinyatakan atau diwahyukan dalam agama tentang
surga, neraka, dll. (analisis filosofis yang diterapkan pada data
keagamaan yang diwahyukan itu).
PROBLEMA LEGITIMASI
PENGETAHUAN

• Kedua cara kerja yang disebutkan di ata tidak memiliki legitimasi


mutlak, kedua cara kerja ini dan hasilnya tidaklah benar mutlak. Era
postmodernisme yang dianggap identik dengan krisis dalam Ilmu
Pengetahuan. Istilah ‘postmodernisme’ berkaitan dengan keadaan
kebudayaan, yang sejak abad 20 telah mempengaruhi aturan main ilmu
pengetahuan dan legitimasinya. Wacana tentang aturan main ilmu
pengetahuan yang dianggap absolut disebut filsafat (zaman modern).
• Dalam era postmodernisme terlihat bahwa keabsolutan itu runtuh,
aturan main ilmu pengetahuan bisa bermacam-macam, berbeda, bahkan
bertentangan satu dengan yang lain. Dan aturan main itu amat tergantung
kepada paradigma apa yang dipergunakan
PROBLEMA: LEGITIMASI
PENGETAHUAN

• Descartes dr Rationalism: Acuan utama yang bedakan manusia dari


binatang = ratio dan Marx dari Marxisme: Acuan utama = produksi

• J.P.Sartre filosof existensialism: yg bedakan manusia dari binatang


adalah kemerdekaannya. Dan Allah tidak ada sebab kalau Allah itu ada
Dia akan meniadakan kemerdekaan manusia. K.Jaspers filosof lain dari
golongan yang sama mengatakan bahwa Allah itu ada dan Dialah yang
memberi kemerdekaan kepada manusia.
• Jelas sekali bahwa paradigma dan keyakinan tiap filosof akan
paradigma itu menentukan pandangannya.
PROBLEMA: LEGITIMASI ILMU
P E N G E TA H U A N
Legitimasi ini lebih diragukan lagi dlm masy yg sepenuhnya telah
terkomputerisasi karena banyaknya masalah transformasi tekhnologi (penelitian
dan transformasi hasil penelitian itu).
 Salah satu masalah itu adalah bahwa sifat ilmu pengetahuan bisa berobah
dalam proses transformasi trersebut, perobahan ini bisa terjadi bila:
 bahasa komputer yang dimaksudkan penciptanya tak dipahami dengan tepat
oleh masyarakat penggunanya yg telah terkomputerisasi itu.
Pelaksana transformasi yg menentukan apa informasi yang ditransformasi pd
masyarakat, transparansi komunikasi akan menjadi serupa dengan liberalisme.
Maka legitimasi atau truisme (kebenaran mutlak ilmu pengetahuan) bisa
menyesatkan karena satu jenis pengetahuan di samping berkompetisi bisa
berkonflik dengan yang lain.
FENOMENOLOGY AGAMA

Munculnya Fenomenology Agama. Bahasan di atas;

melatar belakangi keinginan uTk dapatkan dan terapkan metode yg biarkan pemeluk
agama secara jelas berbicara untuk dirinya sendiri

menjadi landasan lahirnya bidang ilmu fenomenologi agama yg kemudian diterapkan
terhadap studi mengenai agama, sbg suatu metode investigasi ilmiah, yg kontras atau
berjalan berdampingan dgn pendekatan2 teologis.

mndorong munculnya fenomenologi agama dgn pendekatan alternative bagi studi ttg
agama. Pendekatan fenomenologis = suatu upaya utk konstrusikan metodologi yang
koheren bagi studi agama
Fenomenology Agama
 Sarjana Belanda P.D.Chantepie de la Saussaye, penemu
istilah fenomenologi agama, pahami bhw tgs
fenomenologi agama = meneliti esensi maupun
manifestasi empirik agama.
 Hegel. Esensi; sebuah unity di balik diversity agama
(Thesis + Antithesis = Synthesis), maksudnya bahwa
seluruh fenomena dlm kemajemukan (khususnya
agama-agama) tetap didasari suatu kemanunggalan
 Pengikutnya: agama seharusnya dipelajari dari perkemb
dlm sejarah agama yg berifat universal.
 Hegel jg gunakan istilah penomenologi agama dlm The
Phenomenology of Spirit: akal-dlm dirinya dpt dipahami
melalui cara2nya alami realitas. Atau esensi dpt didekati
melalui studi thd penampakan2 dan manifestasi2nya.
Fenomenology Agama

 Gottlob Ph.Chr.Kaiser,terbitkan 3 buku (1813-1821), tolak


segala bentuk supranaturalisme, gunakan pendekatan sejarah
perkemb (evolusi) agama2 yg menurutnya berlaku universal.
Penulis lain: agama Ibrani berevolusi menjadi agama Yahudi
dan kemudian agama Kristen.

 J.Waardenberg dalam Classical Approach to the Study of


Religion (1973): tempatkan agama yg secara tradisional
dianggap sbg bahan penyelidikan yg empiris dan rational
(pengetahuan yang diperoleh lewat nvestigasi ilmiah).

 Beberapa tokoh, dalam pendekatan fenomenologi agama ini,


berdayakan berbagai bidang keilmulan seperti filsafat,
psikologi, antropologi, sejarah, archeology, teologi agama-
agama, dll.
Fenomenology Agama
 Di Swedia Nathan Soderblom: berikan t4 yg layak utk
studi perband iagama, ia tk buat pembedaan yg
evaluative ant kebenaran Kristiani dgn bentuk2
kepercayaan agama lain. Menurutnya Kekudusan = kata
besar dalam agama, lebih penting dari konsep tentang
Tuhan. Agama sejati dpt eksis tp konsepsi yg pasti akan
figure yg ilahi, tp tk ada agama sejati tp pembedaa ant yg
kudus dan yg profane.
 Chantepie de la Saussaye: dlm pendekatan
fenomenologi agama berusaha berikan observasi umum
bahwa tgs feneomenologi agama = meneliti esensi
maupun manifestasi empirik agama yg sgt berkaitan dgn
pikologi ketika empiric yang dipelajari itu mengenai
fakta-fakta kesadaran manusia. Pendekatan ini
disebutnya juga Fenomenologi deskriptif, maksudnya
deskriptif sistimatik. l
Fenomenology Agama

 Dlm hal ini, ada 2 konsep penting E. Husserl, ber bhs Yunani :
- ephoche-penangguhan prapaham atau penilaian atau
presuposisi dlm diri seseorg shg dia jadi pengamat yg netral)
- dan eidetic- wujud atau esensi; kemampuan peneliti utk lihat
esensi aktul dari suatu fenomena agama).
 Ke2nya dipakai dlm studi agama modern (hermeneutika, Prinsip
Penafsiran Kitab Suci), ant lain oleh Ernst von Dobschutz dan
Schleiermacher. Schleiermacher: The interpreter’s task is to
understand the religious personality of the writer as manifested in every
single word, to look from the details to the whole, and from the
standpoint of the whole to see the details in their true light.
 Penelitian dgn 2 hal ini menyangkut dokumen2 tertulis, konteks
teks tradisi, teliti & band semua bahan yg ada (Sumber, bentuk,
Latar bel historis atau konteks penulis, sejarah perkemb agama,
dll), lanjutkan dgn buat bahan itu dipahami org lain yaitu dgn
pelajari konteks modern yg dihadapi pendengar. Prinsip ini
dipakai dan lebih dipopulerkan oleh Joachim Wach dan
murid2nya dari Jerman dan USA.
Fenomenology Agama
 Hermeneutika di sini: untuk mempejari teks tradisi yahudi dan Kristen tp
Dr.Djamannuri katakan bhw prinsip2 perbandingaannya sdh diletakkan
dasar2nya oleh fenomenologi agama shg dpt diterapkan atas semua
bahan dari agama manapun (hl.14). Pendekatan ini (khususnya metode
telah konteks modern) dipakai dlm Konteks Berteologi di Indonesia:
Pengalaman Islam, yang ditulis oleh Prof.Dr.Azyumardi Azra MA.

 William Brede Kristensen (abad ke-20), kemukakan bahwa teori evolusi


bertanggung jwb atas penilaian premature para ilmuawan, yang anggap
bhw teori ini harus dasari pemahaman atas setiap fenomena agama,
pemahaman seseorg atas agamanya sendiri hrs dapatkan prioritas
utama. Hargai integritas si pemeluk agama. Kerangka berpikir tepat utk
temukan pengertian yg tepat dari suatu situasi manusia yang tipikal
(fenomena keagamaan), bukanlah objektivitas naturalis, tp kemauan yg
tepat untuk pahami yang lain2 dan simpati yg cerdas dari si penafsir.
Fenomenology Agama

O Pada abad 20 juga bermunculan buku2 yg berisi penjelasan ttg


sejarah agama2, yang dianalisa berdasarkan tema dan metode
tertentu.
O G.Widengren perlihatkan bhw sejarah agama bkn
fenomenologi agama krn menurutnya fenomenologi agama =
ilmu pengetahuan ttg berbagai bentuk manifetasi agama,
merupakan imbangan sistematik bg sejarah agama2.
O Femenomenologi Agama jg tk identik dgn teologi krn teologi
bericara ttg Tuhan dan wahyu Tuhan dan keduanya tk dpt
dipahami lewat kemamp intelektual manusia. Fenomenologi
agama dpt pelajari pengalaman keagamaan, amati org2 yg
responi wahyu Tuhan, bahkan teks2 tertulis ttg wahyu Tuhan.
FENOMENOLOGY AGAMA DAN KAJIANNYA

o Pengkajian secara ilmiah mengenai data agama (bahasa atau teks


nya atau latar belakang penulisannya) dan pengalaman beragama
itu sendiri,
o Bisa pula dilakukan perbandingan dengan pengalaman beragama
orang lain, dilengkapi dengan sejarah agama, dll
o Contoh = pendekatan Rudolph Otto dalam The Idea of the Holy.
Otto menempatkan “Sang Holy” dalam suatu kategori a priori
yang otonom, yg berbeda dr ranah kehidupan manusia, tp
bermakna dlm keh manusia. Ia beri suatu landasan epistemologis
terhadap pengetahuan religis ini, yg dpt diperoleh secara
psikologis dgn cara pengalaman empiris akan Sang Kudus.
CIRI-CIRI PENDEKATAN FENOMENOLOGY AGAMA

o Memiliki keunikan sbg suatu metode pendekatan tlm studi agama krn
- berdasarkan batasan2 konteksnya sendiri bkn batasan koteks teolog atau ilmu
sosial umum.
- sentimen yg melatar belakanginya = membela pentingnya studi agama dlm
dunia akademis dan pentingnya kesetaraan dlm menyimak berbagai berbagai
bentuk “budaya religious” yg berbeda, berempati dlm usaha memahami sudut
pandang tradisi-tradisi dalam praktek religious.
0 Mis. Williaam James-The Varieties of Religious Experience: A Study in Human
Nature, lakukan sejumlah study psikologis individual yg deskriptif atas
pengalaman bergama, dgn cara lakukan sampling empiris dan kualititatif, lalu
menafsirkannya berdasarkan falsafah2 psikologis dan filosofis yang sangat
pragmatis
CIRI-CIRI PENDEKATAN FEMOMENOLOGY AGAMA

O Miliki kredibilitas sbg suatu bentuk pendekatan ilmiah


(Pendekatan di atas sama dengan pendekatan yang dipakai
seorang ahli biologi kelautan dalam usahanya memperpenalkan
berbagai kharakteristik dari dunia kelautan misalnya),

O Mampu libatkan berbagai varian dari fenomena religious


(Mis.Ninian Smart tertarik pada study mengenai “world view”
(menurutnya agama = suatu cara untuk dpt alami secara
empiris misalnya akan sang kosmos) ketimbang sekedar/sebatas
essensi agama itu. Dia mulai dgn pelajari perkemb dari tradisi
agama2 besar, perluas studinya melampai dinding2 tradisional
B E B E R A PA K R I T I K P E N T I N G

 Kemajemukan klasifikasi, objek, dan metode studi studi fenomenologi


agama, nyatakan adanya pluralism fenomenologi, yg indikasikan
kemustahilan utk temukan suatu kesepahaman dari kharakteristik studi ini.

