Anda di halaman 1dari 19

Epidemiologi

Klinik
PENCEGAHAN

Disusun oleh :
Trisnanda Marintan / 2220332016

Dosen Pengampu :
Abdiana, SKM, M.Epid
Kesederhanaan dan Murah
PENCEGAHAN

Keamanan
Tingkat Pencegahan
Penerimaan di antara Penderita dan klinis
Penapisan dan Pencaharian Kasus

Penyakit Yang Mana The Labeling Effect

Efektifitas dari Pengobatan


Resiko Dari Sebuah Hasil Positif Palsu
Dini

Bias Rekomendasi Terbaru

Sensitivitas dan Spesifisitas


Beban Sakit

Uji Yang Mana


Pencegahan
Pencegahan diartikan sebagai
“Tindakan menjauhi kejadian”.
Dalam mengambil langkah-
langkah untuk pencegahan,
haruslah didasarkan pada
keterangan yang ada bersumber
dari hasil analisis epidemiologi.
6D Langkah-langkah klinis
pencegahan
1. Death (kematian)
2. Disease (penyakit)
3. Disability (ketidak mampuan)
4. Discomfort (ketidak nyamanan)
5. Dissatisfaction (kekecewaan)
6. Destitution
Jenis Pencegahan
Pencegahan dibagi menjadi 3 macam :
1. Pencegahan primer
Pencegahan dengan cara menjauhkan kejadian sakit dengan cara menghilangkan
faktor resiko.
Contoh : Imunisasi – mencegah penyakit menular
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan dengan cara menemukan penyakit secara awal, saat masih tanpa
gejala (asymptomatic) pada pengobatan awal sehingga dapat menghentikan
perjalanan penyakit.
Contoh : Pap smear dan uji lainnya
3. Pencegahan tersier
Aktivitas klinik untuk mencegah perusakan lanjut atau mengurangi komplikasi
setelah penyakitnya berhenti.
Contoh : Penggunaan obat beta-bloker
Penapisan dan Pencaharian Kasus
(Screening and Case Finding)
 Penapisan (Screening) dilakukan untuk
mendefinisikan penyakit atau kelainan yang tidak
diketahui dengan cara melakukan test, pemeriksaan,
atau prosedur lainnya yang dapat dilaksanakan
secara cepat.
 Sedangkan, Pencaharian kasus (Case Finding)
dilakukan untuk menentukan penyakit dengan cara
melakukan uji penapisan diantara pasien-pasien
yang datang berkonsultasi untuk gejala-gejala yang
tidak berhubungan.
Contoh : Pemeriksaan tekanan darah
Penyakit Yang Mana ?

Dalam melakukan penapisan ada 3 kondisi medis


yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Hasil guna (effectiveness) – dari pengobatan jika
penyakit itu dijumpai.
2. Beban penderitaan yang disebabkan oleh
penyakit.
3. Ketepatan (accuracy) – dari uji penapisan
Kriteria kondisi medik dalam melakukan pemeriksaan kesehatan berkala, yaitu :
1. Jika kondisi ditentukan, maka efektivitas pengobatan
diartikan dalam :
- Daya guna (efikasi)
- Ketaatan pasien
- Pengobatan dini lebih baik dari pada belakangan

2. Seberapa besar beban penderitaan yang


disebabkan oleh kondisi dalam arti :
- Meninggal - Tidak Nyaman
- Penyakit - Kecewa
- Cacat

3. Seberapa baik prosedur penapisan dalam hal :


- Sensitifitas - Keamanan
- Spesifisitas - Penerimaan
- Kesederhanaan - Akibat Label
- Biaya
Efektifitas dari Pengobatan Dini

Kondisi yang harus diperhatikan dalam efektifitas


pengobatan, yaitu :
1. Pengobatan itu sendiri harus berhasil (efikasi)
2. Pasien harus menerima pengobatan (ketaatan
pasien)
3. Hasil pengobatan harus lebih baik pada perjalanan
awal dari penyakit.
Bias

1. Waktu senggang (lead time)


Periode waktu antara saat ditentukannya kelainan medik dengan cara penapisan
dengan saat, penegakkan diagnosa, karena saat adanya keluhan maka individu akan
mencari pelayanan kesehatan. Metode analisis : meneliti antara kelompok yang
ditapis dengan kelompok kendali yang sebanding.