Obyek studi agama cendrung hanya pd apa yang disebut tokoh otoritas
agung shg kurang berkarakteristik kontak bumi, tk bersifat sosio historis,
bkn problematika sehari-hari, orientasi antropologis kurang intensif.
B E B E R A PA K R I T I K P E N T I N G

Kesulitan yg dihadapi fenomenologi agama dlm objektivitas


kesarjanaan sehub dgn masalah ephoche, kebanyakan fenomenolog
berusaha agar bahan2 yang dikumpulkan bisa dipelajari sesuai
dengan prinsip kesarjanan historis yg ketat, tp tk ada yg bisa
menjamin bahwa ia lepas dr presuposisi2 (prapaham), ada
ketegangan ant fakta2 yg diperoleh scr ilmiah dgn interpretasi data2
tersebut.
SOSIOLOGI AGAMA &
FENOMENOLOGY AGAMA

Sosiology Agama = salah satu metode studi Agama dalam


fenomenology Agama yang berfokus pada:
 kajian ttg data/esensi keagamaan secara illmiah (“seculer”)

 Kajian ttg pengalaman beragama yg berbeda-beda

 Kajian ttg interelasi antara data keagamaan dan pengalaman


keagamaan dengan konteks masyarakatnya (etnisitas dan
fenomena sosial)
FENOMENOLOGY AGAMA DAN SOSIOLOGY AGAMA

 Sosiology Agama

 Sosiologi Agama = bagian dari Sosiologi umum yg pelajari suatu ilmu


budaya empiris, profane dan positif yg menuju kpd pengetahuan
umum, yg jernih dan pasti dr struktur fungsi2 dan perubahan2 kel
keagamaan dan gejala2 kekelompokan keagamaan (H.Goddijn)
 Sosiologi Agama = cabang Sosiologi Umum yg pelajari masy agama
secara sosiologis guna capai keterangan2 ilmiah dan pasti demi
kepentingan masy agama itu sendiri dan masy luas pads umumnya
(Hendrapuspito)
 Sosiologi Agama = suatu studi ttg “interelasi” ant agama dan masy
serta bentuk2 “interelasi” yg terjadi antar mereka. Dorongan2,
gagasan2an dan kelembagaan agama yg mempengaruhi dan
sebaliknya juga dipengengaruhi oleh kekuatan, organisasi dan
stratifikasi sosial (J.Wach)
FENOMENOLOGY DAN SOSIOLOGI AGAMA

 Sasaran langs sosiologi agama = masy agama


 Masyarakat agama = persekutuan hidup (dlm ruang
lingkup sempit atau luas), yang unsur konsitutif utamanya
adalah agama atau nilai-nilai keagamaan, yg menjadi ciri
pola tingkah laku di dalam maupun keluar menurut norma
dan peraturan yang ditentukan oleh agama
 Sosiologi agama menyoroti masyarakat agama:
 menyoroti strukturnya dan fungsinya, serta pengaruhnya
secara umum atas masy luas dan atas stratifikasi sosial khusus
masy agama tsb,
FENOMENOLOGY & SOSIOLOGI AGAMA

Jg kaji perubahan2 positif atau negative yg diakibatkan pengalaman dlm


beragama (sikap & prilaku manusia, jenis2 kebudayaan yg berbeda-beda,
dasar dan haluan Negara; terbentuknya partai politik dan golongan non
politik,munculnya aneka strata sosial, proses dan perubahan sosial,
sekularisme, fanatisme, kerukunan, kepicikan dan konflik agama yg bisa
hambat laju modernisasi dalam hidup para penganutnya, dll).
pelajari bgm tatacara masyarakat, kebudayaan, dan pribadi-pribadi
mempengaruhi agama, sebagaimana agama itu sendiri pengaruhi mereka.
Yg dievaluasi bkn ajarannya, tp akibat ajaran agama itu atau akibat tata
cara masyarakat, yg jadi fenomena sosial atau fakta sosial (bentuk2 nyata
kemasy) yg dpt dialami atau disaksikan banyak org. Ajaran diyakini dari
dunia sacral, berbeda dgn dunia empiris, bahkan tk dpt disentuh pengkajian
dunia empiris
D A F TA R P U S TA K A

Clive, Errickson. 2007. “Pendekatan Fenomenologis” dalam Ragam Pndekatan Studi Agama, Peter
Connoally (ed), Medan: Bina Media Perintis: 98-140
Djam’annuri. 2003. Studi Agama-Agama, Sejarah dan Pemikiran, Yogyakarta: Pustaka Rislah: 1-28, 73-
108
Ishommudin. 2002, Pengantar Sosiologi Agama. Jakarta: Ghalia Indonesia: 104-120
Sinulingga, Risnawaty. 2006. Pendidikan Agama Kristen, Pustaka Bangsa Press: 128-130
Sugiharto, B. 1996, Post Modernisme. Tantangan bagi Filsafat, Jogykara: Kanisius: 43-78
Supardan. 1996. Ilmu, Tehnologi dan Etika, Jakarta: BPK Gunung Mulia: 1-8
Wach, Joacchim. 2000. “Perkembangan dan Metode studi Agama’, dalam Metodologi Studi Agama,
Ahmad Norma Permata (ed), Yogyakarta: Pustaka Pelajar: 261-290
Weber, Max. 2002, Sosiologi Agama, terj.Muhammad Yamin, Yogyakarta: IRCiSoD: 43-78
II. KONTEKSTUALISASI AGAMA (TEKS-
K O N T E K S M A S YA R A K AT- T E K S )

Istilah Kontekstualisasi dan sejarah munculnya


Teks dan Tranformasi Kreatif
Agama dan Proses Transromasi dalam Konteks
Model-model Kontekstualisasi dalam Agama (India,
Korea, Amerika Latin, Indonesia, dll)
Masyarakat Indonesia sebagai Konteks Agama
II.1. ISTILAH KONTEKSTUALISASI DAN SEJARAH
MUNCULNYA

 ISTILAH KONTEKSTUALISASI DAN MAKNANYA


 Istilah-Istilah
 Kontekstualisasi
 Contextualization
 pempribumian,
 lokalisasi atau kulturisasi
Istilah ke 3 dan ke 4 dianggap cocok utk masy pribumi?
Peranyaan? Mana pribumi? Semua pribumi & semua
modern
Makna Utama:
Penyesuaian Teks Agama dgn Konteks dan Penyesuaian
Konteks dengan Teks Agama
II.1. ISTILAH KONTEKSTUALISAI DAN SEJARAH
MUNCULNYA
 Kata Kontekstualisasi pertama muncul dlm Terbitan
Theologigal Education Fund (1972).
 Tujuannya = “memikirkan kembali”, maksudnya utk:
- tingkatkan jenis “pendidikan teologi”
- shg hasilkan perjumpaan yg sesungguhnya ant
mahasiswa dan berita agama dgn:
* memakai bentuk2 pemikiran
* kebudayaannya sendiri,
* dan dialog yg hidup di ant komunitas
beragama dgn lingkungannya.
II.1. ISTILAH KONTEKSTUALISAI DAN SEJARAH
MUNCULNYA
 Yg latar belakangi pemikiran ini = kondisi khusus masy
yg diwarnai oleh:

 Krisis iman yg meluas,


 Masalah2 keadilan sosial dan pemb manusia,
 Ketegangan ant agama dan situasi budaya setempat
 dan peradaban teknologi yang universal

 Terlihat bhw “Kontekstualisasi” berakar pd ketidak


puasaan thd model2 pend teologis tradisionil (Mt
kuliah “Kontekstualisasi”)
II.1. ISTILAH KONTEKSTUALISASI & SEJARAH
MUNCULNYA

Model2 pend teologis saat itu tk relevan dgn:


 Situasi tertentu (krisis iman, keadilan sos & pemb manusia)
 Budaya yg eksistensial dari komunitas beragama
 Implikasi teologis yg tak pas dgn situasi dan budaya
komunitas beragama tsb.

Suatu anggapan:
 Kontekstualisasi perlu krn adanya pengaruh2 dari tradisi
intelektual Barat dan faktor2 lainnya.
 Kontekstualisasi disebut dekontextualisasi, krn dianggap =
upaya utk bebaskan diri dari bias penafsiran trh agama 0leh
budaya Barat
II.1. ISTILAH KONTEKSTUALISASI DAN SEJARAH
MUNCULNYA

Konsultasi teologi di Bossey, Swiss (1971).


Pokok bahasan: teologi yg kontekstual.

Teologi dikaitkan dg n keadaan masyarakat


Teknologi baru dorong munculnya teologi yg disesuaikan dgn pengalaman
masa kini, sej kontemporer, bkn semata tradisi agama dan pernyataan2
konfesional dari komunitas beragama (yg umumnya diterima scr
keseluruhan/universal shg tk diaplikasikan scr krit i s .

Kontekstualisasi= kepekaan baru/dibaharui atas kebutuhan utk


sesuaikan pemb agama thd konteks budaya.
Kontekstualisasi = upaya berteologi dlm atasi ketegangan ant
agama dan budaya (etnis) setempat, krisis iman yg terjadi, dan
khususnya keterlibatan dlm perjuangkan keadilan sosial bagi
manusia
II.1. ISTILAH KONTEKSTUALISASI DAN SEJARAH
MUNCULNYA
Kesimpulan
Kontekstualisasi itu = upaya jabarkan & komunikasikan teks atau
pengakuan konfesional komunitas beragama (yang pada saat
penulisannya dan pengakuannya punya konteks khusus) di dlm
konteks yg baru yg khusus pula.
Ia bersifat konseptual karena tumbuh dalam suatu konteks utk jawab
pergumulan konteks.
Kontekstualisasi selalu berhub dgn pergeseran persfektif. Semua agama,
punya keprihatinan yg sama, yaitu terjmahkan pesan agama ke dlm
keadaan setempat. Perspektif dlm tanggapi agama akan berbeda bila
konteks (etnis) kom beragama beda.
Perspektif kom beragama dari kulit hitam di Amerika Selatan yg alami
rasialisme beda dgn kom beragama kulit putih dlm tanggapi Injil.
II. 2 TEKS & TRANSFORMASI KREATIF

Paul Ricocur: karya wacana, dlm tulisan


punya otonomi semantis rangkap 3:

- Otonomi semantis thd maksud pengarang


- Otonomi semantis thd lingkup kebudayaan
asli di mana karya itu ditulis
- Otonomi semantis thd pendengar
1. OTONOMI SEMANTIS THD MAKSUD SI
PENGARANG

• Karya tulis tk lagi tergant lgs pd maksud penulis


di luar teks.
• Maksud penulis melebihi/kurang dr apa yg
diucapkan/dituliskannya (3/2 yg dimaksud yg
dituliskan 2/3)
• Arti wacana melampaui maksud si
pembicara/penulis (bahasa punya makna ganda)
1. OTONOMI SEMANTIS THD MAKSUD SI
PENGARANG
Dua alasan mengapa teks punyai otonomi semantis thd
maksud si pengarang:
- Ketidaksadaran individual pengarang; expressi
pribadi bisa nyatakan lebih banyak/kurang dari yg
dimaksudkan pengarang secara eksplisit;
- Ketaksadaran kolektif dari bahasa; bahasa punya
arti jamak pada beberapa lapisan, kalimat punya
arti ganda; karya bisa sarankan arti yg tak
seluruhnya bisa dikontrol maksud pengarang waktu
dia menulis.

Otonomi semantis mempunyai konsekwensi penting


bagi penafsiran sebuah teks (“bukan berarti kita tak
perlu berusaha memahami apa yang dimaksud
2. OTONOMI SEMANTIS TDP LINGKUP
KEBUDAYAAN ASLI
Wacana, lisan atau tulisan selalu muncul dlm konteks budaya /
etnis tertentu.
Wacana lisan umumnya sangat terikat dengan situasi konkret
pembicara dgn pendengar langsung.
Tp teks dpt pindah dr suatu tempat ke tempat lain, dr suatu
zaman ke yg lain, dr suatu kebudayaan / etnis ke yg lain.
Dlm lingkup kebud baru teks itu masuk ke dlm jaringan arti
dan tata nilai baru. Teks Plato misalnya sdh beremigrasi dari
dunia Yunani purba ke abad pertengahan, ke zaman modern
dan ke dunia masa kini.
2. OTONOMI SEMANTIS TDP LINGKUP
K E B U D AYA A N A S L I


Tp konteks budaya asli bgmpun juga tk bisa terhapus
seluruhnya. Kosa kata dlm teks, genre, tema, ungkapan2,
nama2 = jejak2 yg tunjukkan konteks sosial budaya dimana
teks itu ditulis. Jadi pemahaman kita akan konteks budaya
asli di mana sebuah teks ditulis, sgt bantu pemahaman kita
akan sebuah teks.
2. OTONOMI SEMANTIS TDP LINGKUP
KEBUDAYAAN ASLI
 Tp hal ini tk batalkan proposisi kita bhw teks
punya otonomi tertentu terhadap
kebudayaan/etnis asli.
 Teks pertama-tama harus dimengerti
berdasarkan arti yg terberi di dlm/lwt teks.
 Krn yg disebut kebudayaan/etnis asli
seringkali = konstruksi yg kita buat
berdasarkan teks2 bacaan kita sekarang.
 Lagipula dlm menafsirkan teks kita tk pernah
bisa lepas dr cakrawala pemahaman kita
sendiri (prapaham)
3. Otonomi semantis tdp Pembaca
atau Publik asli

Wacana lisan diucapkan pembicara kpd pendengar dlm


situasi yg sama. Tp tulisan terbuka kpd pembaca yg
berasal dari tempat dan zaman yg berbeda. Ia terbuka
kpd setiap orang/etnis yg bisa membacanya.
 Melalui teks ini terjadi universalisme publik. Krn teks
bisa ditujukan kpd publik/etnis baru, maka riwayat hidup
teks sgt bergantung pd publik/etnis baru yg
menerimanya.
Ada teks yg hidup terus dari generasi ke generasi dalam
komunitas/etnis yang berbeda-beda, tempat dan zaman
yang berbeda-beda pula.
3. Otonomi semantis tdp Pembaca atau Publik
asli

Sebuah konsekwensi penting dari otonomi semantis


bagi penafsiran teks ialah bahwa interpretasi teks tk
bersifat reproduktif (kembali ke maksud asli
pengarang dlm konteks sosial budaya asli) tp
produktif melalui pembauran cakrawala ketika
pembaca memahami dan meresapkan arti sebuah teks

Pengarang meninggal, konteks sosial budaya berobah,


public asli menghilang; tp teks dpt hidup dari generasi
ke generasi berkat otonomi semantic karya itu.
3 . O TO N O M I S E M A N T I S T D P
P E M B A C A ATA U P U B L I K A S L I
 * Horatius penyair Latin Klasik mengatakan:

“Aku tak akan mati seluruhnya, sebagian besar


diriku akan menghindari dewi maut”
* Chairil Anwar mengatakan “Aku mau hidup
seribu tahun lagi”
KESIMPULAN
Tk hanya teks yg akibatkan transformasi
kreatif thd masy/etnis pembacanya, tp teks itu
sendiri alami transformasi keratif dlm
pemaknaan yg diberi pdnya bkn saja oleh
pengarang, tp juga budaya/etnis asli teks,
bahkan budaya/etnis pembaca teks tsb yg di
setiap zaman dan tempat bisa berubah-ubah.
III. AGAMA DAN PROSES TRANSFORMASI DLM
KONTEKS
Tranfsormasi = perubahan mendalam:
- system kemasyarakatan,
- struktur kepribadian dan daya pikir serta prilaku masyarakat.
Transformasi = dinamika kebudayaan yg punya dampak sosio politis kemasy
(negative atau positif). Mis. dampak negative revolusi Industri, memburuknya
nasib kaum buruh
Bgm Agama sikapi Transformasi?
Berseberangan dengan Marxisme, dlm hadapi dampak negatif revolusi Industri,
propagandakan transformasi, sosialisme radikal. & Agama/Gereja kehilangan
popularitas di kal kaum buruh, padahal kaum buruh dan keadilan sosial
sebenarnya = pusat perhatian agama/gereja dlm lakukan transformasi.
III. AGAMA DAN PROSES TRANSFORMASI DLM
KONTEKS
Di negara2 Barat, gereja erat berafiliasi dgn partai konservatif,
dianggap jadi penjaga dan pembela nilai2 Kristiani yg
murni/mulia, tp juga jadi symbol dari stabilitas, birokratisme
dan anti reformasi.
Tp ada fakta bhw Rev Perancis digerakkan oleh org2 berlatar
belakang kebud, yg sdh diserapi oleh Kekristenan. Bahkan
Komunisme radikal sebenarnya mau menggarap secara
sistematis warta cinta kasih Kristiani yg perduli akan masy
bawah
DI INDONESIA?
III. AGAMA DAN PROSES TRANSFORMASI
DLM KONTEKS

Kontekstualisasi // agama yang kontekstual


(relevan, fungsional, menata eksistensinya
dlm masy yg memiliki etnis berbeda-beda).
Dia tk saja mengacu kpd tradisi agama, tp
perubahan2 sosial (krn perjuangan golongan
minoritas utk persamaan, keadilan dan
pembebasan) shg bisa jawab kebutuhan masY
beragama
III. AGAMA DAN PROSES TRANSFORMASI
DLM KONTEKS

Agama dan proses transformasi punya korelasi


kualifikatoris, menentukan watak suatu agama dan
kebenaran serta manfaat satu proses transformasi.
 Maka masy agama dpt jadi faktor penghambat
terjadinya reformasi (kalau agama dan masyarakat
agama itu conservative dan fundamentalis),
 Masyarakat agama dpt pula jadi pendorong-
pengarah masyarakat).
 Sejak Konsili Vatikan II, Gereja Katolik jadikan
transformasi sebagai moto kehidupan.
III. Agama dan Proses Transformasi dlm Konteks

Ada 2 prinsip dasar agama dlm dorong dan dampingi


transformasi ini:
Kesetiaan pada nilai-nilai universal agama & kemanusiaan
Dan perubahan yang berguna bagi kemanusiaan
 dlm dirinya bkn lagi metode paternalistic tp dialogistik
persaudaraan, mis dlm bentuk etika kemanusiaan,
undang2 dan peradilan yang jujur dan adil, konsepsi
mulia ttg kemanusiaan dan hak azasi manusia, dll
 dan di luar dirinya dgn berpihak kpd kaum marginal
yang tertindas secara religis, maupun ekonomis.
Agama yg kontestual itu (khususnya dalam konteks
pruralisme agama, bisa berperan menata Masy yg baru.
IV. Masyarakat Indonesia: Konteks Agama

Apa mungkin berbicara ttg konteks Indonesia (banyak


suku, etnis, agama, bahasa, budaya, tingkat
pendidikan, tingkat ekonomi, dll)? Tp dapat
dipertanyakan apakah tk ada kebersamaan situasi dan
pengalaman dalam menghayati keberagaman itu?
Beberapa kenyataan yang sangat dominant adalah:
Konteks Kebudayaan
Konteks Keberahaman agama
Konteks Kemiskinan
Konteks Kesamaan dlm sikapi kehidupan & masalahnya
IV. Masyarakat Indonesia: Konteks Agama
Konteks Kebudayaan
Lebih dr 200 jt jiwa & 600 etnis
Usaha utk membaur tp juga eksklusivme dan
primordialisme
Trauma thd Belanda & Pengaruh kebudayaan Barat di
daerah tertentu
Migrasi massal/spontan ke dlm kota: cenderung membaur
tp picu konflik
Pembagian kesemp kerja, modal yg tk adil shg picu
kecemburuan sosial
 KKN yg merajalela & Supremasi hukum bermasalah
IV. Masyarakat Indonesia: Konteks Agama

Konteks Pluralisme agama yang disertai:

 dengan cita-cita bertoleransi,

tetapi juga oleh suasana persaingan

dan kecurigaan serta kecendrungan dominasi


mayoritas terhadap minoritas
 KONTEKS KEMISKINAN
 kesenjangan ekonomi, mulai dari zaman
penajahan Belanda, pemerintahan Orde baru
sampai masa reformasi sekarang ini.
 Pengangguran dan kemiskinan bertambah
besar sementara itu orang kaya yang berkuasa
bertambah kaya dan bertambah berkuasa.
 Dlm kesenjangan ini korupsi dan kolusi ada
pada sisi dalam menjadi penyebab sentral.

IV. Masyarakat Indonesia: Konteks


Agama
 Ciri-ciri bersama dlm sikapi kehidupan serta
masalah2. Antara lain:
- manusia Indonesia, seperti umumnya di
Asia, menghayati dirinya tidak pertama-tama
sebagai individu, tetapi sebagai manusia yang
hidup dalam keterkaitan dan ketegantungan
kepada lingkungan masyarakat dan kosmis.
- manusia Indonesia, seperti umumnya di
Asia, memiliki rasa malu dan harga diri yang
tinggi.

IV. Masyarakat Indonesia: Konteks Agama


- manusia Indonesia, seperti umumnya di Asia menghadapi
masalah-masalah modernisasdi dan globalisasi. Kebudayaan dari
Negara yang kuat ekonomi dan teknologinya telah menyebar dan
menulari manusia Indonesia, sehingga kebudayaan Indonesia yang
lemah ekonomi dan teknologi menjadi terlindas oleh budaya global
yang berasal dari Negara kuat ekonomi dan teknologi
V. MODEL KONTEKSTUALISASI DALAM
AGAMA (INDIA, KOREA, AMERIKA LATIN,
INDONESIA, DLL)
1. Agama dan kontekstualisasi di India:
 Mengemukakan Teologi Dalit dan
Teologi Kemanusiaan.
 Teologi Dalit:
 Arti Dalit:
 Patah, tertindas dan diinjak-injak, tidak
jelas asal-usulnya shg anonym dan
tanpa kasta.
V. MODEL KONTEKSTUALISASI DALAM AGAMA
(INDIA, KOREA, AMERIKA LATIN, INDONESIA,
DLL
 Sitem kasta India: Membagi masyarakat India jd:
 Kaum Brahma yg dlm cerita penciptaan berasal dr mulut,
 Kesatria dr lengan,
 Vaisa dr paha,
 dan Sudra dari kaki.

 Dalit tp kasta. Kasta rendah, terutama Dalit jadi korban system


kasta. Teologia Dalit perjuangkan status manusia yg sama di
hadapan Tuhan.

 A.P.Normal, seorang teolog Dalit, selalu kedepankan bhw


Tuhan itu = Tuhan orang Dalit, peduli dgn yg miskin bahkan
berdosa.
V. MODEL KONTEKSTUALISASI DALAM AGAMA
(INDIA, KOREA, AMERIKA LATIN, INDONESIA,
DLL
 Teologi Kemanusian
 Kemanusiaan = pencaharian manusia bkn semata thd
kehidupan kekal tp masy dunia yg adil. Peduli konteks
masy India (kemiskinan, pluralism agama-mayor Hindu,
tp tk terlepas dr kebudayaaan Barat).
 Teologi ini berciri khas:
 orientasi masy, bawa manusia keluar dari kemiskinan,
hargai agama2 lain,
 gunakan pendekatan “way of life” dlm hub dgn agama
lain
 baharui kebudaayaan masy India, masy India modern tp
kasta, mis lakukan modernisasi, lwt kebudayaan Barat
2. Agama dan kontekstualisasi di Korea: Teologi Min Jung

 MinJung dari kata “min” (rakyat) dan “jung” (masa).


 Minjung = rakyat atau masy banyak yg tertindas

secara sosial ekonomi dan politik, yg memunculkan


han, rasa susah, tertekan, gusar, marah bercampur dgn
keinginan utk miliki masa depan yg lebih baik.
 Caranya dengan Dan, kepercayaan kpd Allah secara

pribadi dan praktekkannya bkn hanya lwt


penyembahan tpi kalahkan ketidak adilan ekonomi
dan politik dgn transformasi dunia.

V. Model Kontekstualisasi dalam Agama (India,


Korea, Amerika Latin, Indonesia, dll
 Min Jung berawal dari keberpihakan kpd masy
kecil khususnya buruh industri.

 Para penggerak (tokoh komunitas beragama) lgs


terjun jadi buruh, mrk betul2l paham akan
pengalaman ketertindasan mereka, berjuang
demi kepentingan pr buruh.

 Dlm periode berikutnya para tokoh komuntas


agama lakukan unjuk rasa, hadapi
penguasa/pejabat pemerintahan.

V. Model Kontekstualisasi dalam Agama


(India, Korea, Amerika Latin, Indonesia, dll
3. Amerika Latin: Teologi Pembebasan: Beberapa
Catatan (Prof.Dr.M. Suseno, sJ)
Teologi
 Pembebasan (TP) berkembang di Amerika Latin sejak akhir tahun
1960an.
TP = slh 1 refleksi2 di AL atas panggilan Gereja utk berada di pihak org2

kecil yg terbelenggu kemiskinan/ketergantungan (khusus dr tuan2 tanah
atau lgs dlm perbudakan. Pertama muncul sbg reaksi atas ancaman
komunisme. Gereja ihat kemisksinan rakyat jelata dipakai komunisme utk
cari penganut (hanya berhasil di Kuba). Gereja sadar bhw utk lawan ini,
sosial ekonomis rakyat perlu diperbaiki.

Refleksi
 yg dalam bahwa, Gereja hrs ada di sisi orang miskin, disadari
bhw pembatasan diri gereja pada ritus dan pelayanan pastoral, dlm
kenyataan berarti Gereja telah jamin struktur2 sosial yg miliki
kesenjangan yg sangat ekstrim.
•Amerika Latin: Teologi Pembebasan: Beberapa
Catatan (Prof.Dr.M. Suseno, sJ)

 Kekhasan TP =
 - Metode/sdt pandang sosiologis tertentu +
pendekatan kom beragama setempat.
 - ambil dari Marx perhatian pd struktur
menurut kelas2 sosial (analisa kelas yg
dipopulerkan Marx), dan dari Teori
Dependensi pand ttg mekanisme ekonomi
Internasional (lawan modal asing, AS, dll).
•Amerika Latin: Teologi Pembebasan: Beberapa
Catatan (Prof.Dr.M. Suseno, sJ)

 tk mau berbicara atas nama kom agama atau


“mengisi” kom itu dgn teori2 mereka, tp bantu
kom itu utk temukan sendiri bhw teologi itu
bebaskan, dan arti kebebasan itu dalam koteks
kom agama itu sendiri.
 tk anut Marxisme, tp lakukan analisa sosial,
yang menjadi prasayarat untuk mengerti
kehidupan masyarakat.
•Amerika Latin: Teologi Pembebasan: Beberapa
Catatan (Prof.Dr.M. Suseno, sJ)

Ada 4 perbedaan hakiki antara Teologi Pembebasan dan Marx:


Bagi Marxisme musuh kelas = musuh absolute yg harus
dihancurkan sedangkan TP pandang mrk sbg yg beruntung
dlm ketidakadilan yg perlu diselamatkan dr konsep, sikap &
tindakan yg salah, krn tk ada kebencian dlm TB
Bagi Marxisme pertentangan ant kelas2 tk dpt diperdamaikan,
diselesaikan hanya lewat revolusi; menurut TP tujuan usaha
pembebasan adalah kesepakatan keadilan antara kurban
ketidakadilan dengan para penguntung dari ketidakadilan.
Tidak perlu terjadi revolusi tetapi pertengan dicairkan.
AMERIKA LATIN: TEOLOGI PEMBEBASAN:
BEBERAPA CATATAN (PROF.DR.M. SUSENO, SJ)