2. Waktu panjang (length time)


Periode waktu terjadi saat individu menemukan adanya tanda gejala yang abnormal
didirinya maka individu akan segera memeriksakan diri untuk dilakukan uji penapisan
guna mendapatkan penanganan serta pengobatan lebih awal. Sehingga kondisi ini
menunjukan seolah-olah penapisan dan program pengobatan awal lebih efektif.

3. Ketaatan (compliance)
Ketaatan pasien memenuhi saran medik. Metode analisis : Bias yang disebabkan
waktu panjang dan ketaatan pasien dapat dicegah dengan menerapkan penelitian
acak terkendali (randomized controlled trial)
Beban Sakit
Dalam melakukan uji
penapisan yang perlu
diperhatikan kondisi medik,
yaitu “Apakah penapisan
ditentukan oleh beratnya
kondisi medik dalam hal
mortalitas, morbilitas, dan
kesakitan yang disebabkan
kondisi tersebut?”
Uji Yang Mana ?

Uji penapisan salah satunya dapat berupa pertanyaan


tentang kebiasaan yang dilakukan berupa “kebiasaan
merokok”, kemudian pada pemeriksaan fisik salah
satunya berupa “Pemeriksaan payudara” atau
melakukan pemeriksaan penunjung misalnya suatu
prosedur “sigmoidoskopi” atau pemeriksaan
laboratorium “hematokrit”.
Sensitivitas dan Spesifisitas
Secara alamiah pemeriksaan
terhadap penyakit pada Pertama kali penapisan
populasi yang asimptomatik dilaksanakan, adalah
diartikan prevalensi dari penapisan prevalensi kasus
penyakit itu, biasanya hal itu dengan kondisi medik yang
sangat rendah, walaupun telah ada dalam waktu yang
diantara kelompok resiko bervariasi. Sedangakn
tinggi yang diseleksi penapisan yang kedua itu
berdasarkan umur, jenis disebut dengan penapisan
kelamin, dan karakteristik insiden (indense screens).
lain.
Kesederhanaan dan Murah

 Syarat dalam uji penapisan yang ideal sebaiknya


dalam waktu beberapa menit dalam pelaksanaanya,
persiapan untuk pasien yang sedikit, tanpa suatu
perjanjian khusus dan tidak mahal.
 Dengan demikian, sensitifitas, spesifisitas, dar, nilai
prediksi semuanya akan mempengaruhi. Selain itu
juga dipengaruhi oleh apakah pemeriksaan
membutuhkan kunjungan khusus dokter atau tidak.
Keamanan

Uji penapisan pada individu terkadang


berkemungkinan memunculkan resiko, tetapi hal itu
beralasan dan cukup etis pada penderita yang sakit
karena untuk melihat lebih spesifik tentang penyakit
yang diderita. Tetapi pada kondisi orang yang sehat
maka resiko akan jelas sekali dirasakan.
Efek “Memberikan Nama”
(The Labeling Effect)

 The Labeling Effect menggambarkan akibat psikologis dari hasil test


atau diagnosis terhadap para penderita. Secara teoritis, labeling effect
ini mempunyai pengaruh positif atau negatif. Sebuah hasil labeling
effect dikatakan positif bila hasil semua uji penyaringan adalah
normal. Sedangkan, labeling effect dikatakan negatif sebaliknya bila
ditemukan hasil yang abnormal.
 Labeling effect negative dapat mengganggu bila terjadi diantara
penderita-penderita yang mempunyai hasil positif palsu (false
positive) dan positif palsu itu umumnya terjadi saat dilakukan uji
penyaringan karena adanya prevalensi penyakit yang rendah.
Resiko Dari Sebuah Hasil Positif Palsu

 Sebuah penelitian, menyatakan bahwa dalam melakukan


uji penyaringan bahwa setidak-tidaknya ada 57 macam
test yang berbeda yang harus dilakukan selama melakukan
pemeriksaan kesehatan secara berkala.
 Ketika pengukuran-pengukuran dari uji penyaringan itu
dilukiskan dalam sebuah skala interval dikatakan hasil
normal didefinisikan oleh 95% hasilnya, maka semakin
banyak test yang diminta oleh dokter, maka semakin
banyak besar pula kemungkinan terjadinya positif palsu.

Anda mungkin juga menyukai