 Marxisme setuju dengan kekerasan (revolusi)


sebagai alat pembebasan TP menolak hal ini,
pembebasan diperjuangkan lewat damai;
 Marxisme adalah doktrin/ideology yang dipikirkan
rinci oleh Marx/kaum marxis sehingga ideogi ini
harus diterima rakyat dan diterapkan dalam
perjuangan sosial, sehingga dalam perjuangan ini
harus ada pimpinan partai/pimpinan perjuangan;
TP bukan doktrin dan doktrinisasi, tp komunitas
agama sendiri yg refleksikan imannya sbg suatu
kekuatan pembebas dan temukan bgm
merealisasikan kebebasan, TP tidak kenal suatu
elit ideologis yang harus ditaati.
BEBERAPA CATATAN (PROF.DR.M. SUSENO, SJ)

 TP di AL tidak dapat langsung diterapkan di


Indonesia.
 May AL agraris dgn pola latifundia (tuan
tanah raksasa), Gereja Katolik merupakan
lembaga pemberi makna serta penjamin
norma2 moral, alami ketegangan dalam
hubungan dengan AS. Sementara itu di
Indonesia:
 tidak ada struktur kepemilikan tanah
latifundia,
 keberagamgan agama sangat kuat,
BEBERAPA CATATAN (PROF.DR.M. SUSENO, SJ)

 dan Gereja tidak memiliki tanggung jawab atas


ketidakadilan sosial selama 400 tahun seperti di AS,
 masyarakat Indonesia mempunyai budaya tolong
menolong dengan kesadaran bahwa orang yang
berhasil harus menolong memajukan lingkungannya,
dan ini dianggap nilai penting
 Di Indonesia TP dapat dijadikan sumber inspirasi,
tetapi harus mencari sendiri pola keterlibatan sosial
untuk memperjuangan keadilan sosial bagi
masyarakat yang tertindas dalam hal sosial
ekonomi, dan yang sesuai dengan konteks Indonesia
yang antara lain telah disebutkan di atas.
4. Indoneisia: Islam dan rekontekstualisasi
(Prof.Dr.Azyumardi Azra MA)
 Secara teologis/sosiologis para ulama (terutama
ulama independen bkn ulama pejabat) selalu
duduki tempat penting dlm kehidupan
muslimin krn :

 mrk tk saja tafsir Alquran/Hadits, tk sj


tentukan ritus2 keagamaan,

 tp ekspsresikannya scr politik dan intelektual,


teguh/waspada kritisi tindakan penguasa dan
masyarakat cf Islam (hl.155-168).
Indoneisia: Islam dan rekontekstualisasi
(Prof.Dr.Azyumardi Azra MA)

2
jenis sikap utama Islam/para ulama dlm sej Islam terhadap konteks
modernisasi.

yg paling umum: menolak sepenuhnya krn modernisasi, khususa yg


eksplisit westernisasi = ancaman thd posisi ulama, syariah dan institusi
Islam lainnya. Contohnya ulama Kairo di abad ke-14 tolak politik
peme Mamluk dlm hal pajak (dianggap tk sesuai Alquran). Penolakan
bisa terbuka/berbentuk pemberontakan (dianggap jihat), yg
kadangkala disertai kepicikan pandangan atau dukungan thd suatu
revolusi konstitusi yg diprakarsai oleh penguasa, mis revolusi Iran oleh
Ayotullah Komeni yg sarat dengan faktor politik dan ekonomi( hl.174).
Indoneisia: Islam dan rekontekstualisasi
(Prof.Dr.Azyumardi Azra MA)
 ygkedua = dukung tp hati-hati. Mis ulama
Maroko dan Irad di abad 19 dan 20 dukung
modernisasi yg tak sepenuhnya berbentuk
Eropah (dlm sistim mendidikan, peradilan dan
birokrasi), yg tak ganggu peluang para ulama
(mrk juga susun program utk tangkis
imperalisme kultural dan politik Eropah). Ada
ulama dukung amat setia, asosiasI kan diri dgn
penguasa, berikan legitimasi teologis pada
modernisasi, bahkan commited utk baharui
aspek tertentu dari ajaran dan insititusi Islam
(hl.169-182).
INDONEISIA: ISLAM DAN REKONTEKSTUALISASI
(PROF.DR.AZYUMARDI AZRA MA)
Jelang Millenium 3, Islam di Indonesia alami berbagai
perkembangan yg menarik: tk hanya dlm tingkat
pemikiran tp kelembagaan.
Contohnya lembaga pendidikan Islam alami
penyempurnaan (melalui UU no 2 th 1989), yg dari
tingkat dasar sp perguruan tinggi diakui secara legal
dan dibwh Dep P dan K yg bekerja sama dgn Dep
Agama Peningkatan masy Islam dlm pendidikan
membuat gol menengah Islam dpt lebih banyak
berpartisipasi dlm pemb nasional, menghidupkan
lembaga Islam, dan memajukan kegiatan zakat,
ibadah haji, umroh, dll.
INDONESIA: ISLAM DAN REKONTEKSTUALISASI
(PROF.DR.AZYUMARDI AZRA MA

Sikap para ulama Islam, yg dukung modernisasi dan program


pemerintah tp berhati-hati perlu diteladani
Dianjurkan utk pelajari khusus sikap para ulama Islam dlm
sejarah Islam yg committed utk perbaharui aspek tertentu
dari ajaran Islam (tentunya dengan pembatasan) guna
modernisasi dan ambil manfaat darinya (hl.183-193)
Dlm buku ini ini disebut "rekonstekstualisasi" agama dalam
buku ini
INDONEISIA: ISLAM DAN REKONTEKSTUALISASI
(PROF.DR.AZYUMARDI AZRA MA

 Sikap ideal Islam adalah


"rekontekstualisasi" ajaran2 Islam, an. lain:
 bangun sistem nilai-nilai etos dan disiplin
Islam yg mampu membentengi golongan
muda,
 benahi kwalitas sumber daya manusia,
 tingkatkan komunikasi dengan penganut
agama lain, baik secara internal maupun
eksternal (195-218).
DAFTAR PUSTAKA

 Azyumardi Azra. 1999. Konteks Berteologi di


Indonesia, Pengalaman Islam, Jakarta, Penerbit
Parama Dina (hl 120-218)
 Choan Seng Song. 1982. The Compasionate God, An
Exerce in the Theologyof Transposition, London, SCM
Press (hl.3-20)
 Choan Seng Song, 1993. Sebutkanlah Nama-Nama Kami.
Teologi Cerita dari Perspektif Asia, terj. Ny.Yohanna
sidarta, Jakarta, BPK Gunung Mulia (hl. 47-74)
 Hendrikus, Dori Wuwur. 2002. “Kontekstualisasi sabda
dan Transformasi Masyarakat”, dalam Kontekstualisasi
Sabda dan Transformasi Masyarakat, Maumere,
Penerbit Ledalero (hl.1-8)
DAFTAR PUSTAKA

 Hendrikus, Dori Wuwur. 2002. “Peranan Agama-Agama


dalam Menata Masyarakat Baru-Implikasi Pemikiran
HansKung dalam Konteks Indonesia”, dalam
Kontekstualisasi Sabda dan Transformasi Masyarakat,
Maumere, Penerbit Ledalero (hl.107-126)
 Hesselgrave, J. 2009. Kontekstualisasi, Makna,
Metode dan Model, ter.Stephen Suleman, Jakarta,
BPK Gunung Mulia (hl.47-59)
 Schreiter, Robert J.1991. Rancang Bangun Teologi
Lokal, terj.Stepen Suleman, Jakarta, BPK Gunung
Mulia (hl.64-82)
 Weber, Max. 2002, Sosiologi Agama, terj.Muhammad
Yamin, Yogyakarta, IRCiSoD (hl.7-21)
C. AGAMA, SEKTE/ALIRAN DAN DENOMINASI
(“Etnisitas Dlm Agama”) dan Fenomena Sosial

1. Sekte,Aliran dan Denominasi


(”Etnisitas”) dalam Agama
2 Fundamentalisme
 Fundamentalisme dlm Kekeristenan
 Fundamentalisme dlm Islam
 Komunitas Syiah di Sumatera Utara
 Islam Liberal
1. Sekte/Aliran dan denominasi dalam Agama

 “sekte”, aliran khusus yg beda dgn umum, kadang2


diberi label “fundamentalis”, “bidat” ( “sesat”-
ajaran menyimpang dari standard).
 Kom Islam dasarkan pelabelan “sesat” pada:
 - QS Yunus 32 (“… setiap yg diluar kebenaran =
sesat).
 - Hadits nabi ttg 72 golongan dlm At Tirmidzi:
“Siapakah dia (gol yg selamat dr neraka itu) wahai
Rasulullah?” Beliau menjawab (Mrk yg ikuti apa)
yg aku dan sahabatku berada di atasnya
1. Sekte/Aliran dan denominasi dalam
Agama

Troeltsch:
Sekte = milik “kelas-kelas rendahan”, karena itu tk perlu

terkait dgn pemikiran umum; tk miliki teologi yg
mendasar/mendalam, hanya punya etika yg keras, mythos yg
hidup, dan harapan besar untuk masa depan.

Hsl
 Kajian Niebuhr thp agama di USA: sekte memiliki corak
khusus sbb:

terbentuk
 sukarela,biasa dilahirkan sbg protes thd
keduniawiaan yg dialami agama2
1. SEKTE/ALIRAN DAN
DENOMINASI DALAM AGAMA

- terdiri dr penganut agama yg keras, terbatas pada kel2 kecil,


terpisah dr aliran utama agama/mainstream, bahkan bisa jadi radikal
musuhi dunia, shg seringkali bersifat/bersikap terselubung.
- menonjol dlm esense tertentu agama, mis ajarkan moralitas seks
sbg ttk balik thd pemuasan nafsu duniawi, kerja keras dan disiplin,
rasa persaudaraan yg kuat thd anggota, shg terikat satu dgn yang lain.
- bisa mati atau berobah jadi denominasi, kel yg tk lg begitu bertent
dgn masy umumnya, toleran, diterima kel2 keagamaan lainnya.
- perobahan bs sgt cepat, mis di USA (krn tk adanya suatu tknan
utk tindakan kekerasaan), contoh dr Niebhur = kebangunan
Methodisme menjadi Gereja Methodist (denominasi) yg mapan.
1. SEKTE/ALIRAN DAN
DENOMINASI DALAM AGAMA

Historis Islam, sekte/aliran sesat muncul sejak wafatnya Muhammad. Muncul


aneka golongan seperti Khawarij, Muta’jilah, Syi’ah, dll. Golongan/Perpecahan
berkaitan dgn perebutan kedudukan politis (kepala Negara).

Masalah politis menjadi masalah teologis. Khawarij anggap keempat sahabat


nabi kafir, zalim atau murtad. Kemudian gol Khawarij dianggap sesat krn lawan
penguasa. Aliran Syi’ah dianggap sesat krn berasal dari kel masy yg dukung Ali
jadi pemimpin politis gantikan Muhammad.

Siti Jenar dianggap sesat krn pikiran2nya berbeda dengan Wali Songo
(mainstream pada zamannya).
Mui telah keluarkan fatwa sesat pada 9 aliran, antara lain Islam Jamaah,
Ahmadiyah, Inkar Sunah, Qur’an Suci, Sholat dua Bahasa, dan Lia Eden .
1. SEKTE/ALIRAN DAN DENOMINASI DALAM
AGAMA
 Verkuil masukan Bala Keselamatan, Adventis,
Saksi Yehova dan Mormonisme, Children of God,
bahkan Gereja Roma Katolik kepada kelompok
“bidat” (sesat).
 Yan Aritonong daftarkan pd arus utama/
mainstream aliran2/denominasi/gereja2 yg
setia pd garis ajaran bapa2 Reformasi (Luther,
Calvin, dkk). Yg lain disebut “arus sampingan”
atau sekte seperti Aliran Pentakostal, Gerakan
Kharismatik, Aliran Injili; tp Bala Keselamatan,
Adventis, Saksi Yehova dan Mormonisme,
Children of God, apalagi gereja Roma Katolik tk
lg disebut “bidat” (sesat)
1. SEKTE/ALIRAN DAN DENOMINASI DALAM AGAMA

 Persoalan! Tolak ukurnya? Yg berhak? Yg beda dengan yg


orthodox/mainstream? Diwakili MUI, Majelis Tarjih,
Syuriah NU, PGI, PII, Mawi, dll). PGI tk labelkan sesat, tp
gereja/denominasi tertentu labelkan sesat. Beberapa
penulis sebut “arus sampingan”

 Beberapa teolog Islam pun tk setuju dgn pelabelan sesat


ini. Dikemukakan: pelabelan sesat ini berlanjut dlm
sepanjang sejarah dan datangkan sejumlah aksi2
kekerasan di tanah air, terjadi amuk masa ditujukan pd
pemimpin/pengikutnya, rumah, rumah ibadah, bangunan
sekolah dibakar, mendatangkan korban, bertentangan
dengan missi Islam, agama pembawa kedamaian,
1. SEKTE/ALIRAN DAN DENOMINASI DALAM AGAMA

Muhammad tk pernah berikan label sesat pada siapapun, ia


doakan agar penentangnya diberi hidayah. Al-Baqarah ayat
256: tk ada paksaan untuk masuki agama Islam. Tindak
memaksa dilarang dalam agama Islam.

Sejata fatwa saja, misalnya seperti yang dikeluarkan MUI (aliran


mainstseam), bahkan tangan Kejaksaan Agung, tidak cukup
untuk bungkam yg diberi label sesat untuk jangka waktu
panjang, karena bagi penganutnya menderita bagi apa yang
dianggsp sesat adalah jihat.
1. SEKTE/ALIRAN DAN DENOMINASI DALAM AGAMA

Yang dibutuhkan adalah:


- rumah atau payung yang lebih luas yang bisa
menaungi semua sebagai anggota keluarga.
- Instrospeksi diri (dilakukan mainstream)
dalam hal-hal tertentu
- Mengintendifkan dialog bukan dengan
kekerasaan atau memakai tangan kekuasaan
2. Fundamentalisme
2.1. Fundamentalisme dalam Gereja

Muncul di abad 19/20 di Amerika Serikat, didesak


oleh teori evolusi Darwin.
Garis2 perjuangannya sbb:
Alkitab dipakai utk tentang ratio manusia dan
i. pengetahuan
Alkitab dilindungi dari penelitian ilmiah kritik
historis dgn gunakan pendekatan harfiah atas
inspirasi Alkitab.
2. Fundamentalisme
ia muncul sbg:
reaksi thd keadaan gereja (mainstream) yg tk lagi
tunjukkan kekuatan iman Kristen dlm hadapi
dunia.
bermaksud bentengi “iman Kristen” yg kukuhkan
pokok2 ajaran Kristen dan kehidupan Kristen dr
masy sekuler.
dibangun bkn lwt dialog tp perlawanan
militant,klim dirinya dan kebenarannya = absolut.
 “commitment” thd yg dianggap kebenaran absolut.
2. FUNDAMENTALISME

Ciri khas Fundamentalis Kristen yg kontemporer di


Indonesia:
• Melakukan kegiatan2 spektakuler (KKR dgn
penyembuhan dan muzijat, Seminar Penggalangan
Dana dan Poster besar2an, “rohanisasi secara baru”,
anggap segala masalah real dalam ekonomi, politik,
kesehatan sdh hilang – ciri khas gerakan kharismatik)
2. FUNDAMENTALISME

• Merupakan kel 2 militant, pandangan, perjuangan yg


fanatisme diri yg sgt militant secara laten atau terbuka
tentang gereja, bentuk lembaga2 yg dianggap lebih injili
dan Alkitabiah, merekrut orang dari gereja mainstream,
kemudian membentuk gereja atau denominasi yang baru;

• Polemik2 doktrinal; warga gereja mainstream


diindoktrinasi dgn pertanyakan bahkan bantah pelbagai
pengajaran gereja mainstream (dianggap ada panggilan
utk gempur gereja mainstream dgn militant.
2. Fundamentalisme

2.1. Fundamentalisme Islam


 Runtuhnya Komunisme di abad 20 tk saja
datangkan dampak positif tp negative, ant lain
pand dunia Barat yg negative thd Islam. Istilah
Fundamentalisme Islam mulai popular sejak :
 revolusi Islam Iran di thn1979 dlm lawan USA
(disebut The Great Satan),
 digeneralisasi juga untuk Kebangkitan Islam
2. Fundamentalisme

 yg
berpegang scr fundamental thd Alquran
dan Hadis (disebut Ushuliyyun di kal Islam).

 Umumnya disebut pemerintah sbg “ekstrim


kanan”, dan dituduh ingin ganti “Negara
Pancalisa” menjadi “Negara Islam”
2. FUNDAMENTALISME

Azyumardi Azra bagi gerakan fundamentalis


Islam menjadi:
- fundamentalisme Islam pra modern (muncul
karena situasi dan kondisi tertentu di kalangan
Islam sendiri)
- fundamentalisme Islam kontemporer (Neo
fundamentalism; sbg reaksi thd penetrasi system
nilai social, budaya politik dan ekonomi Barat.).
2. FUNDAMENTALISME

Beberapa ciri-ciri Fundamentalisme Islam :


- - Dlm masalah politik, partai2 yg bercorak fundamentalisme
Islam lebih tekankan, attribute/symbol khusus seperti “
Negara Islam” atau “Islam dijadikan falsafah Negara”

- Dlm dimensi pendidikan, enggan berkompromi dgn warisan


kolonial, lakukan perubahan yang radikal dlm kurikulum, satukan
pend agama dgn pend umum, cendrung batasi gerakan wanita,
krn kedudukan/derajat (marwahnya) perempuan dlm Quran &
Hadist. Krn itu perlu dilindungi dr hal2 tertrntu.
2. Fundamentalisme

Dlm penaf Quran dan Hadits, cenderung bersikap


rigid, literalis dan hendaki agar ajaran itu pengaruhi
seluruh aspek kehidupan, krn anggap zaman awal
Islam itu mengikat scr keseluruhan, bukan hanya
pada prinsip2yg ada di sana.
Dlm sikapi pluralism, bersikap negative dan pessimis,
yg tk amalkan Islam khususnya masya Barat dianggap
jahiliah, perlu ditentang dgn jalan revolusi.
Dlm fisik, biasanya berjenggot tebal, panjang,
berjubah dan berserban serta berzikir.
2. Fundamentalisme

Di Indonesia Fundamentalisne Islam dikenali antara


lain lewat FPI, Ikhwanul Muslimin, Hizbuttahir,
Laskar Jihat, Taliban, JI, NII, Alkaidah, dlll.
Seperti dlm beberapa Negara yg jadi basis
Fundamentalisme Islam (Iran dan Lybia), di
Indonesia juga Fundalentalisme Islam identik dgn
pemimpin yg berkharisma tinggi. Mis Panglima
Lasykar Jihad Ja’far Umar Thalib, pimpinan Al-
Ikhwan Al-Muslimun di Indonesia, Syaik Habib Al
Habsyi, Habib Riziek dari FPI, dll.
2. Fundamentalisme

Fundamentalisme Islam yang diharapkan di


Indonesia:
◦ bukan yg radikal, militant/ekstrim seperti
prediksi Barat ttg Islam (kedepankan kekerasan
utk capai tujuan)
◦ tp yg moderat atau kontemporer, yg sesuaikan
diri dgn tradisi, kultur, dan budaya politik masy
Indonesia.
◦ dpt bangun sekolah, rumah sakit, partai politik,
lembaga ekonomi sendiri (sbg gerakan yg
tekankan ideologinya sendiri).
2. Fundamentalisme

◦ tunjukkan langkah2 yg benar dlm bawa cita2


Islam, seperti tempuh jalur2 konsitusional,
gunakan cara-cara damai, dsbnya

 Gerakan ini akan hapus anggapan bahwa


Fundamentalisme Islam identic dengan
terorisme dan hasilkan perkembangan yg
signifikan
2.3 KOMUNITAS SYI’AH DI SUMATRA UTARA

Syi’ah = kom penting Islam kom formal Sunni


yg telah mapan.
Diduga sdh ada sejak Islam masuk ke
Indonesia.
Di Sumut mulai alami perkemb sjk thn 90an
(lembaga2 Syi’ah mis Yayasan Abi Thalib)
2.3 KOMUNITAS SYI’AH DI SUMATRA UTARA

Kekhasan Syi’ah
- peduli akan science, penyebaran lwt jalur
rational dan intelektual,

- militan dan konsitan akan tradisi dan


budayanya meskipun berhadapan dengan
tekanan arus globalidasi
2.3 Komunitas Syi’ah di Sumatra Utara

 Syi’ah dlm perkembangannya hadapi aneka tantangan:


 Fanatisme mazhab; komunitas masy Ind, khusus Sumut
sangat beragam (mis.paham keagamaan); yg terbesar = Al-
wasliyah (terikat pd mazhab Syafi’i), Muhammadiah, NU,
Ittidiyah, dll. Mrk tk mau terima bahkan anggap aliran baru
tk tepat (sesat) krn aliran mereka final.
 Sikap masy yg juga cendrung utk tk mau belajar hal2 baru,
tp antipasti, bahkan tuduh sesat.
 Sikap ini diperkuat oleh fatwa2 MUI (mis thd munculnya
aliran baru pimp Lia Aminudin atau tarekat yang muncul di
Marelan)
2.3 Komunitas Syi’ah di Sumatra Utara

dan dakwah yg bersifat monolitik buttom pd thp tertentu


cenderung kedepankan emosi ketimbang daya intelek (juga
warnai sebgn akademisi Islam, misal dlm responi pikiran2
segar Jaringan Islam Liberal, dicap liberal).
Cara tradisionalis terutama dlm berteologi. Fenomena ini
sangat bertentangan dengan mazhab Syi’ah yang rationalis,
sehingga pendukung mazhab ini umumnya dari kalangan
akademisi.
Keterbelakangan, kebodohan dan kemiskinan, yg warnai
masy khususnya di Sumut shg cendrung utk tak pahami scr
rasionil, pasrah thd yg menimpanya
2.3 Komunitas Syi’ah di Sumatra Utara

Punya peluang untuk tumbuh dan berkembang.


 salah satu kom islam, yg punya persamaan dgn kom Islam

lainnya, mis tradisi umat Islam yg agungkan nabi


Muhammad dan keturunannya yg dituangkan dalam
berbagai bentuk, dan tradisi ini sudah berjalan lama.
 banyaknya orang Syi’ah yg jadi ulama dan tokoh Islam yg

warnai Islam (Ayatullah Khomeni, Asgar Ali Angginer, dll);


Negara Irak dan Iran anut aliran ini, khususnya Iran
tangguh hadapi tekanan Barat dan Israe;
 sebagian tradisi Syi’ah sudah keburu populer khususnya di

Sumatera seperti ziarah ke kubur, buat kubah di kuburan,


tahlilan pada hari 1, 3, 7 dan ke 40 setelah kematian
seseorang, dll.
2.4. Islam Liberal

 Istilah“Liberal” popular dlm kom Islam sejak


Gagasan Islam Liberal di Indonesia karya Breg
Barton (1999) dan Wacana Islam Liberal karya
Charles Kurzman (2001).
 “liberal” dlm buku tsb = pembebasan dari
keterbelakangan, pemboohan dan kemiskinan,
belakangan sekuler, murtad (dlm kanotasi
negative).
2.4. Islam Liberal

 Latar belakang munculnya Islam Liberal


 Gagasan2 liberal diawali semangat pembelaan thd
Islam yg diberi Barat citra negative mis Islam identik
dgn kekerasan, kezaliman, keradikalan, terror, dll.
Islam bkn demikian (ada kel islam lakukan kekerasan
dgn atas namakan Islam). Mrk juga:
 lakukan oposisi thd rezim2 yang otoriter agar menjadi
pemerintahan yang demokratis;
 lakukan pembelaan thd kebebasan komunitas Islam di
dalam berpikir, perjuaangan keadilan gender bagi wanita.
2.4. Islam Liberal

 Di dlm Islam sendiri ada kel Islam yg usahakan


perubahan2 yg akan bawa Islam ke arah positif,
bahkan Muhammadiyah LIBERAL; dianggap slh
1 institusi basis yg liberal.

 Islam liberal berbada posisi yg berbeda dgn


Islam adat (customary law) dan Islam revivalis
atau yang biasa dikenal Islam fundamentalis.
Islam liberal anggap keduanya sbg
“keterbelakangan” yg halangi Islam nikmati
buah modenitas dan kemajuan
2.4. Islam Liberal

3 unsur kerangka berpikir Islam liberal:

 Syariah itu sendiri bersifat liberal pada dirinya


sendiri, mis kebijakan nabi dalam
memerintah Negara Madinah yg jamin hak2
non muslim = bukti bhw syariah pecahkan
masalah2 kontemporer secara liberal
2.4. Islam Liberal

Syariah diam, yg tk disebutkan dlm Alquran atau


belum pernah dipraktekan dlm sejarah Islam,
berarti dibolehkan

Syariah yg ditafsirkan, dgn pandangan bhw syariah


itu ditengahi oleh penaf manusia, dlm tradisi Islam
liberal keanekaragaman penaf = salah 1 ciri dari
tradisi Islam. Bila hanya ada 1 jenis pemikiran
berarti Islam telah kehilangan pemikiran yg kreatif
dan sedang memasuki periode stagnasi.
DAFTAR PUSTAKA
Aritonang, Jan. 1995. Berbagai Aliran di dalam dan
Sekitar Gereja, Jakarta, BPK Gunung Mulia (11-21)
Barr, James.1997. Fundamentalisme, terj Stephen
Suleman, Jakarta, BPK Gunung Mulia (26-80)
Katimin. 2010. Politik Masyarakat Pluralis-Menuju
Tatanan Masyarakat Berkeadilan dan Berperadaban,
Bandung, Citra Pustaka (101-124)
Schreiter, Robert J.1991. Rancang Bangun Teologi
Lokal, terj. Stepen Suleman, Jakarta, BPK Gunung
Mulia (141-181)
DAFTAR PUSTAKA
Weber, Max. 2002, Sosiologi Agama, terj.Muhammad
Yamin, Yogyakarta, IRCiSoD (117-138)
Scharff, Betty R. 2004. ”Agama, Sekte dan Denominasi”
dalam Sosiologi Agama. Jakarta, Kencana (140-173)
Ong Ho Kam, 1994, “ Agama dan Tantangan
Kebudayaan”, dlm Kebudayaan dan Masyarakat. Jakarta,
Lit Bang PGI (93-99)
Azra, Azyumardi. 1996, Pergerakan Politik Islam &
Fundamentalisme dan Modernisme hingga Post
Modernisme. Jakarta, Paramadina (110-111)
D. KONFLIK DAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

1. KONFLIK (ETNISITAS DALAM AGAMA-AGAMA)

Konflik antar agama berdimensi sosial, khususya Islam vis a


vis Kristen, timbulkan dampak negative bagi harmonisasi
hubungan sosial dlm masyarakat. Konflik seperti ini berkemb
terutama di daerah2 yg punya keseimbangan pemeluk agama,
mis Ambon dan Mataram.

Konflik ini sering disebabkan aneka faktor eksternal, tk


semata produk masy lokal, tp didorong kel luar seperti
provokator, konflik elite, pengaruh informasi global (media
massa dan penyebaran2 issue), maupun pihak2 luar yg
berkepent utk kacaukann kondisi sosial, politik, ekonomi di
tingkat nasional/lokal.
D. KONFLIK DAN KERUKUNAN UMAT
BERAGAMA
 Konflik di Indonesia dan Proses Marginalisasi.
Konflik terjadi sbg akibat dari struktur social yg tk
seimbang, kel pemilik modal (elit ekonomi bersama
elit politik) lakukan eksploitasi thp kelas bwh/pekerja,
mis penguasaha pribumi; perekrutan tenaga kerja di
sektor pemerintah dan swasta thd masy pribumi;
penduduk pendatang thd pribumi suatu kota; dll

 Konflik ditentukan bangunan nilai dan


penggunaan symbol yg berbeda antar kelompok di
atas, mis budaya, khususnya agama, shg timbulkan
penafsiran dan rasa yg beda utk dihargai dan
menghargai;
D. KONFLIK DAN KERUKUNAN UMAT
BERAGAMA

 Konflik agama komoditas laku utk


dieksploitasi demi kepent tertentu, mis
politik pecah belah utk kuasai/eksploitasi
daerah tertentu, biasanya yg masih
primordial,

 Konflik bisa dipendam selama kel bawah


msh miliki kesadaran palsu atau hegemoni
kekuasaan bkn kesadaran kritis, mis pada
masa Soeharto di Era Orde Baru.
D. KONFLIK DAN KERUKUNAN UMAT
BERAGAMA
1.2. Konflik dan Perubahan Sosial

 Konflik dgn kekerasan, tk perlukan pembenaran moral, krn di kal


tertentu jadi ideology dan gaya hidup
 Konlik seperti ini bermanfaat utk perub sosial yg relative cepat dan

kadangkala radikal. Konflik dengankekerasan berhasil hadirkan


perub social;
 bila kekerasan itu berasal dari keyakinan, kekuatan dan
ktksabaran pelakunya dlm menunggu perub;
 krn kekerasan dpt timbulkan ketakutan dan ancaman, yg
selanjutnya dpt rangsang perub.
 krn kekerasan juga bisa tingkatkan solidaritas internal yg lebih
memperkuat kekerasan.
D. KONFLIK DAN KERUKUNAN UMAT
BERAGAMA

1.3. Konflik dan Gerakan Sosial Massa


 Konflik dipengaruhi peran aktor2 dlm organisasi yg
didukung oleh ideologi dan kepent tertentu (mis
perebutan status, kuasa dan materi),
 biasanya bila tk mampu ikuti aturan main formal,
gunakan cara illegal, ant lain kekerasan masal sbg
perlawanan.
 Ciri khas gerakan sosial/massa yg penting = penularan
yg cepat, seolah-olah terjadi proses hipnotis shg
identitas pribadi hilang diganti dgn identitas massal.
D. KONFLIK DAN KERUKUNAN UMAT
BERAGAMA

 Gerakan sosial massa ditentukan beberapa factor seperti:


 daya dukung structural (structural condusiveness) seperti lingkungan
tertentu yg potential utk gerakan massa yg spontan dan
berkesinambungan, mis linkungan mahasiswa atau buruh;
 adanya tekanan stuktural yg buat orang ingin lepas dari
penderitaan;
 penyebaran informasi yg dipercayai masyarakat;
 faktor yg bisa pancing tindakan masa, krn emosi yg tak terkendali,
mis adanya rumor atau issue yg bangkitkan kesadaran kolektif untuk
melawan;
 upaya mobilisasi org2 utk lakukan tindakan yg telah direncanakan
D. KONFLIK DAN KERUKUNAN UMAT
BERAGAMA

 Pola2 di atas signifikan terjadi di daerah yg


diteliti.
 Mis pada 17 Janwari 2000, pola konflik atas
dasar agama, Islam vis a vis Kristen di
Mataram. Acara tablig akbar untuk solidaritas ,
berubah jadi kerusuhan berdimensi agama.
Akibatnya beberapa gereja, rumah, toko dan
mobil dibakar, org2 kehilangan nyawa, dan
kemudian kerusuhan ini menyebar ke Lombok
dan ke kawawan wisata Senggigi.
D. KONFLIK DAN KERUKUNAN UMAT
BERAGAMA

 Hasil analisis perlihatkan bahwa faktor2


politik, ekonomi, sosial budaya menjadi
penyebab terjadinya kerusuhan di Mataram
dan sekitarnya.
 Dan juga terdeteksi terlibatnya beberapa tokoh
yang dianggap sebagai provokator baik dari
Mataram maupun dari Jakarta.
D. KONFLIK DAN KERUKUNAN UMAT
BERAGAMA

 Pada 30 Nov 1998 terjadi kerusuhan di


Kupang/NTT. Kerusuhan dilator belakangi
oleh masalah pergeseran ekonomi dari pend
lokal ke pendatang. Agama dan politik dlm
kerusuhan ini hanya alat utk percepat dan
perluas skala dan wilayah kerusuhan.
D. KONFLIK DAN KERUKUNAN UMAT
BERAGAMA

 Selain itu kajian ini, perlihatkan bhw


 sejarah social NTT dan Kupang sarat dengan
konflik dan rivalitas berbungkus etnis, suku,
agama dan golongan.
 masalah lain = terbukanya konflik SARA di
tingkat nasional seperti kasus kerusuhan di
Ketapang, maupun tempat lainnya.
 masalah social, kriminilitas, dan pengangguran
ikut pula mempengaruhi terjadinya kerusuhan.
 faktor pemicu dan penyulut = aksi
perkabungan dan konflik yang terjadi di Ketapang
D. KONFLIK DAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA
2. Kerukunan

 Mengapa Kita Butuh akan Kerukunan

 Kondisi objektif: Dlm Masy Indonesia hadir


dan hidup agama-agama, selalu bertemu dan
bergaul yg berbeda-beda keyakinan agamanya.
Beberapa pemikiran ttg bgm masy yg berbeda-
beda agama utk membangun bersama-sama.
D. KONFLIK DAN KERUKUNAN UMAT
BERAGAMA
Posisiagama-2 dlm Konstitusi Indonesia
Agama2 memiliki posisi penting dlm konstitusi Negara Indonesia:
Pancasila dan Pedoman, Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
Sila 1 dari Pancasila yang menjadi dasar Negara RI: posisi
agama2 sangat legitim, dan bhw Negara Indonesia bkn Negara
Agama tp juga bkn Negara sekuler.
Dokumen P4: Dengan Sila 1 Pancasila bgs Indonesia percaya
dan bertaqwa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing2,
dan bahwa dlm kehidupan bermasy harus dikembangkan sikap
hormat-menghormati dan bekerja sama.
D. KONFLIK DAN KERUKUNAN UMAT
BERAGAMA

◦ UUD 45:29.1-2: hub dlm keanekaragaman


agama, jaminan/kebebasan utk anut dan
laksanak an ibadah (dgn fasilitas yg
dibutuhkan utk ibadah),
◦ yg bila dibandingkan dengan UUD 18,
termasuk kebebasan utk bertukar agama.
D. KONFLIK DAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA
2. KERUKUNAN
Kerukunan Antar Umat Beragama: Satu-satunya
pilihan
 Agama2 di Indonesia ada dlm Era Millenium yg
kompleks, yang tidak mungkin dihadapi secara
sendiri2, partial dan temporer. Agama-agama
dipanggil untuk:
◦ bersama letakkan landasar moral, etik dan spiritual yang
kokoh bagi pemb nasional.
◦ konsolidasikan diri, haharui dan bangun kebersamaan yang
solid.
◦ sikap eksklusif dan introvert harus ditanggalkan. Sikap
concern dan kepeduliaan social perlu ditumbuhkan sebagai
respons thd kasih Allah
D. KONFLIK DAN KERUKUNAN UMAT
BERAGAMA
Kerukunan yg diharapkan = kerukunan otentik dan
dinamis.
 Kerukunan otentik tk terjadi semata-mata krn

alasan2 teknis/praktis (alasan ekonomis dan


politis) tp
◦ dari hati yg tulus,
◦ refleksi keyakinan iman , aktualisasi ajaran agama yg
teologis, yg walaupun beda tk disikapi sbg musuh tp
saudara yg hidup dan bekerja utk kebaikan bersama.
◦ Ini tk mudah.
D. KONFLIK DAN KERUKUNAN UMAT
BERAGAMA

Kerukunan dinamis tdk sekedar kesediaan saling


menerima dan sapa, tp didorong oleh kesadaran bhw;
- walau beda, semua kom agama punya 1 tugas yg
sama,
- yaitu usahakan kesejah lahir dan batin sebesar-
besarnya bagi semua orang dan golongan,
- krn itu harus bekerja sama, bukan hanya sama2
bekerja.
D. KONFLIK DAN KERUKUNAN UMAT
BERAGAMA

 Pemikiran Hans Kung ttg Etos Global

 Indonesia = Negara di dunia yg di dlmnya terdpt


agama2 besar (Hindu, Budha, Kristen: Katolik dan
Protestan dan Islam), atas dsr Pancasila yg
dicanangkan Soekarno. Pertanyaan: entahkah
agama2 itu hidup:
 neben sinader (di samping yang lain)
 atau mit und fur eimander ( bersama dan demi yang
lain)?
D. KONFLIK DAN KERUKUNAN UMAT
BERAGAMA

 Pemikiran Hans Kung, teolog kontraversial dari


Swiss mengenai woltethos (etos global) dalam
bukunya Projekt Walt Ethos:
 acuan dlm rumuskan peran agama2 besar di Ind
utk tata satu kehidupan bersama satu secara damai,
yg bkn hanya “di samping yg lain”, tp ”bersama
dan demi yg lain”.
D. KONFLIK DAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

 Negara Indonsesia butuh:


- 1 ethos nasional yg dikaji oleh agama2 dan
diramu dari ajaran etis agama2 tsb utk masy baru yg
miliki:
- kebebasan serentak juga keadilan,
- kesamaan serentak juga pluralitas,
- persaudaraan serentak juga persaudarian yang
bersifat partnership,
- koensistensi serentak juga damai.
D. KONFLIK DAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

 Hal lain yg dapat dilakukan

 Pengembangan sikap kekeluargaan, respek dan obyektif


 Peningkatan kesadaran bhw bangsa ini = satu keluarga besar
dengan kepelbagaian latar belakang yang ada (suku, agama,
golongan dan ras, dll)
 Pemantapan wawasan spiritual & wawasan kebangsaan yg
akan hindarkan seseorang dari fanatisme keagamaan
 Penggunan media massa (cetak dan elektronik) sbg sarana
pembinaan umat,
 Keduanya = alat ampuh utk bentuk sikap manusia yg positif
atau negative, termasuk sikap yg respek thd agama yang
berbeda.
D. KONFLIK DAN KERUKUNAN UMAT
BERAGAMA

Kerukunan Umat Beragama Versi Islam


Islam = agama yg sangat tekankan pentingnya
kerukunan.
Anjuran kerukunan Islam dpt dipelajari dari:
- sejumlah ayat Alquran yang menyinggung masalah
kerukunan, ant lain surat Al-Kafirun 1-6; Q.S.Al-
Hujarat 13; Q.S.Almaidah 48; Q.S.Al-An’am 108
- beberapa aspek historis yg hiasi kesejarahan Islam
(Masa Nabi Muhammad bersikap baik tdp org Jahudi
yang menentangkanya, masa Kerajaan Otoman,
diresmikannya undang2 yg melindungi hak non
Muslim)
D. KONFLIK DAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA
Menurut Agama Kristen
1. Penciptaan, Pemeliharaan, PenguasaanNya

 Penciptaan dan pemeliharaanNya atas seluruh


manusia (Kej.1-3)
 Penguasaan dijalankanNya atas manusia melalui
tata tertib ilahi yang tertanam dalam alam semesta.
Amat kental pengajaran dalam Alkitab tentang
berkatNya yang diberikan bagi yang menaati tata
tertib tersebut dan hukuman bagi yang tidak taat
(Kej.4 s/d 11)
D. KONFLIK DAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA hl.2

2. Agama2 kandung tata tertib ilahi


 Sastra Hikmat (Amsal, Ayub dan Pengkhotbah) =

materi pend bgs Israel, berisi aturan umum utk hidup


sehari-hari, didasarkan pd tata tertib ilahi, mis
- aturan alam lwt observasi tingkah laku semut
(Ams.6:6),
- aturan sosial ttg “persetujuan dgn org lain”
(Ams.6:1-5),
- aturan politis ttg “sikap raja thd bawahannya”
(Ams.14:35),
- aturan ekonomis ttg “penggunaan uang dan harta
yg tk pada tempatnya” (Ams.19:10a)
D. KONFLIK DAN KERUKUNAN UMAT
BERAGAMA hl.4

 Yg pelajari tata tertib ilahi ini dan lakukannya


menerima kebaikan dlm hidupnya tp yg tk
patuhi akan alami malapetaka.
 Tata tertib ilahi ini = media pernyataan Allah

diberikanNya kpd semua manusia tp bedakan


suku-bangsa atau agama.
 Tata tertib ilahi ini dikenal banyak suku bgs

kuno di dunia. Di Mesir, Mesopotamia tata


tertib ini diberi nama Maat, Mea (dlm lit
Hikmat mrk) dan Tsaddiq di Israel.
D. KONFLIK DAN KERUKUNAN UMAT
BERAGAMA hl.5

 Tata tertib ini juga dikenal di Afrika dan Asia pd


masa modern ini. mis dlm suku Batak lewat
aturan adat.
 Tata tertib ini tk hanya ada dlm materi
pendidikan atau aturan2 sosial-ekonomi-politik
tp juga pengaruhi Kitab Suci agama2 ttg
aturan2 bagi kehidupan sehari-hari .
 Jadi semua agama miliki aturan2 umum yg baik
dan berguna untuk atur kehidupan sehari-hari
shg bisa capai kesuksesan hidup.
D. KONFLIK DAN KERUKUNAN UMAT
BERAGAMA hl.3

 Materi pend ini tk dpt dipisahkan dr agama krn ada dlm


Kitab Suci & melaluinya keh Allah ttg kehid sehari-hari
dikenali.
 Materi pend ini = aturan umum yg didasarkan kpd tata
tertib ilahi.
 Tata tertib ilahi ini diamati dan diformulasikan shg jadi
aturan ttg alam, ekonomi, politik, adat, dll yg secara
umum berlaku sahih dan dianggap baik bagi masy.
 Aturan ini diterima secara umum bukan saja dulu di Timur
Tengah Kuno tetapi di mana saja dewasa ini asal ayat-ayat
tersebut dipahami dengan pendekatan yang benar.
D. KONFLIK DAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

Kerukunan Beragama versi Kristen (3 alasan


Teologis yg utama
3. Yesus tolak keberagamaan fundamentalis
Dia menolak penafsiran picik org2 Parisi dan ahli
Torat yg hasilkan ketaatan yg kaku shg halangi og lain
utk lakukan kebaikan pd hari Sabat.

Dia lakukan kebaikan, menyembuhikan org di hari


Sabat, sbg realisasi ketaatanNya thd perintah utk
kuduskan hari Sabat (Yoh.5:9-10).
D. KONFLIK DAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

Yesus sembuhkan anak perempuan Kanaan tp mintanya apalagi


mewajibkannya pindah dari agama Kanaan ke agama Yahudi
(Mat.15:21-28).

Dia berdialog dgn org Samaria yg anut “agama yang berbeda” dari
agama Yahudi, yg diremehkan dan dihindari org Yahudi. Yesus
bicarakan persamaan dan perbedaan agama org Samaria dgn agama
Yahudi (Yoh.9:1-42)

Dia hidup bersama org/gol yg dikucilkan (Mat.9:9-13; Mark.2:13-17).


Dan berulang Yesus ajarkan muridNya utk kasihi sesama dan berdoa
bagi yg memusuhi mereka (Mat.5:43-48; 9:9-13; Mark.2:13-17).
DAFTAR BACAAN

Riza Sihbudi & Moch.Nurhasim (ed), Kerusuhan Sosial di


Indonesia, Studi Kasus Kupang, Mataram dan Sambas
(Jakarta: Grasindo, 2001), hl.1-41
Gustave Le Bon, The Crowd: A study of thr Popular Mind
(New York: The Viking Press, 1966) hl.29-34;
Ron E.Robert dan Robert Marsh Kloss, Social Movement:
Between the Balancy and the Barricade (London: The
C.V.Mosby Company, 1979)
Alber K. Cohen, “The Delinquent Subculture” dalam Martin
E.Wolfgang, The Sociology of Crime and Delinquency (New
(New ork: John Willey and Sons Inc. 1970), hl.225-232;
DAFTAR BACAAN

David Lee & Howard Newby, The Problem Of


Sociology (New York, Routledge, 1983), hl.31-3;
Paul Doyle Johnson, Teori Sosiologi Modern dan
Klasik, terj Robert Lawang (Jakarta; Gramedia,
1991)
Robert H.Lauer, Perspektif tentang Perubahan
Sosial (Jakarta: Bina Aksara, 1989), hl.301
DAFTAR BACAAN

Barr, James.1997. Fundamentalisme, terj Stephen Suleman, Jakarta, BPK


Gunung Mulia, hl.103-108
Hendrapuspito. Sosiologi Agama, Yogyakarta, Yayasan Kanisius, hl.151-164
Katimin. 2010. Politik Masyarakat Pluralis-Menuju Tatanan, Masyarakat
Berkeadilan dan Berperadaban, Bandung, Citra Pustaka Media Perintis,
hl.61-82, 125-164
Liem Kim Yang.1992, “Fundamentalism dalam Gereja”. Dalam
Fundamentalisme Agama-Agama dan Teknologi, Soetarman (ed), Jakarta,
BPK Gunung Mulia, hl.17-23
Odea, Thomas, F. 1985. Sosiologi Agama, Pengenalan Awal, Jakarta,
C.V.Rajawali 19, hl.139-180
Rahmat, Joanes. 1992. “Di Tengah Arus Fundamentalisme Dalam Gereja”,
dalam Fundamentalisme Agama-Agama dan Teknologi, Soetarman (ed),
Jakarta, BPK Gunung Mulia, 25-46
DAFTAR BACAAN

Supardan. 1996. Ilmu, Tehnologi dan Etika, Jakarta, BPK Gunung


Mulia, hl.146-149
Schreiter, Robert J.1991. Rancang Bangun Teologi Lokal, terj.Stepen
Suleman, Jakarta, BPK Gunung Mulia, hl.43-98
Rahmat, Joanes. 1992. “Di Tengah Arus Fundamentalisme Dalam
Gereja”, dalam Fundamentalisme Agama-Agama dan Teknologi,
Soetarman (ed), Jakarta, BPK Gunung Mulia, hl.67-94
Sairin, Weinata. 1992, “Agama-Agama di Indonesia Memasuki Era
Baru”, dalam Fundamentalisme Agama-Agma dan Teknologi,
Soetarman (ed), Jakarta, BPK Gunung Mulia, hl.53-66
Sairin, Weinata. 1995. Dialog antar Umat Beragama; Membangun
Pilar-Pilar Kemanusiaan yang Kokoh, Jakarta, BPK Gunung Mulia,
hl.15-25
E. AGAMA DAN FEMINISME
1. Muncul dan Berkembangnya Feminisme

O Munul di abad ke-18 dlm masy Eropah


sstlh rev Perancis dan industri Inggris.
O Istilah yg digunakan “Emansipasi” (pakai
tolok ukur laki2 utk perjuangan bg
perempuan),
O pertama dipakai oleh Mary Wollstonecraft
th 1792
O Tuntut // hak peremp dgn laki2 dlm
politis, pekerjaan, pendidikan, dll.
E. AGAMA DAN FEMINISME
1. Muncul dan Berkembangnya Feminisme
Mengalir ke Amerika Utara pada ab l9 (tuntut agar hak w.n
peremp // laki2),
berlanjut sp abad ke-20 dlm aneka bentuk feminisme:
- gunakan paradigm peremp bertolak dr persp peremp,
- dimulai dr kesadaran akan adanya penindasan atau
subordinasi thd 1 gol, terutama peremp
- berusaha utk perub revolusioner dlm struktur sosial
scr keseluruhan, berjuang khususnya bagi perem, tp cari
juga keadilan/kesetaraan bagi semua pihak termasuk
rasisme, ekologi, perdamaian dunia,
E. AGAMA DAN FEMINISME
1. Muncul dan Berkembangnya Feminisme

Revolusi yg mau robah konsep tradisional ttg


perempuan, tentu juga berusaha keras robah
konsep tradisional agama ttg status dan peran
perempuan krn konsep tradisionil itu berhub erat
dgn konsep agama.

Abad ke-19 dan di dominasi oleh 2 topik penting:


silang pendapat mengenai kesetaraan akses
terhadap pelayanan gereja dan kritik terhadap
tafsiran atas Kitab Suci.
E. AGAMA DAN FEMINISME
1. Muncul dan Berkembangnya Feminisme

 Wanita ab 19, sgt terlibat dlm pel religious (biarawati,


missionaries, penggalang dana), dikritik pria (anggap
tgs utama mereka = rmh tangga dan keluarga bkn dlm
posisi t. jwb/pengambilan keputusan bg pem gerejani.
 Antoniette Brown ditahbiskan dlm Gereja
Kongregasional di New York, atas dsr tafs Gal.3.28;
Richard Allan tolak tahbiskan Jarena Lee dlm Gereja
Episkopal Metodist Afrika.
 Silang pendapat ttg pelay religis khususnya fungsi
imam wanita ke dlm jajaran fungsi imam di seluruh
penjuru terutama di Inggris.
E. AGAMA DAN FEMINISME
1. Muncul dan Berkembangnya Feminisme
 Berdamp dgn gerakan wanita sekuler yg tuntut peluang yg lebih
besar dlm pedidikan dan penempatan kerja’
 Di Inggris dan Amerika kritik sikap dan pand kaum pria gerejani,
perkuat klaim dgn terus berkhotbah (khusus gol revival wanita
Inggris al.Methodist dan Afro-Amerika).
 Ranah religious dorong kesadaran yg terpolitisir, mis tokoh
Anglikan ( Louise Creighton, Edith Pickton, dll) dgn konteks
terkucilnya peremp dr perkemb mekanika demokrasi gereja bina
hub yg simpatik dgn para pendukung hak suara wanita di
Parlemen
 Di Amerika, agamalah yang arahkan gerakan Feminisme krn
adanya hub yg sgt erat ant ger kaum wanita gereja dgn kampanya
kesetaraan politik dan anti perbudakan.
E. AGAMA DAN FEMINISME
1. Muncul dan Berkembangnya Feminisme
 Tokoh Feminis dlm Islam serperti Leila Ahmed lewat
bukunya Women and Gender in Islam (1992) perlihatkan
hasil penelitian tttg punahnya secara gradual akan
partisipasi wanita dlm komunitas religious Islam dan sikap2
positif Nabi Muhammad sampai ke bentuk tafsir misogynis
dari masy Abbasid.
 Umumnya tokoh feminis Islam tk seradikal tokoh feminis
Kristen. Mereka cendrung utk perlihatkan bhw dlm Alquraan
ada kesetaraan antara laki2 dan perempuan, mis dlm:
- Wanita dalam Quran,
- Emansipasi adakah dalam Islam,
- Suatu Tinjauan Syariat Islam tentang Kehidupan Wanita
E. AGAMA DAN FEMINISME
1. Muncul dan Berkembangnya Feminisme

 Ada yg memberi pejelasan atas teks-teks Quran


tertentu dengan mengulas latar belakang
historis atau konteks penulisan, mis masalah
Poligami dalam Islam dengan zaman Jahiliah
dahulu di mana terjadi peperangan dan jumlah
wanita lebih banyak dari laki-laki, dll (mis dlm
Kiprah Muslimah dalam Keluarga Islam.
 Ads pula yang mencoba merekontsruksi ulang
pengajaran KS tentang Gender
E. AGAMA DAN FEMINISME
2. Beberapa Pendekatan Feminis terhadap Agama

 Gerakan feminis Injili, berupaya utk pelimpahan peran Sipil bg


wanita (pada masa itu dibatasi oleh sikap yg sangat intoleransi
akan feminitas).

 Gerakan feminis liberal, tantang gagasan Injili akan kaum wanita


(kesetaraan politik dan sosial serta gender = hak dr Sang Khalik).

 Gerakan feminis radial Amerika, kritik keras gereja yg sokong


prinsip patriakhi, dasar Injili (doktrin Kitab Suci) dari agama
Institusional jadi penyebab utama inferioritas kaum wanita.
Tokohnya, mis Katharine Doob Sakenfeld di abad ke-20, lihat
Gereja = lembaga yg didominasi lelaki, bahkan tempatkan bahasa
dan budaya laki-laki pada segala sesuatu, termasuk penafsiran
Kitab Suci, shg berperspektif dan untungkan laki-laki.
E. AGAMA DAN FEMINISME
2. Beberapa Pendekatan Feminis terhadap Agama

 Gerakan feminis reformis, cendrung utk


rekonstruksi ulang penerimaan tradisi agama,
perbedaan esensial dari ke2 jenis kelamin itu = buah
patriakhi, shg reklamasi fakta feminin jadi akhir dari
dominasi patriakhal.
 Valerie Sairing (1960) tuntut utk dirumuskannya
kembali definisi teologi tradisional akan dosa,
kepongahan dan egosentrisme yg akibatkan wanita
selalu terbelakang dan diharuskan selalu
menyangkal diri.
E. AGAMA DAN FEMINISME
2. Beberapa Pendekatan Feminis terhadap Agama

 Disepakati dlm gerakan Femininis reformis dan radikal ini


bahwa Kitab Suci, telah ditulis, ditafsirkan, dan diterapkan
dlm teropong bercorak patriakhat. Fakta : Kitab Suci
sering digunakan utk legitimator tindakan superioritas thd
perempuan.

 Ktk sepakatan adalah, dlm hal cara yg dianggap benar utk


pahami Kitab Suci yg tlh ditulis, ditafsirkan, dan
diterapkan dlm teropong bercorak patriakhat, yg penting
dlm perjuangan Feminisme utk konsep baru ats dsr agama
yang adil dan setara bagi laki-laki dan perempuan.
E. AGAMA DAN FEMINISME
2. Beberapa Pendekatan Feminis terhadap Agama

Ciri-ciri utama terlihat di dalam pendekatan


terhadap Kitab Suci, yakni sbb ini:
 cari the true word of God dalam Kitab Suci (yang
‘berbicara negatif’ bukan the true word of God);
kriteria bagi pencarian ini adalah ‘tindakan kasih
Allah’ melalui pekerjaan pembeb Kristus yg tk
gunakan perbed kelamin masalah2 yg berkaitan
dgn status sosial laki2 dan peremp (mis.Gal.3.27-
28),
E. AGAMA DAN FEMINISME
2. Beberapa Pendekatan Feminis terhadap Agama

gunakan hanya bgn Kitab yg berbicara ‘positif’ tttg


peremp sbg dsr argumentasi, mis kutip dari
Kej.1:26-28 dan Hak.4; Gal.3.27-28 tp lalaikan yang
‘berbicara negatif’
tafsirkan secara metaforis/dr perspektif feminis tp
tidak obyektif utk peroleh kesim teologis dan etis yg
feminis, mis kata ‘pakaian’ dipilih dari cerita Yusuf
dan istri Potifar dari versi laki2 dan perempuan.
E. AGAMA DAN FEMINISME
2. Beberapa Pendekatan Feminis terhadap Agama

Lebih jauh lagi, bgn Kitab Suci yg dianggap tak


dukung //status perem dgn laki2 hrs direvisi dan
ditolak. Langkah2 yg sering dilakukan:
a. tuduh penulis tradisi Kitab Suci (seluruhnya laki2)
gunakan penulisan androsentris (berpusat kpd keuntungan
laki2) sbg senjata politis utk menindas perempuan. Cony
tuduhan, utk perlihatkan kakteristik dasar perempuan
adalah penipu, penulis laki2 hanya tuliskan alasan penipuan
bagi laki2 (Yakub tipu Laban krn Laban tipu Yakub), tp
Rahel menipu tp alasan krn si penulis mau perlihatkan bhw
memang peremp berkarakteristik penipu.
E. AGAMA DAN FEMINISME
2. Beberapa Pendekatan Feminis terhadap Agama

b. revisi dan tolak bgn Kitab Suci yg dianggap androsentris


dari perspektif feminis dgn cara
 kebiri dan ganti seluruh bahasa, istilah dan lambang
adrosentris jadi gnyosentris (mis ganti nama/sebutan
Allah dr kelamin laki2 jadi peremp tp selidiki makna
nama dan sebutan tsb bagi masy waktu dan lingkungan
tradisi Alkitab itu dulu dan maknanya sekarang),
pilih tradisi yg gnyosentris, lakukan pengkanonisasian
yg gnyosentris (berpusat pada keuntungan perempuan)
sp terwujud suatu KS baru yg gnyosentris,
E. AGAMA DAN FEMINISME
2. Beberapa Pendekatan Feminis terhadap Agama
c. Kitab Suci yg jadi sumber utama dogma dan etika
komun beragama harus ‘diganti’ krn ia bangun agama,
tata tertib, institusi masy yg androsentris;

spy akhirnya terbangunlah agama, tata tertib, institusi


masy yg gnyosentris, yg hasilkan suatu sisterhood
(masyarakat yang anggota dan pemimpinnya adalah
laki-laki, bebas total dari penindasan laki-laki).
E. AGAMA DAN FEMINISME
3. Pend Feminisme radikal dan masy Indonesia

 Feminisme radikal utk masyarakat


Indonesia?
 Rendahkan dan tolak wibawa Kitab Suci?
 Hal yg perlu dicermati:

◦ kebutuhan masyarakt Indonesia akan


otoritas Kitab Suci?
◦ Analisa ttg pengaruh ger feminis
radikal sthd otoritas Kitab Suci.
E. AGAMA DAN FEMINISME
3. Pend Feminisme radikal dan masy Indonesia

 Pengkhotbah, tk sampaikan pandangannya sendiri atau


orang lain ttg sejarah, filsafat, sosial, politik, ekonomi tp
penyampai keh Allah, yg jadi pedoman kom beragama yg
jadikan Panca Sila dgn sila 1 Ketuhanan Yang Maha Esa
(ped kehidupan dibutuhkan didasarkan pada atau
diwarnai oleh konsep religis, beda dengan pedoman
kehidupan masyarakat maju dan modern di Eropah Barat
mis yg sekitar 80% atheis).

 Kebutuhan otoritas mulai muncul disini. Bgm org bisa tahu


bhw yg disampaikan itu benar keh Allah utk pedoman
kehidupan kalau tk didsrkan pd KS? Sumber dan Standar
yg berotoritas dibutuhkan.
E. AGAMA DAN FEMINISME
3. Pend Feminisme radikal dan masy Indonesia

 Pend feminis radikal seperti cendrung


merusak otoritas KS.

 Gerakan feminis radikal ini sendiri


muncul tk lama ssdh lahirnya gerakan
rationalisme yg tolak segala bentuk
superanatural.
E. AGAMA DAN FEMINISME
3. Pend Feminisme radikal dan masy Indonesia

 Studi Fenomenologi Agama: gerakan pencerahan terhadap


Kitab Suci
- sgt rationalis, kritis bahkan sinis, shg muncul teologi liberal,
- tolak otoritas Kitab Suci, Kitab Suci = sekumpulan
dokumen tua yg punyai banyak kebaikan tp juga banyak
kesalahan,
- hrs dibuktikan kebenarannya lwt kritik historis yg radikal.
- studi Fenomenologi agama, khususnya di era Post
Modernisme, pelihatkan bhw pendekatan ini telah
ditinggalkan, Kitab Suci dibiarkan bicara dari sudut pandangnya
sendiri ttg essensi dan pengalaman beragama
E. AGAMA DAN FEMINISME
4. Pendekatan Feminis yg Kontekstual

 Teks2 Kitab Suci di latar belakangi oleh budaya yang


masyarakat yang patriakahal. Gambaran perempuan
beraneka ragam,
- ini bersumber dari makna konsep, tema, institusi Kitab
Suci yg beraneka ragam, bahkan sepertinya kontradiksi
satu sama lainnya.
 - konteks dan penekanan makna teologis dan etis yang

berbeda dari tradisi dan buku yang berbeda, misalnya


penekanan yang berbeda dalam tradisi sejarah berbeda
dengan tradisi para nabi, khususnya dengan tradisi
hikmat.
E. AGAMA DAN FEMINISME
4. Pendekatan Feminis yg Kontekstual

O Yg dibutuhkan warga Indonesia bukan penolakan


otoritas Alkitab, tp metode pendekatan thd studi Kitab
Suci yang tepat,
- yg mampu ungkapkan makna teologis dan etis suatu
teks dengan melampaui warna budaya yang sangat
patriakhal,
- bahkan melampaui teks-teks yang sepertinya
bertentangan satu dgn yg lain.
O Metode ini diberi nama hermeneutik feminis, alkitabiah
dan kontekstual. Metode itulah yang akan dibahas
berikut.
E. AGAMA DAN FEMINISME
4. Pendekatan Feminis yg Kontekstual
 Hermeneutik ini disebut feminis krn diawali dan diakhiri
oleh pengalaman peremp sendiri (yg amat penting dalam
eksegese yang feminis). Pengalaman itu berbentuk
‘kesadaran kritis feminis’:
- seperti kesadaran akan realita sistim sosial yg
perlakukan peremp dgn tk adil,
- adanya ayat2 KS yg bkn saja bicara negatif ttg peremp
tp juga positif (bhw peremp dan laki2i sama2 manusia yg
utuh dan sederajat),
- adanya budaya patriakhal yg latar belakangi
kebanyakan teks2 KS,
- adanya penafsiran tradisional yg tk alkitabiah dan
obyektif thd ayat-ayat yg berbicara negatif tsb, dll.
E. AGAMA DAN FEMINISME
4. Pendekatan Feminis yg Kontekstual

 Kesadaran kritis feminis ini diperhadapmukakan dgn


teks atau teks2 Kitab Suci yg akan dieksegese, bahkan
memandu seseorang dlm tindakan eksegese.

 Dan kesadaran kritis feminis yg sama hrs bersedia


diperhadapmukakan kpd hasil suatu eksegese yg
alkitabiah dan obyektif, dan bersedia dikoreksi olehnya.

 Pengalaman perempuan sgt penting dlm hermeneutik


feminis. Tetapi pengalaman perempuan disini tk jadi
ukuran otoritas/otentik tidaknya suatu teks seperti
dikemukakan beberapa penulis feminis.
E. AGAMA DAN FEMINISME
4. Pendekatan Feminis yg Kontekstual
 Kesadaran kritis feminis ini menghasilkan makna
teologis dan etis yg feminis. Tp kesadara ini tk akan
merusak hermeneutik yg alkitabiah selama
kesadaran tsb tk berposisi/berfungsi sbg prasangka
tp prapaham.
- Prasangka = kesadaran kritis feminis yg tk lagi
bisa dirobah oleh hasil eksegese yg alkitabiah dan
obyektif
- Tp prapaham = sikap yg membuka diri thd
hasil eksegese, bahkan bersedia untuk mengoreksi
atau meneguhkan suatu kesadaran berdasarkan
hasil suatu eksegese.
E. AGAMA DAN FEMINISME
4. Pendekatan Feminis yg Kontekstual

 Pendekatan ini disebut kontekstual karena


 Mempelajari koteks masy yg melatarbelakangi
penulisan teks, tdk ada teks muncul tp konteks
 Mempelajari kerygma teks yg disampaiikan bg
pembaca masa penulisan dlm konteksnya (budaya
patriakhat)
 Mempelajari konteks masy yg melatar belakangi
pembaca teks saat ini (masy modern saat ini), teks
bergulir dr 1 masa ke masa lainnya
 Mempelajari kerygma bg pembaca teks masa kini
E. AGAMA DAN FEMINISME
4. Pendekatan Feminis yg Kontekstual

 Dlm sepanjang zaman Allah = Allah yg adil

 Allah adil terhadap laki2 dan perempuan

 Allah menginginkan keadilan gender bkn


penidasan gender

 Kecuali Dia bkn Allah tp rekayasa manusia


DAFTAR BACAAN

Russel, L.M. 1974 Human Liberation in a Feminist


Perpectives. Philadelphia, Westminster (hl. 138-145)
Triblle, P. 1978, God in Rethoric of Sexuality, Philadelphia,
Westminster (hl.200-205)
Furman, A.1989, “His Story Versus His Story: Male Genealogy
and Female Strategy in Jacob Cycle”, Semeia 46 (hl.140-145)
Fiorenza, E.S. 1983, In Memory of Her, A Feminst
Theological Construction of Christian Origins, London, SCM
(hl.30-36)
Daly, M. 1973. BoBeyond God the Father, Toward a
Philosophy of Women’s Liberation, Boston, Beacon, hl.8-15
DAFTAR BACAAN

Abdurahman Al Baghdadi. 1990. Emansipasi Adakah dalam Islam,


Jakarta, Penerbit Buku Andalan (hl.17-122)
Mamahit, N.G.M. 19999. “Pengantar: Teologi Feminisme dan
Hermeneutika Feminis”, Forum Biblika-Jurnal Ilmiah Populer
(hl.1-5)
Morgan, Sue. 2007. “Pendekatan-Pendekatan Feminis”, dalam
Ragam Pndekatan Studi Agama, Peter Connoally (ed), Medan, Bina
Media Perintis(hl.59-97)
Sinulingga, Risnawaty. 1995. “Perempuan Perlukah Kita Menggugat
Kitab Suci?”, dalam Kurban yang Berbau Harum, Darius Dubut (ed),
Jakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan PGI (hl.427-442)
Sinulingga, Risnawaty. 2000. “Perspektif Feminis dan Otoritas Kitab
Suci”, Wawasan Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial (hl.124-135)

Anda mungkin juga menyukai